Berhasil mengakhiri musim 2018/2019 di peringkat empat klasemen akhir 1.Bundesliga, Bayer Leverkusen dipastikan akan tampil di Liga Champions 2019/2020. Ini merupakan tiket Liga Champions pertama Bayer sejak 2016.
Absen dari kompetisi tertinggi antar klub Eropa selama dua musim sempat membuat Bayer harus rela melihat pemain-pemain terbaik mereka pergi. Kevin Kampl, Benjamin Henrichs, Bernd Leno, dan Hakan Calhanoglu, semuanya pergi setelah Bayer gagal medapatkan tiket Liga Champions.
Meski tidak semua, beberapa di antara mereka mengaku kegagalan Bayer menjadi salah satu faktor saat mengambil keputusan untuk pergi. “Dalam empat bulan terakhir, saya ada di masa-masa sulit. Saya berterimakasih kepada AC Milan karena telah memberi tempat di klub penuh sejarah ini. Semoga kita bisa membangkitkan klub ini lagi,” ungkap Calhanoglu setelah dikontrak Rossoneri.
“Saya sangat senang bisa bergabung dengan AS Monaco. Mereka adalah kesebelasan yang berhasil menjadi salah satu tim terbaik di Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa langsung memberikan kontribusi untuk Monaco,” aku Henrichs.
Terlepas dari kesuksesan mereka di luar Bayer, tiket Liga Champions memang merupakan hal krusial untuk mempertahankan jasa terbaik. Bayer sempat jadi wakil tetap Jerman di Liga Champions (2013-2016). Pada masa-masa itu pun, mereka berhasil mempertahankan Javier ‘Chicharito’ Hernandez dan Son Heung-Min dari kejaran klub lain.
Foto: Irish Mirror
Berhasil mengamankan tiket Liga Champions 2019/2020, Kepala Pelatih Bayer Peter Bosz yakin dirinya tak akan kehilangan dua pemain penting Die Werkself: Julian Brandt dan Kai Havertz.
“Kami tahu mendapatkan tiket Liga Champions adalah hal penting. Wajar setiap pemain ingin main di level tertinggi. Saya yakin Kai [Havertz] akan bertahan. Semoga hal yang sama juga dilakukan Julian [Brandt] setelah kami mengamankan empat besar,” kata Bosz.
Tidak semua harapan Bosz terkabul. Tidak lama setelah dirinya mengungkapkan keinginan untuk mempertahankan Brandt, mantan pemain akademi Wolfsburg itu hengkang ke Signal Iduna Park dan mengenakan seragam Borussia Dortmund.
“Saya adalah orang yang lebih mengandalkan insting dan mengikuti kata hati. Hati saya ingin terus berkembang, maju jadi pemain yang lebih baik lagi. Oleh karena itulah saya memilih untuk pergi dari Bayer,” kata Brandt.
Untungnya, Havertz benar-benar bertahan seperti perkataan Bosz. Diincar Bayern Munchen dan Arsenal, Havert awalnya diragukan untuk tetap di BayArena. Setelah Brandt hengkang, peluang Havertz pergi semakin besar. Akan tetapi, sekitar sepekan setelah masa depannya menggantung, Havertz akhirnya memastikan dirinya bertahan.
Harus Jadi Prioritas
Belum genap 20 tahun, pemain kelahiran 11 Juni 1999 itu memiliki kontrak hingga 2022 di Bayer. Dirinya menjadi bagian penting dalam kesuksesan Bosz mengamankan empat besar di 2018/2019. Terlibat dalam 21 gol dari 37 partai, Havertz tidak tersentuh di lini tengah Bayer. Hanya Brandt yang lebih sering tampil untuk Bayer sepanjang musim.
Menurut mantan direktur olahraga Bayer, Reiner Calmund, kepergian Havertz sebenarnya tidak akan bisa dibendung. “Ia mungkin bertahan musim ini. Bayer ingin menikmati jasa Havertz lebih lama lagi. Tapi musim depan [2020/2021], dirinya mungkin akan pergi ke Bayern Munchen,” aku Calmund.
Kepindahan Havertz ke Bayern juga didukung oleh legenda Die Roten, Lothar Matthaus. “Saya bisa melihat Havertz bermain di Barcelona dan Real Madrid. Ia harus jadi prioritas Bayern. Jika perlu, berikan tawaran yang lebih tinggi dibandingkan klub lain. Atau tidak, dirinya bisa pergi ke luar Jerman,” kata Matthaus.
Perkataan Matthaus ini jadi kunci untuk melihat keputusan Havertz bertahan di BayArena. “Ia harus jadi prioritas,” kata Matthaus. Untungnya, di bursa transfer musim panas 2019, Havertz bukanlah prioritas Bayern. Die Roten lebih dikaitkan kepada pemain-pemain sayap untuk menggantikan Arjen Robben dan Franck Ribery yang pergi meninggalkan klub.
Belum Jadi Prioritas
Foto: Bavarian Football Works
Pemain seperti Leroy Sane lebih jadi target utama Bayern ketimbang Havertz yang bermain sebagai gelandang serang. Pada 2018/2019 mereka masih memiliki Corentin Tolisso, Leon Goretzka, dan Javi Martinez di lini tengah. Thomas Muller masih menjadi pilihan utama di belakang Lewandowski. Menukar tempat di Bayer untuk duduk di bangku cadangan bukan keputusan bijak bagi Havertz.
Hal serupa juga bisa terjadi jika ia memutuskan hengkang ke Arsenal. The Gunners saat ini memiliki berbagai nama di lini tengah. Lucas Torreira dan Mattéo Guendouzi baru diboyong Unai Emery pada 2018 dan menunjukkan kualitas mereka di Emirates Stadium. Mendarat di London, belum tentu memberikan tempat utama untuk Havertz.
Havertz sebenarnya pemain yang tepat untuk menggantikan Aaron Ramsey ataupun Muller. Tapi selama Muller masih ada Bayern. Selama Arsenal masih mempertahankan Mesut Ozil dan Henrikh Mkhitaryan tidak ada jaminan bagi Havertz.
Kontrak Ozil, Mkhitaryan, dan Muller akan berakhir pada 2021 di tim masing-masing. Saat mereka keluar, barulah Havertz dapat meninggalkan Bayer. Kecuali dirinya memang ingin seperti Brandt yang menukar tempat utama di Bayer untuk menjadi cadangan Dortmund.
“Brandt masih muda dan memiliki potensi tinggi. Dirinya akan memberi kedalaman pada skuad kami dan menambah opsi menyerang,” kata Direktur Olahraga Dortmund Michael Zorc setelah mendaratkan Brandt dengan dana 25 juta euro.