Didakwa melakukan pemerkosaan, mantan penyerang Manchester City harus mendekap di penjara selama lima tahun. Dia bukan satu-satunya mantan pemain Manchester City yang terkena kasus kekerasan seksual. Namun mungkin yang paling sial.
Namanya Chedwyn Michael Evans. Ched Evans tidak setenar pelaku kekerasan seksual lainnya, Adam Johnson, di City of Manchester. Ia membela Manchester City sebelum era City Football Group. Tak pernah merasakan juara Premier League dan dianggap gagal oleh publik.
Meski demikian, karier sepakbola Evans terus berlanjut. Ia bahkan mendapatkan tempat utama di Sheffield United. Sialnya, pada November 2012, ia diduga melakukan pemerkosaan. Terjerat masalah hukum, the Blades pun melepas pemain kelahiran 28 Desember 1988 itu.
Pengadilan Kota Cardiff kemudian memberikan hukuman penjara lima tahun pada Evans. Selama proses pengadilan berlangsung, Evans selalu mengaku tidak bersalah. Merasa tak memperkosa korban berusia 19 tahun yang menuntut dirinya. Mengatakan hubungan intim yang dilakukan terjadi dengan kesepakatan bersama. Meskipun tingkat kesadaran mereka memang kurang.
“Mabuk bukan berarti dia tidak menyetujuinya. Kehilangan kesadaran bukan berarti tidak memberikan izin sebelumnya,” kata tim pengacara Evans. Dalam pengakuan korban, dia juga masih sadar meski dipengaruhi alkohol. Tidak kehilangan kontrol pada dirinya alias ‘black out’.
Ternyata, setelah ditelusuri kembali, korban mengarang cerita tersebut. Ia diarahkan pengacara handal dan berhasil mengelabui pengadilan. Oktober 2016, pihak pengadilan memastikan Evans tidak bersalah dalam kasus pemerkosaan empat tahun sebelumnya.
Sebaliknya, Evans justru melayangkan tuntutan ke pengacara yang membelanya selama pengadilan. Menyalahkan mereka atas dua setengah tahun yang terbuang di balik jeruji besi. Putusan pengadilan menimbulkan pro–kontra. Tapi bagi Evans, hal itu cukup untuk memulai kembali kariernya.
“Putusan pengadilan sudah menyatakan saya tak bersalah. Sekali lagi, saya ingin meminta maaf kepada semua pihak yang terlibat dan direpotkan atas kejadian ini,” kata Evans. “Kini kita bisa fokus ke sepakbola lagi,” tambah Ketua Eksekutif Chesterfield -klub Evans setelah keluar dari penjara-, Chris Turner.
Ditolak Berbagai Pihak
Foto: Independent
Chesterfield memberikan kontrak selama setahun untuk Evans pada musim panas 2016. Saat itu, Evans sudah dua tahun lebih keluar dari penjara. Menganggur dua tahun lebih karena nama baiknya dirusak kasus pemerkosaan.
Evans hanya menjalani setengah dari masa hukuman sebelum berusaha membersihkan nama baik yang dimilikinya. Perjuangan yang tak sia-sia jika melihat putusan pengadilan pada Oktober 2016. Chesterfield pun dengan senang hati memberi Evans kontrak.
“Kami sudah memikirkannya matang-matang. Dia adalah seorang pesepakbola profesional dan kita harus menyambut kabar ini dengan baik. Evans telah kembali ke profesinya,” kata Presiden Chesterfield Dave Allen.
Tidak semua kesebelasan memberi belas kasih kepada Evans. Sebelum putusan Oktober 2016, ia tercatat sebagai pemerkosa. Dunia kriminal sendiri mungkin tak mengakui Evans. “Mereka yang masuk [penjara] karena melakukan kekerasan seksual merupakan manusia paling rendah di penjara,” kata pengacara asal Amerika Serikat Joseph Hurley.
Sheffield United, kesebelasan yang dibela Evans sebelum masuk penjara dan tempat ia membesarkan namanya sempat memberi ruang. Tapi setelah diprotes suporter, the Blades mengaku hanya memberikan Evans tempat latihan. Bukan menjadikannya sebagai pemain. Lama-kelamaan, nama Evans pun hilang dari Bramall Lane.
Hartlepool tertarik untuk menampung Evans. Tapi keinginan klub untuk mendatangkan Evans dikritik oleh anggota parlemen, Iaian Wright, yang menyebut jebolan akademi Manchester City itu sebagai ‘pariah’ (kasta paling rendah di struktur masyarakat umat Hindu).
Oldham Athletic juga mendekati Evans. Tapi cerita yang sama kembali terulang. Klub mendapat protes dan tekanan dari suporter, sampai-sampai mereka hampir kehilangan sponsor. “Sialnya, taktik mafia digunakan untuk menggagalkan transfer. Oldham ditekan berbagai pihak, termasuk sponsor, untuk membatalkan kesepakatan,” kata Evans.
Mereka yang tidak terlibat dan ogah menerima Evans sekalipun ikut diserang. Evans selalu gagal mendapatkan klub baru di Inggris, kemudian tawaran dari Malta datang. Klub Malta ini bernama Hibernians. Hibernians, Malta, asing di telinga publik. Mereka pun menyerang Hibernian di Skotlandia. Sampai membuat gerah admin sosial media klub.
Tidak Menyesal
Pengalaman Evans di penjara membuat citranya menjadi buruk. Tak ada kesebelasan yang berani mengontrak dirinya. Protes dan dihinaan selalu datang setiap kali dikaitkan dengan Evans. Sekalipun protes itu masuk akal dan layak diberikan ke Evans Si Pelaku kekerasan seksual, ia jadi kesulitan melanjutkan kariernya.
