Kurang mendapatkan jam terbang selama 2018/2019 tidak membuat gelandang Everton, Tom Davies, frustasi. Ia justru menandatangani kontrak baru yang akan mempertahankan jasanya hingga 2023 di Goodison Park. Datang dari Tranmere Rovers pada 2009, kontrak tersebut akan membuat Davies bertahan di Everton selama 14 tahun.
Tentu ada peluang bagi dirinya hengkang dari Goodison Park di masa depan. Tapi apabila melihat kecintaan Davies pada the Toffees, sulit untuk membayangkan dirinya mengenakan kostum tim lain. “Ini adalah tempat yang selalu saya impikan sejak kecil,” kata Davies.
“Bersama Everton, saya bisa terus berkembang. Saya memiliki ambisi untuk meraih piala bersama tim ini,” lanjutnya. Davies mendarat di akademi Everton saat masih berusia 11 tahun. Ketika itu, Everton berhasil menembus final Piala FA. Mengalahkan Liverpool dan Manchester United sebelum dikalahkan Chelsea di partai puncak.
Namun, status Davies masih pemain akademi. Mulai diorbitkan ke tim senior pada 2015, pencapaian tertinggi Davies bersama Everton hanya semi-final Piala FA dan Liga. Paling tidak, itulah pencapaian terbaiknya hingga 2019. Baru genap 20 tahun pada 30 Juni 2018, tentu karier Davies masih panjang. Masih banyak yang bisa ia raih bersama the Toffees.
Marco Silva selaku manajer Everton juga melihat Davies sebagai tulang punggung klub di masa depan. “Sangat penting bagi kami untuk memastikan Davies bertahan di sini. Dirinya adalah pemain penting untuk Everton. Berani memimpin dan mengambil tanggung jawab besar sekalipun jarang bermain,” puji Silva yang hanya menggunakan jasa Davies 19 kali sepanjang musim 2018/2019.
Kenangan Manchester City
Nama Davies mulai mencuat pada musim 2016/2017. Everton menjamu Manchester City. Davies diturunkan 90 menit oleh Ronald Koeman dan cetak satu dari empat gol the Toffees ke gawang Claudio Bravo.
“Pertandingan lawan Manchester City mungkin momen terbaik di karier saya sejauh ini. Saat berdiri di lorong, saya tidak percaya bisa satu ruangan dengan Sergio Aguero, David Silva, Kevin De Bruyne, dan Yaya Toure. Itu seperti mimpi. Tapi masuk ke dalam, semua jadi nyata. Bisa mengalahkan tim seperti Manchester City 4-0 adalah hal yang luar biasa,” kata Davies.
Penampilan Davies melawan Manchester City itu juga mendapat pujian dari Koeman. “Dia bermain dengan sangat baik. Davies adalah gelandang yang agresif, walaupun tak banyak melakukan sesuatu pada bola, ia nyaman dengan gaya permainannya. Dirinya merupakan talenta muda yang luar biasa. Davies punya masa depan cerah di Everton,” puji Koeman.
Tampil impresif selama 2016/2017, Davies sempat meminta jam terbang lebih pada Koeman. Namun nakhoda asal Belanda itu mengingatkan Davies untuk bersabar. “Davies mendapat banyak perhatian setelah mencetak gol lawan Manchester City. Tapi sebagai pelatih, kami harus menjaga dirinya tidak jumawa. Tetap membuat dia membumi, karena kini ia sudah merasa jadi tumpuan di Everton,” kata Koeman.
Generasi Emas Akademi
Foto: One Football
Koeman adalah manajer pertama yang memberi kesempatan lebih pada Davies. Saat the Toffees masih diasuh Roberto Martinez, Davies hanya main tujuh menit di atas lapangan. Padahal Martinez juga mengakui talentanya. Tapi ia lebih memilih Gareth Barry, James McCarthy dan Ross Barkley sebagai pemain utama.
