Musim panas 2018, berita kepindahan Thibaut Courtois ke Real Madrid yang mengejutkan tentu menimbulkan spekulasi bahwa ia akan menggeser posisi penjaga gawang inti di Santiago Bernabeu yakni Keylor Navas. Apalagi, El Real dikenal gemar memainkan pemain yang lebih memiliki aura bintang seperti Courtois. Bagi Real Madrid, prestasi gemilang Navas selama 3 musim terakhir tidaklah cukup.
Dugaan publik ketika itu kemudian benar terbukti. Kiper peraih Golden Glove Award 2018 ini kemudian menjadi pilihan utama entrenador baru Real Madrid di awal musim ini, Julen Lopetegui usai ditinggal Zinedine Zidane karena alasan yang misterius.
Bersamaan dengan ugal-ugalannya penampilan Real Madrid dibawah racikan sang eks pelatih timnas Spanyol, legenda klub Santiago Solari didapuk menjadi entrenador pengganti Lopetegui. Tentu Courtois sebagai salah satu pembelian termahal mereka musim ini dengan nilai 35 juta euro, menjadi pilihan utama.
Lalu yang terjadi selanjutnya kepada Courtois, mungkin tidak akan pernah ia bayangkan sebelumnya.
Zidane, Mimpi Buruk Courtois
Kembalinya Zinedine Zidane pada Maret 2019 menimbulkan spekulasi kurang tak sedap bagi Thibaut Courtois. Maklum, selama 3 musim sebelumnya, Keylor Navas yang musim ini rajin jadi penghangat bench adalah pilihan utama Zidane.
Dugaan publik akan terancamnya posisi Courtois terbukti. Pada laga perdana comeback Zidane sebagai entrenador, Keylor Navas dipasang di starting XI. Zidane bahkan memasang Luca Zidane pada starting XI di laga melawan Huesca (31/3) dan tidak menyertakan Courtois pada daftar pemain pengganti. Wlaupun saat itu Zizou beralasan Courtois sedang tidak fit.
Dan selama 2 bulan Zidane kembali melatih Madrid, Courtois tidak juga menjadi kiper utama di starting eleven. Terkait dengan isu masa depan kiper yang akan ia pakai musim depan, Zidane sempat mengatakannya kepada media.
“Saya yakinkan Anda bahwa tahun depan tidak akan ada perdebatan tentang kiper. Saat ini saya punya tiga yang bagus. Tapi pasti tidak akan ada perdebatan, saya katakan itu sekarang. Ini akan menjadi sangat jelas, “ujarnya pada bulan April silam.
Dipastikan bahwa Zidane untuk saat ini tidak memasukkan rencana jangka panjang untuk memainkan seorang Thibaut Courtois pada posisi penjaga gawang inti Real Madrid.
Courtois Sebagai Korban Keadaan
Turbulensi kursi pelatih di Real Madrid adalah salah satu faktor yang menyebabkan performa buruk yang didapatkan Courtois pada musim debutnya. Sebagai pembanding, musim debut kiper bertinggi badan 199cm tersebut pada masa peminjamannya di Atletico Madrid pada musim 2012/2013 langsung berbuah gemilang dan mampu menyingkirkan kiper utama Atleti saat itu, Sergio Asenjo dibawah pelatih anyar mereka saat itu, Diego Simeone. Kegemilangan performa Courtois dan garda lini belakang Atletico Madrid kala itu mengantarkan mereka pada gelar La Liga 2013 dengan rekor paling sedikit kebobolan dalam satu musim penuh yaitu 26 gol.
Dapat dikatakan, performa buruk Courtois bersama Real Madrid tidak bisa dibebankan sepenuhnya kepada dirinya seorang. Namun, agaknya peluang Courtois sebagai kiper inti semakin kecil, mengingat performa Real Madrid yang buruk ketika dikalahkan tim sekota, Rayo Vallecano 1-0 di Vallecas. Pada laga tersebut, Thibaut Courtois pertama kali diturunkan oleh Zinedine Zidane di musim ini.
Tekanan Publik Sebagai Dalih
Penampilan buruk Courtois pun ditambah dengan penampilan culun yang ditunjukannya saat menghadang tendangan penalti. Musim ini, Real Madrid mendapat 8 kali hukuman penalti dan Courtois gagal menghadangnya dalam 7 kali. 1 tendangan lainnya bukan berhasil ia hadang, namun karena melenceng jauh dari gawang.
Selama bermain sebelum comeback Zidane, Courtois bermain sebanyak 24 kali dan kebobolan 30 kali. Meski demikian, pemilik nomor punggung 25 di Real Madrid ini menganggap bahwa tekanan yang dimilikinya berbeda ketika bermain bagi Real Madrid.
“Ada lebih banyak tekanan di (Real) Madrid, para penggemar lebih menuntut, dan saya suka itu,” mengutip El Transistor. ” Anda tidak dapat membandingkan satu stadion dengan stadion lainnya, (Santiago) Bernabeu dengan (Vicente) Calderon (kandang lama Atletico),” tambahnya.
Bila disimak, pernyataan Courtois menyiratkan pesan bahwa siapapun kiper yang bermain gemilang akan kesulitan bila harus berhadapan dengan atmosfer Santiago Bernabeu.
***
Dengan pilihan Zidane yang cenderung lebih menyukai Keylor Navas, hampir dipastikan peluang Thibaut Courtois untuk menyisihkan kiper utama sebagaimana ia pernah lakukan, kemungkinan sulit. Selama Navas menunjukan konsistensi, Courtois hampir tidak memiliki alasan kuat untuk bertahan.
Namun apabila ia lebih mau bersabar, musim depan adalah waktu yang tepat untuk memulai semuanya dari awal. Yang ia perlu lakukan adalah menunjukkan performa mentereng di laga pramusim nanti. Real Madrid adalah impian hampir semua pesepakbola, di lain sisi ia terancam akan terkubur oleh kebesaran Real Madrid.
Pesona kebintangan Courtois tentu masih memikat banyak klub besar. Paris Saint-Germain kabarnya akan mencari kompetitor bagi Alphonse Areola, ditambah Gianluigi Buffon yang sudah menginjak usia 41 tahun. Mantan klub Courtois, Atletico Madrid kini digosipkan akan melepas sang kiper utama, Jan Oblak pada musim panas ini. Pilihan yang tentunya semakin merasa di ada di tengah-tengah persimpangan jalan, apakah ia akan memilih merakit mimpi-mimpinya dengan Real Madrid atau pergi, yang pasti ia harus segera memperbaiki kelemahan-kelemahannya.