Janji Hasan Salihamidzic untuk melakukan regenerasi dalam tubuh Bayern Munchen bukan sekadar bualan. Hal ini sudah ia janjikan sejak Bayern masih kencang diisukan akan menjadi pelabuhan talenta Inggris, Callum Hudson-Odoi di paruh kedua musim 2018/2019. Walaupun peluang mendaratkan Hudson-Odoi semakin tipis setiap harinya, Die Roten tetap berjalan sesuai rencana: Regenerasi.
Mungkin hal itu tidak terlihat di tim utama. Lucas Hernandez dan Benjamin Pavard yang diboyong dengan total dana 115 juta Euro sudah memasuki usia matang (23). Jann-Fiete Arp, penyerang remaja (19) yang diboyong dari Hamburg masih harus bersabar dan duduk menyaksikan Robert Lewandowski dari bangku cadangan.
Namun di level akademi, Bayern II berhasil mendaratkan talenta muda Stuttgart, Leon Dajaku (18). Menurut laporan yang beredar, Bayern menggelontorkan dana 1,5 juta Euro untuk jasa Dajaku. “Saya sangat senang mengetahui Leon [Dajaku] memilih Bayern,” kata Kepala Akademi Bayern Jochen Sauer. “Saya yakin dirinya akan berkembang di sini,” lanjut Sauer usai memberikan kontrak hingga 2024 kepada Dajaku.
Sama seperti Arp, Dajaku juga merupakan penyerang dengan kemampuan teknik tinggi. Menurut situs resmi Bundesliga, Dajaku adalah pemain yang gesit, haus gol, dan tenang. Dirinya juga handal mengeksekusi bola mati serta berbahaya dari segala sisi. Atribut itu membuat Dajaku disandingkan dengan Marco Reus.
Menggoda Lewat Divisi Tiga
Foto: FC Bayern
Nama Dajaku sudah mulai mencuri perhatian sepakbola Jerman sejak masih berusia 16 tahun. Ia tercatat sebagai topskorer B-Junioren Bundesliga Sud/Sudwest setelah mencetak 23 gol untuk Stuttgart U17. Penampilan itu membuat Dajaku dipanggil Michael Prus untuk ikut ke Piala Eropa 2018.
Sukses di level U17, Dajaku naik ke U19 dan mengantarkan Stuttgart menjadi juara DFB-Pokal pada kategori umur tersebut. CEO Stuttgart Thomas Hitzlsperger sebenarnya sudah siap memberikan Dajaku tempat di tim senior pada 2018/2019. Namun, tidak semua pihak setuju dengan mantan gelandang West Ham United tersebut.
“Tidak semua orang percaya bahwa dia [Dajaku] siap untuk main di tim utama. Tentu ada sebuah keraguan. Namun saya dan Hitzlsperger tetap percaya ia bisa melakukannya,” aku nakhoda Stuttgart U19, Niko Willig.
Tim Walter yang ditunjuk untuk menangani Stuttgart di 2.Bundesliga 2019/2020 setuju dengan Willig dan Hitzlsperger. “Dia pemain muda yang masih butuh waktu belajar. Tapi saya akan ikut membantu Leon,” kata Walter.
Sayangnya, saat tempat di tim senior sudah dibuka untuk Dajaku, penyerang kelahiran 12 April 2001 itu justru memilih pergi dari Mercedes-Benz Arena. Memilih membela Bayern II di divisi tiga Jerman dibanding membantu Stuttgart kembali promosi ke 1.Bundesliga.
Stuttgart merupakan salah satu akademi terbaik di Jerman. Pernah menghasilkan pemain-pemain bintang seperti Fredi Bobic, Jens Keller, dan Joshua Kimmich. Bertahan di Stuttgart dapat membantu perkembangan Dajaku. Mungkin suatu saat nanti, ia akan tetap membela Bayern seperti Dieter Hoeness, Bernd Martin, Giovane Elber, dan Mario Gomez yang dibeli Die Roten dari Stuttgart. Tapi Dajaku hengkang lebih cepat.
Semakin Dominan
Sejak Hasan Salihamidzic menjabat sebagai direktur olahraga, Bayern seperti menerapkan cara baru. Bukan hanya Dajaku yang didatangkan lebih awal, sudah nama-nama seperti Derrick Köhn (Hamburg), Paul Will (Kaiserslautern), Mert Yilmaz, dan Kilian Senkbeil (RB Leipzig) yang didaratkan Bayern sebelum mereka berhasil paten di tim utama masing-masing.
Melihat kesebelasan raksasa di sebuah negara melucuti lawan-lawannya memang sudah biasa. Stuttgart dan Schalke merupakan kesebelasan favorit Bayern untuk mencari pemain. Celtic sering kali mengambil talenta Hibernian dan seterusnya. Tapi biasanya mereka baru bergerak ketika pemain tersebut bersinar di tim senior. Bukan akademi.
Ini menakutkan. Sepakbola Jerman berbeda dengan Inggris. Meskipun 1.Bundesliga masuk dalam jajaran lima liga terbaik Eropa, distribusi uang mereka tidak sebesar dan semerata Premier League. Bayern dan Borussia Dortmund selalu mendapatkan distribusi paling besar dalam beberapa tahun terakhir karena hak siar mereka.
Dana hak siar ditambah penghasilan dari sponsor, prestasi, dan lain-lain digunakan untuk operasional klub. Termasuk alokasi dana transfer. Berkat prestasi dan nama mereka yang sudah mendunia, Bayern dan Dortmund tentu akan lebih mudah menarik minat pemain.
Sementara kesebelasan lainnya harus berjuang mendapat tiket kompetisi Eropa agar hak siar, nilai sponsor, dan dana lainnya menjadi lebih besar. Jelas dana transfer mereka lebih rendah. Sehingga talenta akademi adalah salah satu opsi untuk memperkuat tim.
Apabila Bayern bisa melucuti kesebelasan seperti Stuttgart dari level akademi, akan semakin sulit untuk membuat Die Roten lengser dari tahta mereka di puncak klasemen 1.Bundesliga. Apalagi nilai jual Bayern tak berhenti di negara sendiri. Dengan tradisi dan prestasi yang mereka miliki, jangkauan Die Roten tak terbatas. Bahkan pemain dari Major League Soccer (MLS) dan A-League pun tidak ragu untuk bergabung dengan mereka.
Jika begini, siapa yang bisa menghentikan Bayern?