Mungkin tidak ada komik, manga, ataupun serial animasi yang lebih populer di dunia sepakbola, dibandingkan ‘Kyaputen Tsubasa’ alias ‘Captain Tsubasa’. Beberapa pemain profesional seperti Fernando Torres bahkan mengaku terinspirasi jadi pesepakbola berkat karya Takahashi Yoichi tersebut.
“Saya ingat waktu masih sekolah, kami semua gemar menonton serial animasi dari Jepang. Judulnya ‘Oliver y Benji’ di Spanyol, lebih dikenal sebagai ‘Captain Tsubasa’. Melihat karier Tsubasa dari tim muda, hingga mewakili Jepang di Piala Dunia, dan main untuk Barcelona membuat saya ingin menjadi pesepakbola,” aku Torres.
Kisah buatan Takahashi memang fokus ke pemain-pemain Jepang. Tapi dalam perjalanan, mereka bertemu rival dari Eropa. Salah satunya bernama Karl Heinz Schneider. Penyerang Bayern Munchen yang menjadi rival utama penjaga gawang Jepang, Wakabayashi Genzo.
Memulai karier bersama Hamburg SV, Schneider mendapat julukan ‘Kaisar Muda’. Uniknya, hanya empat tahun sebelum ‘Captain Tsubasa’ dimuat oleh majalah Shonen Jump (1981), Hamburg memilki kaisar sungguhan. Namanya, Kevin Keegan.
Foto: In Bed With Maradona
Sama seperti Schneider, Keegan adalah penyerang yang kontroversial. Terutama karena sikap arogannya di ruang ganti. Nakhoda Hamburg saat itu, Rudi Gutendorf mengaku sempat diprotes pemain lain karena Keegan. “Mereka menolak Keegan. Mereka tak suka dengan kehadirannya di ruang ganti,” kata Gutendorf.
“Tapi saya ingin membawa Hamburg jadi kesebelasan sekelas Bayern Munchen. Dengan Keegan, hal itu bisa terjadi,” lanjutnya.
Perjudian Gutendorf itu pun berbuah hasil, Keegan mengakhiri musim 1978/1979 sebagai topskorer klub dengan 17 gol. Ia mengantarkan Die Rothosen lolos ke European Cup (Liga Champions) sebagai juara 1.Bundesliga.
Itu adalah gelar juara pertama Hamburg di Bundesliga. Sebelumnya mereka mendominasi era Oberliga-Nord, 15 kali menjadi juara liga dari 16 musim kompetisi. Tapi pada masa itu, Hamburg hanya sekali tampil di Liga Champions (1960/1961).
Pro-Kontra di Hamburg
Foto: Gegeball
Masuk ke era Bundesliga, Hamburg hanya kesebelasan papan tengah sebelum Keegan membuat mereka paten di dua besar liga. Tampil 110 kali dan mencetak 38 gol untuk Hamburg, Keegan terpilih sebagai pemain terbaik UEFA dua tahun beruntun (1978,1979).
Keegan disebut sebagai penguasa Hamburg oleh para suporter Hamburg. Sekalipun rekan-rekannya di atas lapangan enggan untuk memberi bola kepada dirinya. Menurut Hunter Davies, jurnalis yang juga menulis buku biografi the Beatles, para pemain merasa iri pada Keegan.
“Mereka tidak senang pada Keegan. Kesal melihat bayaran yang dikeluarkan klub untuk dirinya”.
Bayaran Keegan memang tidak murah. Hamburg harus memecahkan rekor saat itu. Membayar 500 ribu pauns ke Liverpool dan setiap tahunnya, Keegan mendapatkan setengah dari biaya transfer tersebut. Termasuk mendapat kekuasan atas hak gambar dalam semua alat promosi klub.
Dr Peter Krohn selaku general manajer Hamburg, rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk Keegan. Saat Krohn digantikan oleh Gunter Netzer, mantan gelandang Borussia Dortmund yang memiliki insting bisnis kuat, Keegan pun semakin menjadi di Hamburg.
Tapi tidak semua menolak Keegan. Salah satu nakhoda terbaik Jerman, Felix Magath, juga membela Hamburg saat Keegan menetap di sana. Ia melihat Keegan sebagai alasan utama mengapa Die Rothosen bisa diakui dunia.
“Keegan ada jauh di atas kita semua. Ia memiliki ambisi tinggi dan selalu ingin sukses. Dirinya memang jarang di ruang ganti karena berbagai wawancara, iklan, dan lain-lain. Tapi, siapapun yang menolak Keegan di Hamburg, dia adalah orang bodoh. Kita belajar banyak dari dirinya,” kata Magath.
Bukan Tempat Pelarian
Foto: Bundesliga
Keegan tahu bahwa masa-masanya di Hamburg tidak akan mudah. Sulit bahkan. Tapi itu yang membuat dia tertarik menyelami sepakbola Jerman. “Saya sudah melakukan semua hal bersam Liverpool. Saya butuh tantangan baru dan Hamburg merupakan tempat untuk mendapatkan hal itu,” kata Keegan.
“Orang-orang mungkin melempar kritik. Tapi saya bukanlah seorang penghianat. Saya hanya melakukan apa yang dilakukan. Secara finansial, apa yang diberikan Hamburg jauh lebih besar dibandingkan semua pendapatan saya sebelumnya,” lanjutnya.
Memasuki 2019, banyak talenta muda Inggris yang pergi ke Jerman. Jadon Sancho, Reiss Nelson, Keanan Bennetts, total ada enam pemain Inggris yang mewarnai 1.Bundesliga di 2018/2019. Terakhir, Reece Oxford kabarnya rela meninggalkan West Ham untuk Augsburg meski hampir terdegradasi di akhir musim.
Tapi mayoritas dari mereka datang ke Jerman untuk memulai karier sesungguhnya setelah tertahan di level akademi ataupun bangku cadangan Premier League. Keegan merupakan pemain Inggris pertama yang merantau ke Jerman.
Lebih dari itu, Keegan pergi ke Jerman pada masa-masa terbaiknya dan melanjutkan kesuksesan di sana. Bukan menghindar, tapi mencari tantangan. Terlepas dari semua kontroversi dan ulahnya selama di Hamburg, dirinya tetap diakui sebagai kaisar oleh penghuni tribun Volksparkstadion. Tokoh fiksi seperti Karl Heinz Schneider pun tak bisa mengalahkannya.