Kemunculan Jack Harrison ke sepakbola Inggris adalah sesuatu yang unik. Setelah gagal masuk ke akademi Liverpool dan Manchester United, Harrison melanjutkan pendidikannya di Amerika Serikat. Berada di Negeri Paman Sam, karier sepakbolanya meningkat dan jadi pilihan pertama di MLS SuperDraft 2016.
Harrison termasuk beruntung masuk SuperDraft 2016. Pasalnya itu adalah musim perdana New York City FC tampil di Major League Soccer (MLS). Dengan demikian, klub milik City Football Group itu mendapatkan kesempatan pertama untuk memilih pemain.
Biasanya, SuperDraft akan dimulai dari kesebelasan paling rendah di musim sebelumnya, atau setidaknya gagal menembus playoff. Mirip seperti sistem di National Football League (NFL) dan National Basketball Association (NBA). Tapi karena NYCFC adalah pendatang baru, mereka diberi kesempatan menjadi yang pertama.
Harrison beda dengan Freddy Adu yang juga menjadi pilihan pertama di SuperDraft (2004), tapi harus membela DC United. Peserta playoff MLS Cup 2003, tapi karena saat itu liga masih diisi 10 peserta. DC United duduk di peringkat tujuh klasemen keseluruhan, hanya unggul satu poin dari juru kunci zona timur, Columbus Crew.
Koneksi NYCFC dengan saudara mereka di Kota Manchester memudahkan mereka untuk mendatangkan David Villa dan Frank Lampard pada musim perdananya. Mereka sudah siap dengan kekuatan penuh. Dengan kata lain, Harrison langsung ada di posisi terbaik. Dirinya bahkan disebut sebagai ‘anak emas’ oleh David Villa.
Congrats golden boy for the call up to the @England U21 National Team. @Harrison_Jack11 https://t.co/qFgsSFB38I
— David Villa (@Guaje7Villa) October 1, 2017
Kemudian Patrick Vieira datang menangani NYCFC dan memaksimalkan potensi Harrison. Sampai-sampai dirinya dipanggil ke tim nasional U21 Inggris. “Saya sangat senang untuk Harrison. Ini adalah kabar positif bagi dirinya yang sudah berkembang pesat bersama tim kami,” kata Vieira.
“Ia akan berada di sekumpulan pemain Premier League. Itu artinya dia memang layak untuk mendapatkan panggilan ini,” lanjut mantan gelandang Arsenal tersebut. Ada di kumpulan pemain Premier League itu juga jadi bumerang buat NYCFC. Pasalnya hanya dalam hitungan bulan, Manchester memanggil.
Sial di Middlesbrough
Foto: Gazzette Live
“Saya sangat senang bisa kembali ke Inggris. Saya menikmati masa-masa selama di NYCFC. Berada di bawah Patrick Vieira dan tim pelatihnya telah membantu saya untuk berkembang. Saya ingin mencoba kemampuan saya di sini,” aku Harrison.
Dirinya mendapat kontrak hingga 2021 dari Manchester City. Namun, ia langsung dipinjamkan ke Middlesbrough. Sebagaimana penghuni papan atas Premier League memperlakukan pemain muda mereka. Kecuali Tottenham. Tapi mungkin itu karena Tottenham kekurangan pemain, entahlah.
“Harrison mungkin akan bertahan di Middlesbrough lebih dari satu musim. Mungkin sekitar 18 bulan. Dia seumuran dengan Patrick Roberts. Sementara Roberts bertahan di Celtic dua setengah musim,” kata Guardiola memberi gambaran masa depan Harrison.
Sialnya, gaya permainan Pullis berbeda jauh dengan Guardiola. Pada akhirnya, Harrison hanya tampil empat kali untuk Boro. Bukan karena cedera atau alasan lain. Hanya saja dirinya datang ke salah satu pesaing zona playoff di tengah musim. Butuh waktu adaptasi, perbedaan gaya permainan, bangku cadangan saja sudah.
Kembali ke Etihad Stadium tanpa memberi banyak bukti, Harrison kembali dipinjamkan. Kali ini ke Leeds United. “Saya sebenarnya kagum melihat Harrison di pra-musim. Tapi kemudian Leeds menelpon. Saya familiar dengan gaya main Marcelo Bielsa [manajer Leeds] dan yakin itu cocok untuk Harrison,” kata Guardiola.
Berharap Diakui Guardiola
Foto: SkySports
Kali ini pilihan Guardiola tepat. Harrison memang diandalkan oleh Bielsa dan terlebih lagi, pemain kelahiran Stoke-on-Trent itu merasa dirinya berkembang di Leeds. “Saya belajar banyak dari Bielsa soal pergerakan bola. Dia sangat mendetil dan jika kita lihat gaya main Leeds dan Manchester City, ini tentu membantu saya untuk masuk tim Pep Guardiola,” kata Harrison.
Harrison membantu Leeds masuk zona playoff Championship 2018/2019. Menyumbang empat gol dan arsiteki tiga lainnya dari 37 pertandingan. Dia mencetak gol penyeimbang melawan Millwall, membobol gawang Derby County, dan menjadi pahlawan ketika bertemu Sheffield Wednesday menjelang masa-masa penutupan liga.
Sayangnya, Harrison tampil inkonsisten di atas lapangan. Terkadang dia dipuja, tapi ada juga masanya ia dimaki. Misalnya saat Leeds kalah 0-1 dari Birmingham City. Harrison gagal mengangkat moral dan semangat juang teman-temannya di atas lapangan dengan membuang-buang peluang di depan gawang Lee Camp.
Beruntung Leeds dikabarkan masih mau memperpanjang masa pinjamannya dan membuka peluang untuk kontrak permanen. Pasalnya, dengan penampilan seperti itu Harrison belum bisa menembus tim utama Guardiola. Apalagi dengan keberadaan Raheem Sterling, Leroy Sane, dan Bernardo Silva di Etihad.
Korban PHP
Foto: Mundo Deportivo
Bahkan jika melihat ucapan Guardiola saat melepas Harrison ke Leeds, ia memang tidak pernah ada di rancangan Manchester City. “Saya selalu mengatakan apabila ada tempat, jangan biarkan dia pergi. Tapi nyatanya tidak ada tempat yang terbuka,” kata Guardiola.
Ingat Patrick Roberts yang disebut Guardiola saat mengirim Harrison ke Middlesbrough?
Dia adalah salah satu talenta muda Inggris terbaik yang pernah diperlihatkan Fulham dalam beberapa tahun terakhir. Diboyong Manchester City pada musim panas 2015 dan setelah dua setengah tahun menjalani masa pinjaman bersama Celtic, dirinya tak pernah tampil di Premier League.
Pada 2018/2019, Roberts dipinjamkan ke Girona dan gagal membantu klub lolos dari degradasi. Bermain kurang dari 600 menit di sana. Pulang ke Manchester, dirinya harus berkemas lagi karena jasanya dipinjamkan ke Norwich untuk musim 2019/2020. Main di Premier League. Tapi bukan bersama tim sekelas Manchester City.