Eintracht Frankfurt bukanlah klub besar macam Bayern Munich atau Borussia Dortmund. Namun dalam dua musim terakhir, mereka membuat prestasi yang begitu membanggakan bagi para penggemarnya. Setelah musim lalu mereka meraih piala pertama sejak 1987/1988, kemarin mereka menuliskan sejarah di Eropa dengan melangkah ke semifinal kejuaraan Eropa untuk pertama kalinya sejak 1980.
Kepastian tersebut didapat setelah mereka mengalahkan Benfica 2-0 di Commerzbank Arena. Dua gol yang masing-masing dibuat Filip Kostic dan Sebastian Rode membuat agregat mereka menjadi sama 4-4. Meski berakhir imbang, namun Frankfurt yang dipastikan lolos karena mengantungi gol tandang yang mereka buat pada leg pertama.
“Kami telah memberikan penampilan luar biasa di Liga Europa. Dengan skor 1-0 kami beruntung bisa terus bermain baik. Kami menyerap emosi penonton dengan baik dan melakukan beberapa taktik yang disiplin. Kami berjanji pada diri sendiri untuk keluar berjuang dan menyerap atmosfer. Para penggemar mendorong kami dan kami senang bisa melangkah maju. Tidak mudah untuk memenangkan pertandingan ini,” tutur Sebastian Rode.
Pada babak semifinal, Frankfurt akan berhadapan dengan Chelsea yang menjadi salah satu unggulan untuk meraih gelar juara. Meski begitu, Hutter percaya diri mampu merepotkan The Blues yang lolos ke semifinal dengan dua kemenangan tipis menghadapi Slavia Praha.
“Kami mungkin menjadi semifinalis yang paling tidak diinginkan oleh Chelsea. Mereka akan datang dengan status sebagai favorit,” kata Adi Hutter, pelatih yang menjalani debutnya bersama Frankfurt setelah menggantikan Niko Kovac yang hengkang ke Bayern Munich awal musim ini.
Meningkat Setelah Promosi
Frankfurt adalah salah satu kesebelasan yang tidak memiliki prestasi bagus baik di kompetisi lokal maupun di level kontinental. Delapan musim lalu, mereka bahkan masih terjebak di kompetisi level dua Jerman. Akan tetapi, prestasi kesebelasan berjuluk Die Adler atau Si Elang ini terus meningkat seiring berjalannya waktu.
Semusim setelah promosi, mereka finis di urutan keenam klasemen akhir Bundesliga. Sempat merosot tujuh anak tangga pada musim berikutnya, Frankfurt masuk 10 besar pada musim 2014/2015 setelah menduduki peringkat kesembilan. Dalam dua musim berikutnya, Frankfurt hanya menempati posisi ke-16 dan 11 klasemen akhir. Akan tetapi, pada musim 2016/2017 mereka sukses melangkah ke final DFB Pokal walau akhirnya kalah dari Borussia Dortmund.
Tanda-tanda peningkatan prestasi Frankfurt dimulai pada musim lalu. Keberhasilan finis pada posisi kedelapan, diikuti dengan kembalinya mereka berlaga pada final DFB Pokal. Tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, Frankfurt membalas kekalahannya musim sebelumnya dengan kemenangan 3-1 atas Bayern Munich di Berlin sekaligus memberikan perpisahan manis kepada Niko Kovac.
Kehilangan Kovac ternyata tidak menurunkan kekuatan Frankfurt. Musim ini, mereka bahkan berpeluang mengakhiri kompetisi dengan prestasi yang jauh lebih hebat dari musim lalu. Selain berpeluang ke final Liga Europa, mereka juga memiliki kesempatan yang bagus untuk finis di empat besar Bundesliga.
Saat ini, mereka berada di peringkat keempat dan berselisih enam angka saja dari peringkat ketiga, Red Bull Leipzig. Meski mendapat ancaman dari Borussia Moenchengladbach, namun peluang mereka untuk bisa bertahan di empat besar sangat besar. Apalagi performa mereka cukup konsisten karena belum terkalahkan selama paruh kedua musim ini.
Peran Suporter di balik Prestasi Frankfurt
Frankfurt bukanlah kesebelasan kaya. Transfer termahal mereka musim lalu hanya berharga 5,5 juta Euro yaitu Evan N’Dicka. Bahkan rekor pembelian mereka sepanjang sejarah hanya bernilai 7 juta Euro ketika mereka membeli Sebastian Haller dari Utrecht pada 2017 lalu.
Meski pemain mereka tidak memiliki nama besar yang mentereng, namun para pemain Eintracht seolah mencari cara untuk bisa meningkatkan nilai jual mereka di pasaran. Caranya adalah dengan selalu bermain bagus di setiap pertandingan. Hasrat mereka untuk selalu lapar juga dibantu oleh suporter mereka yang cukup militan dan selalu memenuhi markas mereka, Waldstadion.
Musim ini, Franfkurt berada di lima besar kesebelasan dengan rataan jumlah kehadiran terbanyak di partai kandang dengan rataan 48 ribu penonton. Dengan begitu dekatnya jarak tribun dengan lapangan, maka bisa dipastikan betapa bisingnya Waldstadion setiap mereka bertanding. Atmosfer ini yang kemudian menjadi doping para pemain yang tampil heroik di atas lapangan seperti apa yang dikatakan Rode dan Hutter.
Betapa militannya suporter Frankfurt bisa terlihat dari perayaan mereka setelah timnya lolos ke semifinal. Puluhan dari mereka turun ke pinggir lapangan untuk merayakan kemenangan bersama para pemain mereka. Steward yang berada di pinggir lapangan kewalahan untuk menahan mereka agar tidak menjatuhkan papan iklan.
Bukan kali ini saja, suporter Frankfurt mencuri perhatian. Pada babak 16 besar melawan Inter Milan, ada 13 ribu lebih suporter mereka yang menyaksikan laga tersebut langsung ke San Siro. Dilansir dari DW, ternyata rata-rata penonton mereka yang hadir dalam partai tandang kerap berjumlah dua digit.
“Mendukung Eintracht Frankfurt itu sangat luar biasa karena klub selalu berbicara dengan ultras dan kelompok penggemar lain. Inilah sebuah hal positif yang Eintracht begitu istimewa,” tutur salah satu penggemar Frankfurt bernama Susie.