Bintang RB Leipzig, Naby Keita, sempat terikat dengan rumor kepindahannya ke Anfield. Ia adalah pemain yang luar biasa untuk Leipzig musim lalu. Namun, kedisiplinannya dalam bermain, mendapat sorotan para pengamat sepakbola setelah tiga kartu merah dalam 10 penampilan terakhir bagi klub dan negaranya. Dengan melihat fakta tersebut, apakah Liverpool harus khawatir pada Keita?
Sebuah spekulasi transfer musim panas terus-terusan ‘menerpa’ Naby Keita, dan hal itu sempat menyebabkan dirinya meninggalkan sesi latihan Leipzig pada Juli lalu. Karena rumor tersebut, banyak drama sempat terjadi baik di dalam maupun di luar lapangan.
Kartu merahnya kala melawan Borussia Mönchengladbach, Bayern Munich, dan pada pertandingan internasional untuk Guinea menciptakan banyak spekuasi soal kedisiplinanya di tim. Bahkan bukan hanya bagi tim, pihak berwenang Jerman pun sempat ‘memukulnya’ dengan denda besar karena diduga menggunakan surat izin mengemudi palsu di Jerman.
Namun, ada sorotan khusus di tengah kontroversi tersebut. Seorang jurnalis sepakbola asal Jerman, Tenbusch, yang sempat meliput RB Leipzig dalam surat kabar Die Welt, menilai bahwa semua tindakan Keita memiliki hal yang jauh berbanding terbalik ketimbang musim lalu.
“Sejauh ini, semua orang di sini merasa bahwa Naby tampil di tingkat yang menurun, dan bahkan sedikit lebih rendah dari musim lalu,” pungkas Tenbusch kepada Sky Sports.
“Kemungkinan besar itu karena ekspektasi telah menjadi lebih besar setelah musim lalu ia berhasil menampilkan terobosan yang luar biasa. Tetapi Keita juga memiliki perasaan, terutama di minggu-minggu awal musim ini, bahwa ketika langkahnya di rumorkan pergi ke Liverpool, telah mempengaruhi penampilannya.”
Naby Keita bisa dimaafkan karena kondisinya yang dirasa sedikit terganggu. Namun bagaimanapun, tindakannya merupakan sebuah penurunan kualitas yang luar biasa bagi seorang pemain yang hanya menjadi pesepakbola profesional dari sebuah tim kecil Prancis, FC Istres, empat tahun lalu.
Selain kartu merah, Keita juga telah menerima lima kartu kuning. Pelatihnya di Leipzig, Ralph Hasenhuttl, terpaksa menggantinya lebih awal selama beberapa pertandingan terakhir ketika RB Leipzig berhadapan dengan Besiktas dan Borussia Dortmund. Hasenhuttl pun menegaskan bahwa Keita sedang “belajar dari perbuatannya” bulan lalu, namun pada kenyatannya masalah yang sama terus berlanjut.
Hal itu menunjukkan kurangnya fokus penuh pada diri Keita. Naby Keita sendiri adalah seorang pesepakbola yang tidak dikenal sebelum ia tiba di Bundesliga dari tim Austria bernama Red Bull Salzburg musim panas tahun lalu. Namun, ia menjadi pemain yang banyak dibicarakan publik speakbola karena rumor kepindahannya ke Liverpool. Bahkan Hasenhuttl pun tahu situasinya. “Dia (Naby Keita) sekarang adalah pemain yang sedang mencoba memprovokasi publik,” tutur Hasenhuttl.
Statistik membuktikan jika reputasi Keita semakin naik pesat. Sebenarnya, Keita menjadi salah satu pemain paling ‘terpukul’ di Bundesliga musim ini dengan labelnya sebagai pemain kasar. Pemain berusia 22 tahun itu melakukan 3,1 kali pelanggaran per 90 menit, berbeda jauh dibandingkan dengan 1,9 kali pelanggaran per 90 menit yang ia buat pada musim 2016/2017. Ia pun mendapati dirinya sering dikecam karena permainan ‘buruknya’ tersebut.
Hal itu telah membuat frustrasi Keita, yang menurut Tenbusch, juga membuat dirinya terlempar jauh ke dalam tantangan yang lebih besar. “Dia terlibat dalam duel lebih baik dari pemain lainnya di musim lalu. Jadi di satu sisi, lawan lebih agresif terhadapnya. Tapi di sisi lain permainannya telah berubah. Mengapa? Karena RB Leipzig menekannya musim ini, jadi Naby harus bersaing dalam duel satu lawan satu lebih guna memenangkan kepemilikan bola di lini tengah,” tandas Tenbusch.
“Saya tidak berpikir dia memiliki masalah dengan disiplin. Satu-satunya hal yang saya tahu adalah bahwa dia telah mengubah gayanya sedikit, dia menunjukkan penampilan yang berbeda, tapi bukan berarti dia keluar dari apa yang harus ia lakukan,” tambahnya.
Wajar menyebut bahwa temperamen Naby Keita patut dipertanyakan sehubungan dengan pelanggaran yang sering terjadi di musim ini. Namun menjadi sebuah hal yang mengkhawatirkan, melihat sikap dan semua kerendahan hati ataupun tekadnya, jelas merupakan kekuatan murni yang ada pada diri seorang Keita. Masalah disiplin Keita adalah masalah seorang pemain muda yang beradaptasi dengan situasi baru, dan ini bukan transisi yang mudah.
“Tentu saja dia perlu belajar bagaimana cara menangani lawan yang agresif, tapi saya rasa dia tidak memiliki masalah dalam mengendalikan emosinya. Dia tidak seperti Franck Ribery, yang bereaksi dengan serangan fisik saat seseorang memprovokasi dia. Dari sudut pandang saya, Naby hanya perlu menemukan keseimbangan yang tepat dalam gaya permainannya,” lanjut Tenbusch.
Ada sebuah tanda bahwa Naby Keita mulai melakukan hal itu. Keita belum menunjukkan kartu dalam tiga penampilan terakhirnya, dan saat melawan Hannover akhir pekan lalu, penampilannya sangat tajam ketika turun dari bangku cadangan dan membantu RB Leipzig mengalahkan defisit satu gol guna mengunci kemenangan dengan skor 2-1. Untuk semua perhatian yang tidak diinginkan di lapangan, Keita sebenarnya kerap menciptakan peluang mencetak gol dan menyelesaikan dribble yang lebih banyak keyimbang musim lalu.
Hal tersebut adalah kabar baik bagi RB Leipzig. Mengingat ambisi mereka yang sedang mengejar kesuksesan di Bundesliga dan Liga Champions. “Dia terlihat lebih baik, dan selalu lebih seperti gelandang sentral. Ia menjadi dominan pada umumnya dan menjadi seperti biasa sebagai pria yang sudah kami kenal,” ungkap Tenbusch.
Tak terlepas dari itu semua, Naby Keita masih dikatakan sebagai pemain muda, dan ia masih berada dalam tahap belajar. Namun, Liverpool berharap untuk bisa ‘mengenalnya’ lebih jauh. Di atas penampilannya itu, Keita saat ini berada dalam situasi yang rumit. Di mana sebuah kesalahan penilaian sederhana, dapat dengan cepat membuat wasit mengeluarkan kartu untuk dirinya. Melihat hal itu, sekali lagi, apakah Liverpool benar-benar harus khawatir?