Tottenham Hotspur langsung membuka puasa merekrut pemain selama setahun dengan merekrut gelandang Tanguy Ndombele dari Olympique Lyon. Tidak tanggung-tanggung, Ndombele diangkut dengan dana 55 juta paun, rekor baru belanja pemain Lilywhites.
“Saya membuat mimpi menjadi nyata. Saya tidak sabar dan sangat bahagia bisa bermain di Premier League. Saya harap bisa meraih hal luar biasa dengan tim,” ucap pemain 22 tahun kepada situs resmi klub.
Dua senior di timnas Prancis, Hugo Lloris dan Moussa Sissoko memengaruhi keputusannya pindah ke klub finalis Liga Champions 2018-19 tersebut. Skuat yang dihuni banyak pemain muda diyakini bisa membuat Ndombele merasa nyaman dan tertantang.
Namun, memang seberapa hebat sebetulnya Ndombele? Mungkinkah gelandang box-to-box (merujuk area permainan dari kotak penalti pertahanan-kotak penalti) ini bakal memenuhi ekspektasi sebagai pemain termahal di klub yang mengerem pengeluaran sampai titik nol dalam dua jendela transfer?
Ndombele mulai masuk perbincangan publik saat turut membawa Amiens SC promosi ke Ligue 1 di musim pertama karier profesionalnya. Dia salah satu talenta gemilang Amiens, tim yang baru pertama kali promosi ke Ligue 1 dan masih bergumul di divisi tiga Prancis pada 2016.
Pada tim Amiens, Ndombele sempat merumput bersama penyerang Aboubakar Kamara. Iya, Kamara yang musim lalu membela Fulham, sempat rajin mencetak gol, berebut penalti dengan Mitrovic, gagal penalti, membuat Claudio Ranieri mencak-mencak, dan ditendang ke Turki membela Yeni Malatyaspor.
Keduanya sama-sama tidak melanjutkan kisah peri Amiens yang mapan di papan tengah Ligue selama dua musim terakhir. Namun, Ndombele jelas punya jalan karier yang tampaknya lebih meyakinkan dari kolega begundalnya. Citra yang sebetulnya juga melekat kepada Ndombele muda, sekalipun masih dalam kadar yang tidak melewati batas.
Bakat mentahnya bukan sama sekali tidak tercium tim-tim kaliber Ligue 1. Pada usia 17 tahun, Ndombele mencoba berkarier di Guingamp, tapi gagal diberi kontrak profesional. Ndombele juga mengikuti seleksi perekrutan dengan Auxerre, Caen, dan Angers.
Tidak ada satupun yang mau merekrutnya. Urusan kelebihan berat badan menjadi persoalan. Selain itu, tabiat dirinya juga sebuah masalah yang menghambat bakatnya.
Menurut kapten tim junior Guingamp saat itu, Sullivan Martinet, Ndombele sering bersikap acuh tidak acuh. Terlalu cuek, tidak serius, dan enggan peduli dengan harapan orang lain kepada dirinya. Padahal, bakatnya amat luar biasa.
“Dia sangat kuat, sehingga kami berharap lebih kepadanya untuk konsistens. Dia enggan mencoba berusaha keras. Dia tidak memberi kesan selalu kerja keras 100%. Apa yang mengganjalnya yakni perilaku di luar lapangan,” ujar Sullivan dilansir The Guardian.
Momentum benar-benar didapatkannya saat mampu membawa promosi ke Ligue 1 secara dramatis tiga musim lalu. Olympique Lyon yang mencari pengganti Corentin Tolisso, meminjamnya dulu untuk satu musim.
Kinerjanya tidak mengecewakan. Tampil 32 laga liga dengan 28 kali sebagai starter, Ndombele menyumbang 6 asis. Alhasil Les Gones, julukan Lyon mempermanenkan jasanya dengan banderol 8 juta euro.
Musim kemarin, Ndombele semakin moncer. Dipercaya tampil 33 laga liga, perolehan statistiknya meningkat dengan 7 asis dan satu gol. Salah satu penampilan apiknya, yakni saat Lyon berhadapan dengan Manchester City di babak grup Liga Champions. The Cityzens ditekuk 2-1 di Manchester dan imbang 2-2 di partai berikutnya.
Atas kinerjanya, Guardiola memujinya karena permainan City begitu diambil alih oleh kengototan Ndombele di lini tengah. Sepanjang periode akhir tahun lalu, Ndombele memang benar-benar mengenalkan dirinya ke jagat sepak bola elite. Pada 11 Oktober 2018, dia mendapatkan debut membela Prancis saat uji tanding melawan Islandia, menggantikan Paul Pogba.
