Liverpool pantas berbangga sekaligus bersyukur di pekan kedelapan Premier League 2019/20. Apa pasal?
Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Anfield, Sabtu (5/9/2019) malam WIB, Liverpool sukses menundukkan Leicester City dengan skor tipis 2-1. Menilik skor yang tercipta, laga terlihat sulit bagi ‘Si Merah’.
Selama 90 menit, Leicester memberikan perlawanan yang apik bagi Liverpool. Mereka melayani sepak bola heavy metal Liverpool dengan ciamik. Mereka juga sempat membuat pendukung Liverpool cemas usai menyamakan kedudukan lewat James Maddison.
Namun, kesalahan sendiri yang mereka lakukan di akhir laga–berbuah penalti sukses James Milner–membuat Liverpool sukses mengunci kemenangan. Kemenangan ini pun jadi kemenangan beruntun ke-8 yang mereka raih di Premier League.
Semakin menyenangkan bagi Liverpool manakala seteru mereka, Manchester City, justru tumbang 0-2 di kandang sendiri dari Wolverhampton Wanderers. Alhasil, selisih poin City dan Liverpool di klasemen melebar jadi delapan angka.
Kebahagiaan pun mutlak jadi milik pendukung Liverpool di pekan 8 ini. Peluang untuk meraih gelar Premier League di musim 2019/20 mulai menyeruak, seolah bersiap mengobati lara setelah musim lalu, gelar lepas dari genggaman mereka.
Namun, apakah sudah seharusnya para pendukung berpesta saat ini? Tentu saja tidak. Ada tiga hal yang mesti mereka lakukan hingga akhir musim, agar kejadian musim 2018/19 kemarin tidak terulang. Apa sajakah itu?
Menerapkan Taktik dengan Ciamik
Kompetisi berformat liga adalah kompetisi yang panjang. Tidak seperti turnamen, liga bisa berlangsung dalam jangka waktu 8 bulan atau bahkan lebih.
Tidak hanya itu, di ajang liga, setiap tim akan menjalani pertandingan setiap pekannya. Oleh karena itu, agar dapat meraih hasil positif tiap pekan, pelatih tim liga mesti memiliki banyak taktik di balik saku jas atau jaketnya.
Hal ini berlaku pula bagi Liverpool, khususnya Juergen Klopp selaku pelatih. Gegenpressing boleh saja menjadi dasar dari permainan ‘Si Merah’. Namun, Klopp mesti ingat ia harus punya modifikasi dari dasar permainan tersebut.
Ini harus dilakukan agar kelak, Liverpool tidak mengalami masa ketika taktik yang mereka terapkan sukses dibaca lawan. Saat taktik Liverpool bisa ditebak lawan, dampaknya adalah hasil buruk bagi Liverpool.
Di musim 2019/20 ini, Klopp terlihat sudah mulai menerapkan ini. Sosok asal Jerman itu tampak sudah bisa menentukan taktik mana yang ia pakai, tergantung dari lawan yang dihadapi. Ia juga sudah tidak terlalu antipati lagi dengan kemenangan 1-0.
Intinya, gelar juara adalah yang utama, walau itu harus didapat dengan kemenangan 1-0 di setiap pertandingannya. Klopp juga mulai paham kapan ia harus menerapkan heavy metal football, serta kapan ia menggunakan sepakbola direct biasa.
Belajar Membagi Fokus
Pada musim 2019/20 ini, Liverpool tidak hanya tampil di Premier League saja. Ada ajang Piala FA, Piala Liga, serta Liga Champions yang mesti mereka ikuti. Cukup banyak bukan?
Nah, di sinilah Klopp mesti menunjukkan kepiawaiannya dalam membagi fokus. Ia harus menentukan, kompetisi mana yang dapat ia lepas. Bukannya mencegah Liverpool meraih quadruple, namun jika bisa fokus di salah satu atau salah dua kompetisi, kenapa tidak?
