FSA atau Asosiasi Kelompok Suporter di Inggris sedang mencari informasi tentang pedoman dan penggunaan klip video pada VAR. Opsi ini muncul akibat kurangnya komunikasi oleh pihak penyelenggara kompetisi Premier League dalam menyampaikan informasi kepada mereka. Oleh sebab itu, para kelompok suporter ini akan bertemu pihak Premier League untuk menuntut tindakan tentang VAR setelah kerap terjadi kekacauan pelanggaran di setiap akhir pekan.
Di satu sisi, mereka juga semakin khawatir tentang keberadaan VAR, yang selalu memakan waktu untuk membuat keputusan soal pelanggaran dan minimnya komunikasi antara wasit pertandingan serta VAR. Nyanyian Anti-VAR pun telah menjadi soundtrack khusus di setiap pertandingan Premier League sebagai bagian dari protes para suporter yang menonton keputusan-keputusan aneh di atas lapangan.
Salah satu keputusan aneh itu contohnya bisa dilihat dari gol kemenangan yang dianulir dalam pertandingan antara Arsenal dan Crystal Palace, dan dua penalti yang diberikan oleh Stuart Attwell dalam kemenangan Manchester United atas Norwich pekan lalu. Kedua situasi ini merupakan dua insiden terbaru yang kemudian menjadi fokus masalah dari pihak FSA guna menyerukan Premier League untuk mengambil tindakan.
“Ketika permainan telah terputus karena VAR, ada kekurangan komunikasi dalam menyampaikan informasi kepada suporter di tribun, dan hasilnya sering dibiarkan untuk membuat kami menggaruk-garuk kepala. Akibatnya banyak suporter yang merasa VAR saat ini memiliki dampak negatif pada permainan, terlepas dari apakah keputusan itu mendukung tim mereka atau tim lawan,” tutur juru bicara FSA dikutip dari The Guardian.
“VAR juga harus bekerja untuk penonton pertandingan. FSA dan perwakilan suporter yang lain akan bertemu dengan Premier League dan pihak yang menerapkan VAR. Semua poin ada di agenda, dan kami merasa bahwa setiap klub tidak menunjukkan setuju pada keputusan yang ada di layar lebar. Lalu sebenarnya, apa yang telah diberikan VAR kepada klub?”
Premier League sendiri saat ini sudah memungkinkan informasi tentang keputusan VAR untuk dikomunikasikan dalam dua cara, yaitu melalui grafik di layar lebar yang menunjukkan pengecekan sedang berlangsung, dan jika keputusan wasit dibatalkan, maka hasilnya akan diberikan melalui penggunaan rekaman video yang dapat membantu menjelaskan soal keputusan yang dibuat. Namun faktanya, itu semua tidak dihadirkan di Emirates Stadium dan Carrow Road pada pekan lalu.
Hal inilah yang membuat para suporter merasa jengah, dan akhirnya mereka mulai bergerak untuk melakukan protes langsung kepada Premier League. Sementara itu, mereka juga sangat marah soal situasi pasca keputusan yang telah dibatalkan, karena alasan “mengapa” masih belum dibuat jelas di stadion. Namun, muncul beberapa opini bahwa kurangnya tayangan ulang yang menjelaskan persoalan seperti itu adalah sebuah pencegahan yang memungkinkan menghadirkan banyak tanggapan dari para suporter.
Selain itu, masih ada juga ketidakpastian mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk memastikan video tetap diputar. Ada yang berpendapat kalau beberapa video diputar tergantung pada permintaan klub, dan ada juga yang berpendapat kalau beberapa klub bersikeras untuk tidak terhubung dengan Professional Game Match Officials Limited (PGMOL), sebuah badan wasit yang mengawasi penggunaan VAR yang juga mengontrol pemutaran video yang dikirim ke stadion.
Di sisi lain, alat yang saat ini tersedia ternyata tidak digunakan dengan baik, dan para suporter menuntut agar Premier League bisa membuat sebuah terobosan audio yang terhubung antara wasit dan asisten video untuk dapat didengar oleh suporter di stadion. Namun, opsi ini terbilang berat karena perubahan semacam itu perlu disahkan oleh Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) sebagai pusat penyokong protokol VAR.
IFAB sendiri sempat membahas topik tersebut beberapa pekan lalu, dengan sebuah diskusi utama yang berkaitan dengan peningkatan cara komunikasi melalui proses pengambilan keputusan. Namun, sampai saat ini tidak ada hasil yang dihasilkan dari diskusi tersebut, dan semuanya akan dilanjutkan melalui diskusi terbaru yang akan diadakan pada bulan Desember nanti.
Sumber: The Guardian