Perlakuan Martinez pada pemain-pemain muda Everton sempat membuat David Unsworth yang menangani tim U23 the Toffees geram. “Kita perlu seorang manajer yang membuat anak-anak muda padu dengan para senior. Lihat Tom Davies, Kieran Dowell, Jonjoe Kenny, dan Matthew Pennington. Mereka punya potensi jadi pemain besar,” kata Unsworth.
“Mereka sudah bermain untuk tim nasional Inggris hampir setiap kategori umur. Mereka hanya butuh kesempatan. Tom, Kieran, Jonjoe, dan Matty akan ada di sini untuk waktu yang lama dan manajer Everton bisa menjadikan mereka sebagai poros tim,” lanjutnya.
Permintaan Unsworth itu bukan tanpa alasan. Dirinya merasa akademi Everton sedang ada dalam generasi emas. Akan sangat sayang apabila disia-siakan. “Saya sudah mengatakan hal ini dalam beberapa tahun terakhir,” buka Unsworth.
“Kita punya pemain-pemain muda yang berkualitas. Bahkan dalam satu tahun ke depan, akan ada tujuh sampai delapan pemain lagi yang saya rasa siap membela tim senior,” jelas mantan bek Sheffield United itu pada Mei 2016.
Efek Big Sam
Foto: Telegraph
“Kami bisa mendatangkan Mason Holgate, Dominic Calvert-Lewin, dan Brandon Galloway sejak usia dini. Mereka belajar di akademi, dibentuk menjadi pemain Everton, dan siapkan untuk tim utama. Kami di sini bukan untuk menghidupi klub lain,” kata Unsworth setahun kemudian.
Koeman menjadi sosok yang mulai memenuhi permintaan Unsworth. Kemudian pekerjaan itu dilanjutkan oleh Sam Allardyce. Memupuk mental Davies semakin kuat di tim senior the Toffees.
“Dia sangat baik untuk perkembangan saya. Menempatkan saya di posisi terbaik sebagai gelandang serang. Saya biasanya digunakan di berbagai posisi di lini tengah. Namun, saya selalu senang untuk menyerang. Bersama Allardyce saya belajar menyesuaikan diri dengan bentuk tim. Saya sangat menikmati hal itu,” kata Davies.
Sementara Allardyce melihat perkembangan Davies lahir dari diri gelandang itu sendiri. “Ia bertanya apa yang bisa dilakukannya untuk masuk ke tim utama. Bukan bertanya ke saya, tapi kepada para pelatih. Dirinya bekerja keras selama latihan dan hal itu tidak luput dari pengamatan saya,” aku Big Sam.
Tidak Terbuang Oleh Uang
Foto: Zimbio
Dalam beberapa tahun terakhir, Everton mulai aktif belanja dengan harga mahal. Yannick Bolasie dan Morgan Schneiderlin hingga Richarlison serta Yerry Mina. Lebih dari 300 juta pauns sudah dikeluarkan Everton dalam enam periode transfer.
Total 25 pemain mendarat di Goodison Park dan enam di antara mereka adalah gelandang seperti Davies. Schneiderlin, Nikola Vlasic, Gylfi Sigurdsson, Davy Klaassen, André Gomes, dan Bernard, semua menjadi saingan Davies. Tapi hal itu tidak membuat Davies gentar. Justru Klassen yang dibuang the Toffees ketimbang Davies.
“Banyak pemain masuk, itu memberi kompetisi. Jadi saya harus bisa memaksimalkan kesempatan yang ada. Saya berharap Everton bisa terus meningkat bersama Marco Silva,” katanya. Silva pun mengakui kemampuan Davies.
Siapapun pelatihnya, ia diakui sebagai pemain hebat. Tinggal menunggu waktu hingga Davies menjadi tulang punggung klub dan sinonim dengan the Toffees. Davies mungkin masih berusia 20 tahun. Tapi dia jelas dibentuk menjadi legenda Everton.