Kedaulatan negara Isrel tentang aktivitas militernya terhadap Palestina mengundang kecaman berbagai pihak. Tidak terkecuali dalam dunia sepakbola. Beberapa negara seperti Argentina, Iran, Indonesia, Turki, dan Mesir, pernah menolak bertanding melawan Israel.
Pesepakbola sekaliber Cristiano Ronaldo yang terkenal rendah hati itu pun pernah menolak bertukar seragam dengan pemain Israel. Aksi simpatik terhadap Palestina juga merambah ke ranah tribun penonton. Suporter Celtic pernah mengibarkan bendera Palestina ketika bertanding dengan Hapoel Ber Sheeva yang merupakan kesebelasan dari Israel.
Beberapa contoh kejadian itu membuktikan bahwa dampak dari agresi militer Israel cukup memanaskan beberapa kalangan di sepakbola di luar negara itu sendiri. Tapi tahukah bahwa di Israel pun ada suatu pertandingan yang panas dan bersejarah panjang?
Sentimen itu sudah terjadi lama antara Hapoel Haifa dengan Maccabi Haifa. Saling benci, olok-olok, dan konflik antara dua pendukung dalam laga bertajuk Derby Haifa itu adalah hal yang biasa selama bertahun-tahun. Persaingan antara Hapoel dan Maccabi memiliki sejarah yang panjang.
Persimpangan Sisi Kiri Hapoel Haifa
Sumber rivalitas derby Haifa ini berasal dari identitas politik klub. Berawal dari berdirinya Maccabi pada 1913 yang kemudian terkenal dengan gaya permainan yang menyerang melalui umpan-umpan pendek. Kemudian Maccabi terus dibayang-bayangi Hapoel sebagai rival satu kotanya. Padahal, Hapoel merupakan bagian dari Maccabi pada awalnya.
Tapi kemudian memutuskan untuk memisahkan diri dari Maccabi yang didirikan para serikat-serikat buruh pada 1924. Tujuannya adalah untuk mendirikan klub olahraga buruh pertama seperti negara-negara lain di Palestina. Jadi Hapoel didirikan sebagai perwakilan kesebelasan buruh sosialis yang didiidentifikasi dengan Histardut dan Pemerintahan Mapai.
Histardut adalah serikat buruh nasional Israel. Sementara Mapai adalah istilah partai sayap kiri di Israel yang merupakan gabungan dari Ahdut HaAvoda dan Rafi. Memang pada waktu itu, semua Perdana Menteri Israel berafiliasi dengan gerakan buruh hingga 1977. Partai buruh dikaitkan dengan dukungan proses perdamaian antara Israel dan Palestina, kebijakan luar negeri, dan kebijakan ekonomi sosial demokrat.
Partai buruh Israel sendiri dikaitkan dengan Alainsi Progresid dan anggota pengamat Partai Sosialis Eropa. Partai ini merupakan anggota dari Sosialis Internasional yang sampai menangguhkan keanggotaannya pada 2018 atas keputusan Sosialis Internasional untuk bergabung dengan pemboikotan, divetasi, dan sanksi, di Israel.
Pertandingan pertama Hapoel pun digelar bertepatan dengan hari buruh, yaitu pada 1 Mei 1924. Saat itu Hapoel bertanding dengan para pekerja kereta api di Haifa. Maka bukan tanpa alasan jika Hapoel diidentifikasi sebagai klub yang didirikan oleh pihak berwenang atas afiliasi perdana menteri dengan gerakan buruh.
Maccabi yang saat itu masih merupakan kesebelasan kecil, telah dirampas secara teoritis dan harus berjuang tentang keberadaanya di Israel. Tapi Maccabi menjadi dikenal di kalangan pendukung kelas menengah ketika Hapoel dikatikan dengan partai buruh dengan sudut pandang sosialis di Israel.
Ketika Sosialis dan Afiliasi Buruh Tak Berwenang Lagi
Perbedaan antarklub itu pun menciptakan perbedaan di antara kedua pendukungngya. Hapoel diidentifikasi dengan sisi kiri politik dari sebagian pekerja industri di Haifa. Tapi dalam beberapa tahun terkahir, perbedaan politik antara kedua belah pihak ini hampir sepenuhnya menghilang dan memudar.
Sebab Maccabi menjelma menjadi klub besar seiring berjalannya waktu karena banyaknya prestasi yang diraih. Maccabi menjadi kesebelasan besar karena memenangkan 12 gelar sejak 1984 dibandingkan dengan satu gelar yang diraih Hapoel pada 1999.
Belum juga terhitung dengan ada atau tidak adanya Hapoel di divisi teratas Liga Israel karena degradasi. Hapoel lebih sering berada di belakang Maccabi di setiap akhir musimnya. Terakhir kali Hapoel Haifa berada di atas Maccabi di klasemen akhir adalah pada musim 1998/1999.
Apalagi mereka tidak bermain di divisi yang sama dalam dua dekade terakhir karena Hapoel sempat berkutat di divisi kedua Liga Israel. Hal itu yang membuat pertandingan Maccabi terlihat lebih ramai ketimbang Hapoel dalam beberapa waktu terakhir ini.
Kedua kesebelasan ini pun sama-sama menggunakan Stadion Sammy Ofer yang berkapasitas 30.780 penonton. Soal prestasi itu jugalah yang menjadi bahan olok-olok para pendukung Maccabi kepada Hapoel. Sementara pendukung Hapoel terus membanggakan prestasi-prestasi yang diarih pada zaman dahulu ketika Israel masih diwewenangi oleh afiliasi buruh.
Pertandingan pertama Derby Haifa pun dimenangkan Hapoel dengan skor 2-0 pada 18 Juni 1946. Terutama sejak 2004/2005, Deby Haifa lebih banyak memperlihatkan pelanggaran dan tekel keras daripada peluang mencetak gol. Seperti pada Derby Haifa yang digelar pada 29 Desember 2009 selalu dikenang sebagai pertandingan antara mereka sebagai salah satu paling panas.
Laga itu berjalan menegangkan dan menampilkan lebih banyak kartu kuning daripada percobaan menembak ke arah gawang. Sebanyak 11 kartu kuning dan satu kartu merah dikeluarkan wasit pada laga yang dimenangkan Maccabi dengan skor 1-0 itu.
Ruang ganti Hapoel pun tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika puas memenangkan Derby Haifa. “Kami tidak bermain dengan sebaik mungkin, tetapi kami menunjukan banyak punya hati. Anda tidak akan bisa tetap tenang setelah kemenangan seperti ini,” ungkap Nir Klinger yang menjadi manajer Hapoel setelah mengalahkan Maccabi pada 5 Desember 2017, seperti dikutip dari The Jerusalem Post.
Sumber lain: Sports Rabbi