Sayang inkonsistensi masih mengalir di dalam jaringan otot mudanya. Pelatih Lyon, Bruno Genesio yang jarang melempar kritik kadung mendamprat Ndombele akibat terlalu mengecewakan di laga-laga melawan tim papan bawah musim lalu.
Tentu membingungkan bagaimana dia bisa gagah saat meladeni salah satu tim dengan lini tengah terbaik di dunia, tapi tampil semenjana saat berhadapan tim medioker. Operan cerobohnya bisa membayakan lini belakang yang seharunya dia proteksi. Pada akhirnya, kesungguhan Ndombele acap kali dipertanyakan.
Satu Gol Belum Cukup
Selama dua musim tampil di Ligue 1, baru sekali pemain bernomor punggung 28 itu mampu mencetak gol. Memang, posisinya cenderung di depan garis pertahanan. Tenaganya yang beringas memungkinkannya bergerak maju-mundur layaknya gelandang tengah modern.
Berduet dengan Lucas Tousart yang bernaluri bertahan dalam skema 4-2-3-1 atau 4-3-3, kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baiknya dari Ndombele sangat krusial. Kemampuan membawa bola plus menyerang darinya menentukan suplai dari lini tengah yang biasanya diolah gelandang kreatif, seperti Nabil Fekir lebih dulu sebelum tiba di penyerang sayap yang mencoba menyelesaikan peluang atau sodoran untuk penyerang tengah.
Kemampuan menggiring bola Ndombele amat menentukan. Memberi kelegaan saat keluar dari tekanan lawan, maupun membangun serangan awal. Musim pertama berseragam putih Lyon, dia mencatat rata-rata tiga kesuksesan giringan bola perlaga.
Total 13 asis menjadi bukti kalau dia mampu pula mengotaki serangan Lyon di Ligue 1. Meski begitu, torehan golnya kadung minim. Baru satu gol saja dia cetak selama dua musim berkiprah di divisi teratas sepak bola Prancis.
Gol itu datang tepat di penghujung waktu pertandingan terakhir Ligue 1 musim kemarin. Gol dengan skema dia yang mengatur lini tengah, mengoper ke pemain di sayap kanan, merangsek kotak penalti, dan menuntaskan umpan silang dengan sentuhan manis. Penentu kemenangan atas Nimes dan semacam hadiah terakhir sebelum berpisah.
Kenyataan ini menjadi minus yang perlu ditingkatkan. Sebab, sudah banyak contoh gelandang box-to-box menggelontorkan gol. Misalnya, legenda Lyon, Michael Essien yang terkenal dengan gol sepakan keras dari luar kotak penalti di masa jayanya. Yaya Toure yang tajam bukan main, bahkan pernah 20 gol permusim bersama Manchester City.
Mungkin ini bukan terlalu menjadi persoalan, karena memang tugas gelandang jangkar yang turut membantu penyerangan bukan mencetak gol. Sumbangan asis Ndombele bahkan cukup tinggi. Toh, Spurs sering menumpukan tugas mencetak gol mereka di kaki Harry Kane, Dele Alli, Christian Eriksen, Heung-min Son, dan Lucas Moura.
Diproyeksikan Bisa Seperti Dembele
Ndombele tampak sangat diproyeksikan menjadi pengganti Mousa Dembele yang pergi ke Liga Tiongkok awal tahun ini. Dembele begitu favorit bagi manajer Mauricio Pochettino. Suatu kali Pochettino pernah menyanjungnya karena betapa beruntung juru taktik tersebut berjumpa pemain jenius seperti Dembele yang kecerdasan olah bolanya dia anggap setara dengan Diego Maradona, Ronaldinho, dan Jay-Jay Okocha.
Memang, Ndombele paling punya gaya permainan mirip dengan Dembele. Meskipun Presiden Lyon suatu waktu pernah menyebutnya sebagai ‘Essien baru’. Sementara, Genesio meyakini dirinya bisa menjadi suksesor Paul Pogba kalau konsisten.
Diproyeksikan menjadi seperti siapapun, setidaknya Ndombele berada di tangan yang tepat. Spurs era Pochettino terkenal mampu mengembangkan potensi pemain muda ke level yang tinggi.
Bagi Ndombele, fokus dan dedikasi perlu digembleng lagi. Soal perolehan gol bisa ditingkatkan sesuai kebutuhan tim barunya ini. Supaya, bakat Ndomble tidak jadi memble.
sumber: theguardian/whoscored/tottenhamhotspur.com