Ambil contoh musim lalu. Fokus Liverpool dalam mengejar titel Premier League terbagi dengan fokus mereka di ajang Liga Champions. Memang, Liverpool berhasil menggamit trofi Liga Champions. Tapi, di ajang Premier League, mereka kalah saing dari City. Ini karena Klopp belum piawai membagi fokus.
Musim ini, semestinya pelatih asal Jerman itu harus sudah lebih andal dalam membagi fokus. Apalagi, skuat Liverpool musim ini bisa dibilang lebih padat dibandingkan musim lalu. Klopp bisa lebih enak dalam memasang siapa yang harus dipasang di ajang tertentu.
Misal, Divock Origi bisa main penuh di Liga Champions, tapi di Premier League ia bisa jadi pengganti, atau sebaliknya. Bukan cuma itu, pembagian fokus ini juga bisa dilihat dari bagaimana Klopp menerapkan taktik di sebuah pertandingan (berhubungan dengan poin sebelumnya).
Jika Klopp bisa melakukannya, maka bisa saja akan banyak gelar hadir di lemari trofi Liverpool musim ini. Ia juga punya kemungkinan mengawinkant trofi Premier League dan Liga Champions, sesuatu yang terakhir kali dilakukan Manchester United pada 2007/08.
Konsistensi dalam Permainan
Kompetisi liga adalah kompetisi panjang. Menang hari ini, belum tentu gelar melayang dari genggaman. Intinya, setiap pekan, Liverpool mesti tampil dengan konsisten, terlepas dari siapapun lawan yang mereka hadapi setiap pekannya.
Entah itu ketika melawan tim selevel Brighton and Hove Albion, ataupun ketika melawan tim selevel Manchester United maupun Chelsea, Liverpool harus menunjukkan kegarangan yang sama. Anggapan bahwa ‘setiap laga adalah final’ mesti diterapkan di dalam pikiran.
Jika sudah begitu, maka tak akan ada lagi inkonsistensi penampilan yang ditunjukkan, seperti menang besar pekan ini, tapi malah kalah besar di pekan selanjutnya. Sejauh ini, Liverpool sudah melakukannya dengan benar di ajang Premier League 2019/20.
Dari 8 pekan, mereka sukses membukukan 8 kemenangan. Bahkan, beberapa tim besar macam Chelsea maupun Arsenal sukses mereka tundukkan. Lawan-lawan tricky seperti Leicester City. Southampton, dan Newcastle United juga berhasil mereka kalahkan.
Namun, kompetisi di Inggris mengenal adanya Boxing Day. Di masa inilah, konsistensi Liverpool akan diuji. Pada musim 2018/19 silam, di masa ini ‘Si Merah’ terpeleset, sehingga akhirya gelar berpindah ke tangan City.
Tidak hanya itu, Liverpool juga acap terpeleset di akhir musim, karena bensin tim sudah habis. Hal ini perlu dicermati oleh Klopp, karena pada akhirnya konsistensi juga jadi kunci bagi sebuah tim meraih gelar juara liga di akhir musim.
***
Selain tiga hal di atas, sebenarnya masih banyak yang harus dilakukan Liverpool jika ingin juara Premier League. Klopp sebagai pelatih juga harus menyiapkan rencana cadangan dari A sampai Z, bilamana ada pemainnya yang terkena cedera atau akumulasi kartu.
Namun, intinya tiga hal itu harus dipenuhi Liverpool jika ingin meraih gelar juara. Jangan dulu terlena dengan keunggulan delapan poin atas City saat ini. Bisa saja, The Citizens akan menyengat di pertengahan atau akhir musim, saat skuat mereka sudah lebih padu.
Selain itu, mereka juga mesti mewaspadai jegalan dari tim-tim tricky, karena mereka juga kerap jadi sandungan sebuah tim meraih gelar juara. Well, selamat berkompetisi dan selamat juga atas selisih delapan poinnya di pekan 8 ini, Liverpool!