“Saya bekerja sama dan dekat dengan semua asisten saya: Carlos Queiroz dan Mike Phelan, tapi Archie Knox adalah yang paling berkesan untuk saya,” ungkap Ferguson dalam bukunya, Sir Alex Ferguson: Leading.
Nama Archie Knox sebenarnya tidak asing bagi para manajer di Britania Raya. Jam terbang dan reputasinya cukup baik, meskipun jarang menangani tim sebagai manajer utama.
Archie Knox memulai karir manajerialnya bersama Forfar Athletic, klub yang membesarkan namanya ketika menjadi pemain sepakbola. Menangani Forfar Atheltic dari 1976-1980 sebagai pemain-manajer, selama 4 musim Archie Knox mampu membawa Forfar stabil di Divisi 2 Liga Skotlandia dan bersaing untuk tiket promosi meskipun tidak pernah berhasil.
Sir Alex Ferguson yang kala itu ditunjuk menjadi manajer dari Aberdeen mencari asisten dan mengendus bakat dari Archie. Pada 1980, Archie dikenalkan sebagai asisten manajer.
Penunjukkan Archie oleh Ferguson didasari beberapa pertimbangan. Archie yang dianggap sosok yang tegas dan terbuka kepada siapapun, lahir dan besar di Tealing, sebuah kawasan di bagian selatan Skotlandia. Tealing sendiri merupakan daerah yang mengalami dampak pasca Perang Dunia ke-II paling parah di Skotlandia. Kriminalitas dan kekerasan adalah hal yang lumrah di sini. Tidak heran, Ferguson yang berasal dari Govan, merasa sangat cocok dengan Archie sejak hari pertama.
Contoh sukses duet keduanya adalah sukses membawa Aberdeen membawa gelar Scottish Cup selama dua musim berturut-turut yakni pada musim 1981/1982 dan 1982/1983. Di tingkat Eropa sendiri, bersama Ferguson, Aberdeen mengalami masa keemasan dengan meraih dua gelar yakni Piala Winners pada 1982-1983 dan Super Cup pada 1983, sebuah pencapaian yang hingga saat ini belum pernah kembali diraih Abredeen.
Kemenangan legendaris 2-1 atas Real Madrid di final Piala Winners, dikenang Archie sebagai pertandingan favoritnya. Permainan penuh detriminasi khas Ferguson, ditambah ketepatan Archie dalam membaca permainan dianggap sebagai kunci dari kemenangan tersebut.
Unggul lewat Eric Black di menit ketujuh sebelum disamakan lewat penalti Juanito pada menit ke-14. Pertandingan berlangsung menarik, hingga Ferguson yang merasa buntu, meminta bantuan Archie Knox untuk mengubah permainan.
Archie melakukan pergantian yang sempat membuat Ferguson tampak tidak suka. Eric Black ditarik keluar pada menit ke-87 digantikan John Hewitt. Pergantian ini seperti membuktikan bagaimana pilihan tersebut tidaklah salah.
Pada menit ke-112, Hewitt mencetak gol penentu kemenangan. Hal ini sebenarnya sudah disadari Archie yang melihat adanya celah di sisi kanan pertahanan Real Madrid.
“Saya rasa angin berada di kami ketika (José Antonio) Camacho tampak kesulitan di kanan. Weir membuatnya seperti itu, lalu kami melihat detriminasi Eric yang menurun. Kami memasukkan John (Hewitt) yang memang pandai mencari ruang, dan terjadilah gol itu,” ungkap Archie dilansir Daily Record.
Pelatih Real Madrid kala itu, Alfredo Di Stéfano, mengakui detriminasi yang dilakukan pemain Aberdeen, “Mereka memiliki apa yang tidak bisa dibeli oleh uang: semangat, daya juang, dan detriminasi, yang mengalahkan kami, sebuah tim lokal yang sarat tradisi.”
Keberhasilan Archie Knox membawanya ke kursi menejer Dundee yang tidak terlalu sukses. Target yang dibebankan yakni membuat Dundee mampu tampil di kompetisi Eropa, tidak mampu dipenuhi Archie. Dalam dua setengah musim karier menejerialnya bersama Dundee, prestasi terbaiknya hanya menduduki peringkat keenam klasemen Liga Skotlandia.
Ferguson yang kala itu mendapatkan tawaran menangani Manchester United, menarik Archie sebagai asistennya sekaligus ditugaskan menangani tim utama. Tantangan yang diterima Archie cukup berat. Ia harus mengembalikan kebugaran para pemain sekaligus mengawasi para pemain secara ketat dari alkohol.
Tekanan yang dialami Ferguson juga dirasakan oleh Archie, “Tidak mudah mengawali musim di United, mereka (para pemain) memiliki level kebugaran yang buruk. Tekanan yang kami alami sedikit sulit.”
Archie pun melihat adanya pembagian tugas yang dirasa tidak tepat. Pasalnya, Fergie seperti mengambil alih semua yang berkaitan dengan tim. Sebagai orang yang terbuka dan terang-terangan, Archie pun langsung mendatangi Fergie dan dengan keras menyatakan, “Untuk apa kamu memperkerjakan saya. Kamu mengambil alih semua, jadi apa gunanya saya disini!?”
Ucapan tersebut membuat Fergie sadar dan mulai melakukan perubahan. Pekerjaan Fergie menjadi lebih mudah dan bisa lebih fokus. Empat tahun berselang, keduanya meraih trofi pertama sebagai manajer Manchester United yakni Piala FA pada musim 1989/1990.
Archie Knox kemudian pindah sebelum final Piala Winners tahun 1991, untuk menjadi Asisten Manajer di Glasgow Rangers hingga 1998. Setelahnya, ia kemudian berpindah ke beberapa klub termasuk Everton dan Tim Nasional Skotlandia, semuanya menjadi Asisten Manajer, sebelum kembali ke Aberdeen tahun 2013 lalu dan hingga kini sebagai pencari bakat.
Nama Archie Knox selalu dikenang Ferguson sebagai sosok yang membantu membuat pondasi dari Manchester United selama 26 tahun karirnya sebagai manajer. Archie Knox membuat kerja Ferguson lebih mudah dengan menyingkirkan hal-hal negatif seperti minuman bersoda di ruang ganti dan pemeriksaan kadar alkohol setiap Senin.
Dalam beberapa kesempatan, Fergie selalu menjelaskan kalau Archie Knox adalah bagian terpenting sepanjang kariernya di Manchester United. “Tidak mudah menemukan orang seperti Archie. Karakternya, kecerdasannya, dan hasratnya, untuk sepakbola, mempermudah saya dalam membangun tim di awal kedatangan saya,” tutup Fergie dalam otobiografinya tersebut.