“…Itulah sebabnya Anda perlu menciptakan ikatan tim yang dinamis dan kuat yang sangat baik. dan saat ini, situasi di grup kami masih jauh, jauh sekali. Para pemain masih gelisah dan kami perlu menemukan solusi.”
Pernyataan bernada pesimistis diungkapkan Mauricio Pochettino saat Spurs dipermalukan Newcastle 0-1 di kandang baru mereka, Tottenham Hotspur Stadium. Padahal dalam laga tersebut anak asuh Pochettino tampil sangat mendominasi. Tercatat mereka unggul 79,8 persen penguasaan bola, namun tak satupun bola masuk ke gawang Newcastle. Karena kekalahan tersebut, muncul anggapan kalau The Lilywhites segera menjauh dari posisi memperebutkan trofi juara musim ini karena terpaut tujuh poin dari pemuncak klasemen sementara di pekan keempat.
Situasi Pelik Dihadapi Spurs: Chemistry
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kondisi Tottenham sebenarnya tak baik-baik saja. Harry Kane dkk., hanya mampu menang sekali yakni pada laga pembuka melawan kesebelasan promosi, Aston Villa, dalam 4 kali bermain, sisanya 2 kali imbang dan sekali kalah. Hal ini turut mengundang komentar Jose Mourinho yang kini menjadi pandit SkySports.
Mou mengatakan bahwa ada permasalahan mental yang kini dihadapi Spurs. Menurutnya, minimnya rekrutan yang masuk ke Spurs menyebabkan efek psikologis yang buruk karena pemain merasa klub tidak mampu bersaing dengan klub lain yang terus memperkuat kedalaman skuat.
Mourinho menggambarkan dampak psikologis ketika eks pemain mereka yang ingin mencari peruntungan yang lebih baik di klub lain, dengan berbagai alasan, sehingga membuat fokus pemain menjadi buyar.
“Maybe now, the feeling that I have with Erikssen, Vertonghen, other season with Ardeweireld, it looks like probably now, some of the boys they’re not so happy to stay. They have their eyes in bigger pictures. Other players getting more money than them, winning titles, look to Kyle Walker winning trophies, looking possibility to play for Real Madrid, Barcelona, PSG. Maybe this moment the team players is not a focus family (that) full of chemistry.”
Apa yang diungkapkan Mou secara mengejutkan senada dengan pada yang diungkapkan oleh Pochettino (di awal tulisan ini) yakni adanya persoalan chemistry antar pemain.
“It looks for me that the relations with Mauricio is fantastic, they more than happy to work with him, the club grow up, have amazing stadium to play, (playing in) Champions League again, (but) maybe some of the boys want something different,” ujar Mourinho.
Persoalan tentang ikatan chemistry atau atmosfer di ruang ganti memang amat vital bagi sebuah kesebelasan. Hal itu juga yang membuat Mourinho curiga bahwa situasi ini hadir karena ada satu atau sebagian pemain yang “menularkan” atmosfer buruk ini ke seluruh tim.
“Sometimes even in perfect group, if only one player is not happy, he can create situation step-by- step they loosen bit of focus,”mengutip langsung dari komentar pascalaga Arsenal vs Spurs akhir pekan lalu(1/9).
Stadion Baru adalah Plasebo bagi Spurs
Menurut kamus Cambridge,
Placebo (/pləˈsiː.boʊ/) : something that is given to try to satisfy a person who has not been given the thing they really want
Kata “placebo” (plasebo dalam kbbi) sejarahnya diambil dari kata dalam bahasa Latin yang memiliki arti harfiah “saya akan senang”, merujuk pada tujuannya untuk “mengobati” pasien tanpa terkandung bahan obat-obatan di dalamnya.
Efek dari penggunaan plasebo adalah sembuhnya pasien dari penyakitnya ketika mengonsumsi obat kosong atau plasebo dan terjadi, walaupun dalam beberapa kasus, terdapat bukti yang berkebalikan. Dalam dunia medis, plasebo biasanya hanya berisi serbuk laktosa yang tidak memiliki khasiat apapun sebagai obat. Efek ini muncul karena pasien yang mendapat plasebo tidak tahu apa yang diminumnya, tetapi sugesti bisa membuat obat itu benar-benar manjur layaknya obat asli.