Evans bukan satu-satunya pesepakbola dengan catatan negatif di mata hukum. Clayton Donaldson, Marlon King, dan lain-lain juga memilikinya. Namun Evans yang dinyatakan tidak bersalah, harus menjalani sisa hidupnya dengan memori di dalam penjara. Memori kelam yang tidak ia sesalkan.
“Saya ditempatkan di area yang lemah di penjara. Menurut mereka jika saya berada di area lain, pasti akan dibunuh. Setiap hari saya selalu mengalami mimpi buruk. Tapi saya tidak menyesal. Secara tidak langsung itu justru membantu saya,” kata Evans.
“Saat di penjara, mereka meminta saya untuk mengikuti sebuah program khusus. Program untuk para pelaku kekerasan seksual. Mereka menjanjikan hidup yang lebih mudah apabila saya ikut,” lanjut Evans. “Sejak awal saya menolak. Itu sama saja mengakui diri sebagai pelaku. Dalam penjara, kami seperti dibentuk untuk mengakui dan menerima kesalahan.”
Bayangkan jika Andy Dufresne dalam film ‘Shawshank Redemption’ menerima label yang diberikan kepada dirinya. Menerima ‘kenyataan’ bahwa ia membunuh istrinya. Mungkin dia akan ada di Shawshank untuk selamanya. Mungkin Tommy akan mati sia-sia. Untung Andy tidak termakan oleh sistem. Begitu juga dengan Evans.
Menata Masa Depan di Fleetwood
Foto: Fleetwood Town
Setelah satu musim membela Chesterfield, Evans akhirnya kembali ke Sheffield United. Kali ini tanpa dosa. Sayangnya, ia tak menjadi pilihan utama di Bramall Lane. Tampil dalam 13 pertandingan di semua kompetisi 2017/18.
Musim panas 2018, Evans dipinjamkan ke kesebelasan divisi tiga Inggris (League One), Fleetwood Town. Manajer the Blades, Chris Wilder sebenarnya hanya ingin melepas Evans selama enam bulan. “Kami berusaha memastikan Evans hanya pergi selama enam bulan. Setelah itu, baru akan dipikirkan lagi bagaimana kondisinya,” aku Wilder.
Menghabiskan setengah musim di Fleetwood, Evans jadi penyerang andalan Joey Barton. Mantan gelandang Marseille itupun berusaha keras untuk menambah masa pinjaman. “Ia telah membantu kami selama ini. Saya sangat ingin dirinya kembali membela Fleetwood. Membela kesebelasan ini selama satu musim penuh,” kata Barton.
The Blades paham keinginan Barton. Mereka akhirnya menolak tawaran Bolton pada musim dingin 2019 dan mengirim Evans kembali ke Fleetwood. “Bolton meminta Evans. Tapi tidak ada jaminan bahwa Evans akan main. Bagi kami lebih baik dia main secara reguler dengan Fleetwood dibandingkan tidak bermain,” jelas Wilder.
Hingga pekan ke-38 League One, Evans sudah mencetak 13 gol untuk Fleetwood. Jumlah itu sama dengan raihan gol Paddy Madden, duetnya di lini depan the Fisherman. Madden dan Evans memberikan kenyamanan kepada Fleetwood Town.
Mereka tengah duduk di peringkat 10 klasemen League One 2018/19 dengan 52 poin. Sebuah peningkatan dibandingkan musim lalu. Dalam periode yang sama di 2017/18, Fleetwood hanya mengumpulkan 42 poin dari 38 pertandingan. Duduk di peringkat 17 klasemen dan hanya berjarak enam poin dari zona degradasi.
Menunggu Sheffield United dan Wales
Foto: Independent
Cukup sulit mungkin membawa Fleetwood promosi. Meski hanya selisih lima poin dengan penghuni terakhir zona playoff (6th), Doncaster, mereka memperebutkan tempat tersebut dengan enam kesebelasan lainnya. Tetapi, bagi Evans yang terpenting adalah tampil bagus dan terlihat memberi kontribusi untuk tim. Bukan promosi.
Statusnya di Fleetwood hanya sekedar pemain pinjaman dan semenjak kembali diboyong Sheffield United, Evans sudah berjanji ingin membayar kepercayaan the Blades. “Saat ini yang terpenting adalah memberikan yang terbaik untuk Sheffield United. Saya ingin balas budi atas apa yang telah mereka lakukan kepada hidup saya,” kata Evans.
Cemoohan dan teriakan negatif dari suporter tentu masih diterima Evans. Tapi ia tidak menghiraukan hal itu. Dia sudah terbukti tidak bersalah. Baginya, setelah empat tahun mendapat label ‘pemerkosa’ dari publik, tak ada yang bisa menghentikannya.
Evans lebih fokus ke sepakbola. Membayar kepercayaan Sheffield United dan menunggu panggilan tim nasional Wales. Jika melihat performa Evans dan peringkat Sheffield United sepanjang musim 2018/19, bukan tidak mungkin mantan pemain Manchester City ini main di Premier League dalam masa mendatang.
Jika tidak di Premier League sekalipun, panggilan tim nasional bukan hal mustahil untuk didapat. Pasalnya, Ryan Giggs masih memanggil penyerang League One, George Thomas, untuk kualifikasi Piala Eropa. Setelah dinyatakan tidak bersalah, memang tidak ada yang mustahil bagi Evans.