Sejumlah pemain bintang terus berdatangan ke Turin dalam beberapa musim terakhir. Kepiawaian Fabio Paratici dalam bursa transfer memang telah berhasil membawa banyak pemain papan atas ke Juventus, bahkan beberapa di antaranya tanpa biaya, alias free. Musim panas 2019, ada Aaron Ramsey dan Adrien Rabiot, serta kembalinya kiper Gianluigi Buffon yang didapatkan secara gratis; selain juga Bianconeri harus mengeluarkan banyak dana untuk memboyong bek berbakat Matthijs de Ligt. Dengan begitu, skuat Juventus musim ini pun benar-benar berlimpah pemain bintang.
Namun, stok pemain yang berlimpah ini sendiri bisa memicu kisruh internal dalam tubuh Juventus. Di awali dengan De Ligt yang sempat merasa aneh, karena hanya duduk di bench pada laga kontra Parma. Tak salah memang jika dia kaget, karena sebelumnya dia jadi bek andalan sekaligus kapten Ajax Amsterdam meski masih berusia 19 tahun, dan La Vecchia Signora rela menghabiskan 85,5 juta euro untuk membawanya ke Allianz Stadium. Bahkan, nilai transfernya tersebut jauh lebih besar dibanding total market value skuat Parma, SPAL, Hellas Verona, dan Lecce pada musim ini.
“Sebenarnya saya lebih suka bermain, dan saya tidak mendapatkan arahan dari pelatihan. Jadi, saya tidak berharap berada di bangku cadangan,” ucap De Ligt usai laga itu, dilansir Football Italia.
Namun, dia beruntung karena kapten Giorgio Chiellini yang awalnya jadi pilihan utama center back bersama Leonardo Bonucci mengalami cedera ligamen, hingga memaksanya beristirahat hingga awal tahun depan. Dengan begitu, kini De Ligt yang secara otomatis dipilih oleh pelatih Maurizio Sarri untuk menggantikannya. Setidaknya, satu masalah bisa diamankan hingga Chiellini pulih lagi.
Selang beberapa minggu, giliran Emre Can yang mengamuk. Pasalnya, dia tak masuk dalam 23 pemain yang didaftarkan ke Liga Champions. “Saya kaget dan marah. Pekan lalu mereka menyebut segalanya. Tapi kemarin, pelatih memanggil saya dan mengatakan saya keluar dari tim [untuk Liga Champions],” ucap gelandang 25 tahun itu, dilansir Gazzetta dello Sport.
Selain Can, kiper Mattia Perin, serta Marko Pjaca dan Mario Mandzukic juga tak masuk dalam daftar tersebut. Can sendiri sejauh ini baru membuat dua penampilan di Serie A, dan itu hanya sebagai pemain pengganti.
Berikutnya, giliran Juan Cuadraro dan Rabiot yang dikabarkan mulai gerah, dilansir Sportskeeda dan Football Italia. Bahkan, nama pertama sudah berencana duduk dengan manajemen klub untuk membahas masa depannya. Sebenarnya Cuadrado sempat disiapkan mengisi bek kanan seiring kepergian Joao Cancelo, sedang winger kanan ditempati Douglas Costa. Namun, Juventus malah meminta Danilo dalam kesepakatan transfer Cancelo ke Manchester City. Belakangan, keduanya cedera, termasuk bek kanan pelapis Mattia de Sciglio, sehingga Cuadrado masuk starting line-up.
Sementara Rabiot sepertinya masih harus bersabar, seiring dengan konsistensi permainan Blaise Matuidi dan Sami Khedira di lini tengah. Belakangan keduanya jadi pilihan utama Sarri, meskipun sempat dirumorkan akan dilepas musim panas lalu. Bahkan, sang pelatih membandingkan Rabiot dengan Matuidi.
“Apa yang harus dipikirkan Rabiot? Dia harus berpikir bahwa Matuidi itu sangat kuat,” ucap Sarri pertengahan September 2019 lalu. Gelandang 24 tahun itu sendiri sejauh ini baru turun di empat laga, di mana dua kali sebagai starter ketika menghadapi klub gurem di Serie A.
Padahal, sebelumnya Rabiot rela jadi cadangan abadi di Paris Saint-Germain selama paruh kedua musim lalu karena tidak mau memperpanjang kontrak, demi mencari klub baru yang memberikan jaminan starter. Bahkan, dia juga pernah menolak panggilan Didier Deschamps ke tim nasional Prancis jelang Piala Dunia 2018, hanya karena tak mau jadi pemain pelapis. Kini, Rabiot pun harus bersaing mendapat tempat di tim utama Juventus, karena memang ada banyak pemain bintang di lini tengah, termasuk Ramsey yang juga baru empat kali tampil dengan tiga kali starter di Serie A.
Selain itu, masih ada persaingan ketat di lini depan. Gonzalo Higuain yang sempat ‘disekolahkan’ musim lalu, dan bahkan sudah diminta ‘angkat kaki’ pada musim panas, kini malah menjadi pilihan utama mendampingi Cristiano Ronaldo; salah satu alasan, karena dia memang pernah jadi ‘anak emas’ Sarri sewaktu di Napoli.
Sementara Mandzukic yang notabene wakil kapten musim lalu, serta Paulo Dybala harus rela hanya menghuni bangku cadangan. Sebenarnya Dybala sudah sangat ‘gerah’ sejak musim lalu. Namun, hingga kini dia memang masih memilih bertahan. Meski begitu, bukan tak mungkin masalah internal seperti ini semakin meluas dalam skuat Juventus musim ini.