Louis van Gaal masih menyisakan rasa tak menentu usai keluar dari Manchester United. Trofi Piala FA yang ia dapatkan disebutnya sebagai prestasi manajerial terhebatnya. Sembari menyisipkan sindiran, ia bilang, “Memenangi sebuah trofi meski seutas tali mengikat leherku selama enam bulan.”
Yang dimaksud Van Gaal adalah cara manajemen Manchester United memperlakukannya. Van Gaal masih nyaman di United. Kontraknya masih tersisa semusim lagi hingga 2016/2017. Namun, sejak Desember 2015, Van Gaal tahu kalau itu adalah musim terakhirnya. Semua orang sudah meenyebut kalau Jose Mourinho-lah yang akan mengambil posisinya di musim depan.
Kehadiran Van Gaal sempat memberikan angin segar dengan mengangkat United ke peringkat keempat di musim debutnya. Di musim selanjutnya, ia mempertahankan tren positif yang sama, yang membuat United kembali berlaga di Liga Champions. Secara perlahan, Van Gaal juga mengantarkan United mendapatkan trofi Piala FA 2015/2016. Namun, dua hari setelah meraih trofi tersebut, ia dan staf bawaannya, dipecat klub.
Awalnya, United menunjuk Van Gaal untuk memberesi kekacauan yang dibuat David Moyes sebagai suksesor Sir Alex Ferguson. Manajemen ingin pelatih yang punya track record bagus dan tak akan kewalahan dengan pekerjaan sebagai manajer di klub sebesar Manchester United.
Kebetulan, Louis van Gaal baru saja selesai kontraknya dengan timnas Belanda. Mantan pelatih Bayern Munchen ini mampu mengantarkan Belanda ke peringkat ketiga Piala Dunia 2014. Awalnya, Tottenham yang akan memakai jasa Van Gaal. Namun, United tampak lebih punya kekuatan untuk mendatangkan si meneer. Hal ini pun akhirnya disesali oleh Van Gaal.
“Tottenham adalah pilihan yang lebih baik karena Manchester United adlah tim lama dan aku tahu aku harus mengubah mereka. Apakah ini pilihan yang salah? Mungkin, tapi aku mengikuti hatiku. Aku bekerja di tim nomor satu di Belanda, Jerman, Spanyol, dan sekarang juga di Inggris,” kata Louis van Gaal dalam wawancara dengan wartawan BBC, Simon Stone.
Van Gaal meminta ia hanya dikontrak dua tahun. Ini ia lakukan untuk memenuhi janji pada ibunya ketika ia masih muda, untuk pensiun di usia 65 tahun. Namun, United memaksa Van Gaal untuk menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun. Inilah yang membuat Van Gaal begitu marah karena Keluarga Glazers dan Ed Woodward yang memintanya, karena mereka tahu MU akan jadi klub terakhirnya.
Van Gaal pun tahu kalau untuk membetulkan United ke arah jalan kejayaan, itu tak akan berjalan cepat karena semua butuh proses. Van Gaal menyoroti kalau ada tujuh pemain yang berusia di atas 30 tahun. Ini pun sudah ia katakan di wawancara kerjanya.
Namun, semuanya berubah ketika Van Gaal memasuki musim kedua. Pada 21 November, United menang 2-1 atas Watford. Akan tetapi di lima pertandingan selanjutnya United hanya mencatatkan dua poin yang juga menjadi momen di mana mereka tersingkir dari Liga Champions.
Posisi Van Gaal di klub menjadi sorotan. Apalagi sejumlah suporter juga menganggap Van Gaal memainkan sepakbola negatif. Tanpa sepengetahuan Van Gaal, ada kontak yang dibuat klub dengan Mourinho. Namun, pihak klub bersikeras kalau tak ada pembicaraan soal kontrak. Ini membuat Van Gaal berada dalam situasi yang serba sulit.
“Aku bisa membayangkan Woodward memilih Mourinho. Dia adalah pelatih top. Dia banyak memenangi trofi. Lebih banyak dari aku,” kata Van Gaal.
“Apa yang aku tak suka adalah Woodward mengontak suksesorku, tahu kalau dalam benaknya dia akan menggantikanku dan dia tetap menjaga mulutnya tetap tertutup selama enam bulan. Setiap Jumat, aku harus pergi ke konferensi pers dan ditanya soal apa yang aku pikirkan soal rumor itu. Apa itu dampaknya untuk otoritas pelatih?”
“Untuk memenangi Piala FA, ketika selama enam bulan media punya tali melilit di leherku, adalah capaian terbaikku.”
Usai final Piala FA, Van Gaal dan Woodward bertemu untuk bicara. Argumen Woodward saat itu, Van Gaal hanya akan ada di klub setahun lagi. Di sisi lain, Mourinho mungkin akan membesut klub selama tiga, empat, atau lima tahun lagi. Lebih gilanya, Woodward menyewakan pesawat pribadi untuk Van Gaal segera pulang ke Portugal.
“Aku mengapresiasi itu tapi argumennya tetap tak cukup bagus,” kata Van Gaal.
Sumber: BBC.