Etihad Stadium bergemuruh menyambut gol Raheem Sterling pada menit terakhir. Pep Guardiola melompat-lompat kegirangan sambil mengepalkan tangannya berkali-kali. Di sisi lain, Mauricio Pochettino pasrah karena gol Sterling tersebut akan menendang mereka dari Liga Champions. Akan tetapi, perayaan City menjadi sia-sia setelah kalimat ‘No Goal, VAR Offside’ muncul di layar besar.
Gol Sterling dianulir. Kedudukan 5-3 yang seharusnya membawa mereka ke semifinal pertama setelah 2016 berkurang satu gol. Kemenangan 4-3 yang mereka raih justru membawa Spurs ke semifinal kompetisi tertinggi Eropa sejak 1961/1962 sekaligus melampaui prestasi mereka yang hanya mentok pada babak perempatfinal pada musim 2010/2011.
Semalam, pertandingan Manchester City melawan Spurs pantas disebut sebagai pertandingan terbaik Liga Champions musim ini. Bagaimana tidak, hujan gol seperti sudah diprediksi akan terjadi sejak awal pertandingan. Dalam kurun 11 menit saja, baik City dan Spurs sama-sama sudah mencetak dua gol.
Raheem Sterling membuka keunggulan sebelum Son Heung Min dua kali mengelabui Ederson. Bernardo Silva kemudian menyamakan skor setelah sepakannya membentur kaki Danny Rose. Pada menit ke-21, Kevin De Bruyne melepaskan umpan silang akurat yang diteruskan oleh Sterling untuk menyamakan agregat menjadi 3-3.
Seperempat jam babak kedua berjalan, Sergio Aguero membuat City unggul secara agregat setelah sepakan kencangnya tidak bisa dihalau Lloris. Selang 15 menit kemudian, Llorente mengejutkan publik Etihad setelah mencetak gol memanfaatkan sepak pojok Kieran Trippier. Gol ini sempat menghabiskan waktu cukup lama karena wasit Cuneyt Cakir harus melihat tayangan ulang melalui VAR. Ia bahkan beberapa kali meminta petugas VAR melakukan slow motion untuk melihat apakah bola menyentuh paha atau tangan pemain Spanyol tersebut.
Setelah gol Llorente tersebut, City beberapa kali mengancam gawang Lloris. Namun penjaga gawang Prancis tersebut beberapa kali menghalau sepakan luar kotak penalti yang dilepaskan Aguero dan Kevin De Bruyne. Skor 4-3 berakhir untuk kemenangan City, namun Spurs adalah tim yang lolos ke babak empat besar karena keunggulan gol tandang.
Pep Tidak Lebih Baik dari Pellegrini
Pep Guardiola boleh saja menguasai kompetisi domestik musim lalu. Akan tetapi, tuah dari mantan pelatih Barcelona ini bagi City untuk kompetisi Eropa nampaknya belum teruji. Sudah tiga kali secara beruntun Pep tidak bisa membawa Cityzens melangkah setidaknya hingga empat besar.
Pada musim pertamanya, mereka disingkirkan skuad muda milik AS Monaco. Musim lalu, Liverpool yang menyingkirkan mereka dengan agregat telak 5-1. Musim ini, giliran Spurs yang melakukannya dengan cara yang menyesakkan yaitu kalah gol tandang dan gol yang dianulir VAR.
“Kami tersingkir secara kejam. Tapi, itulah sepakbola dan kadang kami harus menerimanya. Setelah 20 menit, kami unggul 3-2. Pada babak kedua, kami membuat banyak peluang dan mencetak gol yang kami butuhkan. Sayangnya, ini berakhir buruk buat kami. Selamat untuk Tottenham dan semoga sukses di semifinal,” kata Pep.
Tersingkirnya City di Liga Champions juga membuat ambisi meraih lima gelar dalam semusim kandas. Kini, target mereka adalah dengan menjadi kesebelasan pertama yang bisa memborong seluruh trofi domestik dalam satu musim penuh. Mereka sudah meraih Community Shield dan Piala Liga. Pep kini hanya mengincar trofi Premier League dan Piala FA.
Selain itu, kegagalan Pep membuat Manuel Pellegrini menjadi satu-satunya manajer Manchester City yang bisa membawa mereka ke empat besar. Hal tersebut ia lakukan pada musim terakhirnya bersama City (2015/16). Pada babak semifinal, City dikalahkan Real Madrid saat itu.
Pochettino Puji Mentalitas Pemain Spurs
Raut kegembiraan terpancar dari wajah Pochettino. Setelah memegang Spurs selama lima musim, inilah prestasi tertinggi yang pernah ia lakukan selain membawa Lylywhites finis dua kali secara beruntun di atas Arsenal. Poch sendiri merasa bangga karena tidak mudah untuk bisa mencetak tiga gol ke gawang City di kandangnya sendiri.
“Yang penting adalah kami ke semifinal. Kami pantas berada di sana. Para pemain saya adalah pahlawan. Sekarang saya sangat senang dan bangga karena membuat sejarah. Luar biasa bermain melawan City dan sukses mengalahkan mereka. Dua pertandingan yang seimbang. Tidak mudah mencetak tiga gol di sini,” tuturnya dalam situs resmi UEFA.
Keberhasilan Spurs menyingkirkan City tidak lepas dari peran Son Heung Min yang mencetak dua gol. Tidak adanya Harry Kane, membuat pemain Korea Selatan tersebut menjadi tumpuan gol utama. Berkat dua golnya yang ia buat, Son menjadi pemain Asia tersubur di kompetisi ini dengan torehan 12 gol sekaligus menyalip Makshim Shatskikh, pemegang rekor sebelumnya.
Yang menarik, kedua kesebelasan ini akan kembali bertemu di Etihad Stadium pada akhir pekan ini dalam lanjutan Premier League. Yang membedakannya adalah mereka kali ini datang dengan ambisi yang berbeda. City ingin mengalahkan mereka demi menggusur Liverpool dari puncak klasemen sementara. Di sisi lain, Spurs akan datang ke markas mereka dengan harapan bisa mempertahankan posisi tiga yang menjadi incaran tiga tim di bawahnya.