Melihat apa yang dihadapi oleh Pochettino bersama Spurs, stadion baru mereka diharapkan dapat membawa era baru Tottenham Hotspur. Pochetino di bawah arahan pemilik mereka, Daniel Levy, sejauh ini memang menghadirkan ambisi. Bahwa seperti yang kita ketahui, Spurs bukanlah tim yang memiliki banyak trofi di lemari mereka, terutama di ajang domestik. Mereka hanya pernah dua kali menjuarai Liga Inggris (masih bernama First Division) pada 1950/1951 dan 1960/1961.
Di penghujung musim 2018/2019 lalu, mereka menempati stadion baru yang dibangun megah di kawasan London Utara, daerah dimana klub berasal. Pembangunan stadion baru ini memakan biaya kurang lebih 600 juta paun. Hal ini tentu berdampak kepada terbatasnya gerakan Spurs di bursa transfer.
Pochettino mengungkapkan pernyataan yang 180 derajat berbeda berselang beberapa hari kemudian. Pelatih berusia 47 tahun ini mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara keadaan yang kini dihadapi Spurs perlu dilihat dengan cara yang berbeda. Ia mengatakan, terbatasnya gerakan Spurs di bursa transfer yang disebabkan utang pembangunan harus dipandang lebih luas ketimbang klub-klub besar lainnya.
“Mereka menciptakan utang transfer dan menempatkan utang di atas lapangan, mencoba untuk menang. Kami (Spurs) berbeda,” ungkapnya mengutip Sun.
“Kita perlu menciptakan warisan untuk masa depan. Pada periode ini, kami mengalami pembatasan tetapi itu normal. Batasannya, OK, kita perlu bekerja keras untuk menemukan cara untuk bersaing di liga yang sangat sulit ini, dengan cara yang berbeda dengan rival kita.”
Mantan pemain Espanyol tersebut menyadari situasi sulit yang dihadapi timnya saat ini. Disaat klub-klub lain terus memperkuat kedalaman skuat, ia tak bisa berbuat banyak. Bahkan dalam beberapa pekan lalu, ia pernah mengeluhkan bahwa jabatannya sebagai “Manajer” diganti menjadi “pelatih” karena ia sama sekali tidak dilibatkan dengan urusan lain di luar urusan lapangan.
Bukan itu saja, ia membandingkan secara apple-to-apple tentang perbedaan pemain yang dimilikinya dengan rival mereka, Arsenal. Menurutnya, dalam empat musim terakhir Spurs hanya mengandalkan Harry Kane dan kini ditambah striker berusia 17 tahun, Troy Parrot. Sedangkan Arsenal telah menghabiskan dana ratusan juta paun untuk mendatangkan Lacazette, Aubameyang, dan baru-baru ini, Nicolas Pepe.
Bila dilihat lebih detail, ada ketidak-sinkron-an antara pernyataannya tentang pembangunan stadion dengan pernyataan-pernyataan yang bernada mengeluh. Bisa jadi, bagi Spurs, Daniel Levy, serta Pochettino, stadion baru mereka layaknya plasebo yang diharapkan membuat keadaan mereka baik-baik saja. Berharap ada pertumbuhan baik dari musim ke musim, sementara tak ada jaminan yang pasti tentang pencapaian di musim ini.
Situasi ini juga diperlihatkan dengan keinginan salah satu pemain kunci mereka, Christian Eriksen yang ingin pindah pada deadline day bursa transfer ini. Meskipun akhirnya ia gagal pindah, namun ia mengungkapkan kekecewaankepada media massa.
“Saya berharap saya bisa mengambil keputusan seperti di (permainan) Football Manager, tapi malangnya saya tak bisa,” ujar Eriksen mengutip Dailymail.
Spurs harus waspada. Seperti yang dikatakan Jose Mourinho, keadaan tidak puas dari satu pemain bisa menimbulkan dampak buruk di ruang ganti, apalagi bila melihat sosok Eriksen yang cukup berpengaruh di ruang ganti.
Jika gagal membenahi persoalan ini, bukan hal yang mengejutkan jika performa Totenham Hotspur akan jauh menurun dibandingkan musim lalu. Pembangunan stadion baru yang digadang-gadang menjadi titik balik perubahan klub tak olahnya seperti plasebo yang diharapkan mendatangkan kebaikan di masa depan, tapi belum pasti apa dampaknya bagi Spurs di musim ini.