Pada 1995 Eric Cantona yang saat itu berkostum Manchester United melepaskan tendangan kung fu pada seorang pendukung Crystal Palace, Matthew Simmons. 22 tahun kemudian, Patrice Evra menduplikasi tendangan ikonik tersebut.
Evra, pemain yang dianggap Sir Alex Ferguson sebagai pemain yang sulit digantikan, anehnya melakukan tendangan tersebut pada suporter Marseille yang merupakan suporter klubnya sendiri. Hal ini jelas mengejutkan mengingat Evra bukanlah pemain dengan tempramen tinggi. Selain itu, ban kapten Manchester United juga pernah melingkar di lengannya yang membuktikan kalau ia bukanlah pemain tempramen. Lantas, apa yang membuat Evra melakukan hal tersebut?
Pada malam tersebut, Marseille sedang bertanding ke markas Vitoria Guimaraes dalam lanjutan Europa League. Sebanyak 500 suporter Marseille, away ke Portugal. Namun, sebelum pertandingan, terdengan chant negatif yang ditujukan pada pemilik lima gelar Premier League tersebut. Mereka kecewa lantaran Evra lebih sibuk di media sosial sementara permainannya kian menurun. Hal ini akhirnya berdampak pada performa tim itu sendiri.
Sebelumnya, pemilik 81 caps untuk timnas Prancis ini memang tidak masuk starting eleven. Pada 30 menit jelang pemanasan, Evra yang kesal, menendang bola ke arah suporter. Hal ini pun berbuntut kericuhan.
Suporter yang marah masuk hingga mendekati papan iklan yang juga ikut didatangi oleh Evra. Pemain Marseille yang lain mencoba melerai. Namun, Evra justru melepaskan satu tendangan taekwondo yang mengenai kepala salah seorang suporter tersebut. Setelahnya, Evra langsung digiring masuk ke ruang ganti.
Pasca kejadian tersebut, wasit memberikan kartu merah pada Evra tepat sebelum pertandingan berlangsung. Marseille tetap bermain dengan 11 pemain, sementara Evra pun menonton pertandingan dari tribun. Pertandingan tersebut berkesudahan 1-0 untuk tuan rumah.
Buntut dari apa yang terjadi di Portugal, Marseille langsung menjatuhkan hukuman untuk Evra setidaknya satu pertandingan, dan langsung melakukan investigasi atas apa yang sebenarnya terjadi. Jacques-Henri Eyraud selaku Presiden klub langsung menemui Evra, dan berbicara 4 mata namun belum mengambil tindakan dari apa yang dilakukan.
Keputusan klub atas nasib Evra sendiri akan diumumkan pada 10 November ketika rapat Dewan Klub. Beberapa pihak menyayangkan apa yang dilakukan Evra. Pelatih Marseille, Rudi Garcia menyayangkan apa yang dilakukan Evra, namun juga mempertanyakan suporter yang menyerang Evra.
“Pat, memiliki segudang pengalaman dan tidak seharusnya bereaksi, itu jelas salah. Itu hanya sedikit cercaan dari seorang supporter, Evra seharusnya tidak bereaksi berlebihan,” tandas Rudi,.
Rudi juga mengkritisi suporter yang dianggapnya tidak bersikap baik, “Mereka (suporter), bukan datang mendukung Marseille. mereka tidak sewajarnya menyerang pemain kami. Mereka seharusnya tetap mendukung tim,” pungkas Rudi.
Tanggapan lain datang dari mantan rekan setimnya Mikael Silvestre menyatakan Evra “tidak punya masa depan di Marseille”, namun juga masih mendukung Evra melanjutkan karir sepakbolanya, meskipun di tempat lain.
Julien Laurens, jurnalis sepakbola Prancis, menyesalkan apa yang terjadi. Evra telah mencapai apa yang semua pesepakbola impikan, bermain di klub besar seperti Juventus, Manchester United, Monaco bahkan Marseille. Ia meraih 21 gelar bersama klub, termasuk 1 gelar Liga Champions, 2 gelar Premier League bersama Manchester United dan 2 gelar Serie A bersama Juventus. Ia juga bermain di seluruh ajang bergengsi termasuk Piala Dunia dan Piala Eropa bersama Timnas Prancis.
Satu chants yang menurut Julien sangat menyakiti Evra adalah cemoohan bernada sarkas seperti “tetaplah membuat video itu, namun berhentilah bermain bola”. Evra memang cukup sering membuat video di akun pribadinya dan dianggap tidak fokus terhadap permainannya di Marseille.
Evra sendiri diyakini cukup frustrasi dengan keadaannya saat ini. Kedatangannya pada Januari awal tahun ini ke Marseille dibarengi dengan usia yang tidak lagi muda, 36 tahun. Evra hanya mencatatkan 2 penampilan sejauh ini.
Evra kalah bersaing di posisi full-back kiri dengan pemain pinjaman dari Aston Villa, Jordan Amavi yang berusia 23 tahun. Hal inilah yang diyakini sebagai faktor utama yang membuat Evra frustrasi, kehilangan tempat dan cemoohan suporter yang menyulut amarah dari Evra.
Pihak klub sendiri dijatuhi sanksi dari UEFA sebagai buntut dari suporter yang masuk ke lapangan pertandingan, sedangkan Evra pun juga terancam sanksi yang sama. Namun khusus untuk Evra, sanksi dari UEFA pun masih menunggu keputusan dari klub.