Zlatan Ibrahimovic punya sejumlah masalah di pengujung kariernya bersama Ajax Amsterdam. Yang terbesar adalah perseteruannya dengan sang pelatih, Ronald Koeman. Puncaknya adalah saat menghadapi Utrecht. Zlatan kesal karena ia diganti oleh Koeman. Kekesalannya ia tunjukkan dengan menendang papan iklan di sisi lapangan.
Kegagalan Swedia di Piala Eropa 2004 membuat Zlatan banyak berpikir. Apalagi, ia tak bisa berleha-leha mengingat Piala Eropa bikin waktu liburnya terhambat.
Di kamp pelatihan Ajax Amsterdam, wartawan berkerumun. Belum ada yang bisa mereka beritakan. Alhasil, banyak rumor yang entah dari mana asalnya dan seringkali bikin pemain tertekan.
Zlatan kala itu punya kebiasaan yakni curhat usai pertandingan dengan agennya Mino Raiola. Zlatan pun mencurahkan amarahnya soal Koeman kepada Raiola. Sialnya, Raiola bukan tipikal orang yang diam saja mendengarkan keluhan. Ia membela Koeman dan menyebut Zlatan sebagai “sampah”.
“Jelas saja Koeman mengeluarkanmu. Kau pemain terburuk di lapangan. Kau sampah,” kata Raiola.
Zlatan yang kesal menutup telepon. Ia pun mandi untuk pulang ke rumahnya di Diemen.
Suasana hati Zlatan saat itu kurang begitu baik. Setelah sampai rumah, betapa kagetnya Zlatan ketika ia mendapati Raiola berdiri di depan pintu. Belum sempat ia keluar dari mobil, Zlatan sudah diteriaki atau lebih tepatnya dimaki.
“Berapa kali aku harus bilang padamu. Kau sampah, dan kau tak boleh seenaknya menendang papan iklan. Kau harus bersikap dewasa,” teriak Raiola.
Tak terima, Zlatan cuma bisa memaki, “Persetan!”
“Kau yang persetan!” balas Raiola.
“Keparat. Aku ingin pergi dari sini,” ancam Zlatan.
“Kalau begitu, kau bisa pindah ke Turin,” balas Raiola.
Percakapan yang harusnya berakhir dengan saling memaki, tensinya perlahan mulai menurun ketika Zlatan sadar. Juventus adalah tim besar, langganan juara Serie A Italia. Memilih Juventus adalah keputusan logis ketimbang pindah ke Southampton yang jelas-jelas meminatinya.
Kepindahan Zlatan ke Juventus tidak semulus itu. Apalagi Juve diurus oleh Luciano Moggi; tokoh penting sepakbola Italia yang seolah menguasai bursa transfer pemain. Akan tetapi, ada satu hal yang mengganjal Zlatan soal kepindahannya: Moggi bukan orang yang dikenal jujur.
Zlatan tahu kalau Moggi pernah terlibat dalam skandal penyogokan, doping, manipulasi peradilan, dan lain-lain. Bahkan, ada rumor kalau ia merupakan anggota sindikat mafia di Napoli.
“Tentu saja itu omong kosong. Namun penampilan Moggi memang mirip mafia. Dia menyukai cerutu dan pakaian mentereng, serta sebagai seorang perunding, dia pantang menyerah,” tulis Zlatan dalam otobografinya, Saya Zlatan.
Awalnya, Raiola tak begitu akrab dengan Moggi. Ia sempat kecewa karena di pertemuan pertamanya, berakhir buruk. Keduanya memang tak bertemu, tapi kesan yang diberikan Moggi, sebagai pria yang super sibuk, bikin jengkel Raiola. Saking kesalnya, Raiola mendeklarasikan diri sebagai “musuh Moggi”.
Sebagai agen pemain top, mau tak mau Raiola akhirnya berhubungan dengan Moggi. Pemain pertama yang bikin mereka akrab adalah Pavel Nedved. Raiola terpesona dengan gaya negosiasi Moggi. Bagaimana tidak? Kontrak belum deal, bahkan Raiola masih bernegosiasi dengan Real Madrid, tapi Moggi sudah mengundang wartawan untuk konferensi pers.
Raiola dan Nedved jelas tak bisa lepas dari “jebakan” ini. Lagipula Raiola juga amat setuju andai Nedved pindah ke Juventus. Di saat itu, Raiola tahu kalau dia sudah terpesona.
Pertemuan Zlatan dengan Moggi tidaklah mudah. Pebisnis kelahiran 10 Juli 1937 ini cuma punya waktu sedikit. Akhirnya diputuskanlah mereka bertemu di Monaco. Tempat ini dipilih karena Moggi menghadiri seri F1 yang digelar di negara dengan luas hanya 202 hektar ini.
Namun, Zlatan dan Moggi tak bertemu di arena balap karena jalanan yang macet. Diputuskanlah untuk bertemu di ruang VIP bandara. Pertemuan pertama selesai, dan Zlatan mulai punya senjata untuk segera meninggalkan Ajax.
Moggi Membuat Ulah
Raiola dan Zlatan gempar ketika Moggi mengumumkan kalau Zlatan dan David Trezeguet tak bisa bermain bersama. Moggi pun melemparkan pujian kalau Trezeguet adalah pencetak gol terhebat di Juventus.
Raiola putar otak. Ia mengundang Fabio Capello dan Moggi makan malam. Raiola tahu kalau Capello mengincar Zlatan sejak lama. Di sisi lain, Capello juga jago mendesak. Banyak pemain bintang yang ia inginkan langsung ia dapatkan.
Pertemuan ini meluluhkan Moggi karena ia tak bisa mengintervensi keinginan pelatih. Apalagi Capello juga dengan tegas meminta Raiola membawa Zlatan ke Juventus.
“Apa yang terjadi di lapangan adalah urusan saya. Bawa saja Zlatan kemari, dan sisanya biar saya yang urus,” kata Capello.
Malam Deadline Day yang Menegangkan
Zlatan sudah dimusuhi publik Amsterdam karena perseteruannya dengan Rafael van der Vaart. Zlatan harus segera pergi dari Ajax. Bursa transfer akan ditutup keesokan malamnya, dan Zlatan belum mencapai kepastian.
Zlatan sejatinya sudah siap untuk pergi. Kopernya sudah dibereskan, bahkan pesawat pribadi Juventus sudah menunggu di bandara. Akan tetapi biaya transfernya belum disepakati.
Mino yang kehilangan kesabaran mengajak negosiasi digelar di Turin, di kantor Juventus. Awalnya, biaya transfer yang ditawarkan adalah 35 juta euro, namun karena Moggi yang rewel dan menggertak, nilainya turun menjadi hanya 16 juta euro, hampir dua kali lipat dari yang dibayarkan Ajax saat mendatangkan Zlatan dari Malmo.
Setelah biaya transfer disepakati, ada masalah lain. Ajax enggan tanda tangan tanpa bank penjamin. Raiola sebal mengingat Juventus punya reputasi sebagai klub besar di dunia. 16 juta euro tidaklah signifikan buat mereka.
Setelah berpikir lama, akhirnya Ajax tanda tangan. Mereka tak ingin kehilangan Zlatan, yang sudah tak sabar, juga uang transfernya.