Mantan gelandang Inggris, Joe Cole, telah mengundurkan diri dari perannya di akademi Chelsea, dan sekarang ia ingin mewujudkan rencana besar untuk kelanjutan kariernya. Kabar pengunduran diri ini seakan menjadi pengingat bagi pecinta sepakbola Inggris bahwa ia adalah mantan pemain ajaib yang selalu berani “berimajinasi” dengan bola.
Tidak lupa, Joe Cole juga sempat sukses di West Ham dan Chelsea. Ia bahkan berperan penting dalam sebuah permainan ciamik pasukan The Blues di bawah José Mourinho. Meskipun seringkali sulit untuk tidak bertanya-tanya; “apakah pecinta sepakbola Inggris benar-benar tahu bahwa Joe Cole merupakan pemain yang kurang beruntung?”
Ada perasaan yang harus ditelaah dari perjalanan karier sepakbola Joe Cole. Misalnya, jika saja ia bisa menerima lebih banyak bimbingan di masa mudanya, ia mungkin akan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya ketika sudah tua. Menurut salah satu pundit The Guardian, Jacob Steinberg, Joe Cole juga perlu dikritik lantaran ia tidak memiliki kecerdasan taktis yang cukup. Terutama ketika ia bermain sebagai pemain No 10.
Lihat saja bentuknya selama masih berseragam West Ham, ia memang tidak lepas dari kemampuan ajaibnya, akan tetapi ia tidak pernah mencetak lebih dari lima gol dalam satu musim. Di level internasional, ia juga sering terjebak di posisi kiri dengan peran yang kurang berkontribusi. Puncak karier di timnas Inggrisnya pun hanyalah tendangan voli spektakuler melawan Swedia di Piala Dunia 2006. Dan setelahnya, tidak ada lagi hal yang lebih baik dari itu.
Pada akhirnya, cedera pun turut menurunkan keefektifannya. Kesan penurunan ini pulalah yang kemudian menjadi awal keterpurukan kariernya. Walaupun semua pecinta sepakbola Inggris pasti tahu kalau Joe Cole memang terlalu berbakat di awal kariernya. Tapi di satu sisi, nasib kurang beruntung di masa puncak justru telah dinilai sebagai petaka bagi kariernya pasca pensiun.
Jacob Steinberg pun berpandangan bahwa sulit untuk membayangkan Joe Cole akan mentransformasi kariernya menjadi seorang manajer. Berbeda dengan mantan rekan setimnya seperti Steven Gerrard dan Frank Lampard, yang sudah jelas merupakan dua mantan pemain dengan “modal” manajer. Ya karena di satu sisi, mereka berdua juga memang pernah menjadi jenderal lini tengah dan pemimpin di ruang ganti.
Tapi, bagaimana mungkin ada orang yang bisa mempercayai pemain kurang beruntung seperti Joe Cole akan memiliki pekerjaan besar layaknya seorang manajer?
Agak sulit untuk membayangkannya. Meskipun semua orang berhak berspekulasi, dan akan sangat menarik untuk menebak bagaimana tim asuhan Joe Cole bermain. Apakah ia akan mengikuti cara struggle seperti Pep Guardiola, atau cara pragmatisme seperti Jose Mourinho?
Menarik pula untuk membayangkan, bagaimana pria berusia 38 tahun itu akan menangani penyerang muda berbakat yang membutuhkan bimbingan seperti dirinya di masa lalu. Apakah ia akan mampu mengatasi kondisi itu atau malah sebaliknya?
Pertanyaan-pertanyaan ini perlu untuk menjadi sandaran bagi Joe Cole jika ia memang memiliki sebuah rencana besar. Sejauh yang diketahui, ia juga merupakan sosok yang lumayan obsesif pada sepakbola, dan ia sering menonton pertandingan di televisi “dengan kepala pelatihnya”. Maka dari itu, ia berani merencanakan langkah besar setelah menyelesaikan perannya di akademi Chelsea.
Namun sayangnya, seperti orang lain di muka bumi ini, rencananya itu masih ditunda karena pandemi coronavirus.
“Tepat sebelum masa lockdown, saya sudah mundur dari peran saya di Chelsea. Saya bersenang-senang di sana dan belajar banyak. Itu sangat penting dalam perkembangan karier kepelatihan saya. Akan tetapi saya berencana melakukan kunjungan studi di seluruh dunia bersama beberapa manajer dan kunjungan studi di FA,” ungkap Joe Cole dikutip dari The Guardian.
“Tapi, rencana itu semua ditunda karena covid. Ya saya akan tetap mengambilnya ketika semuanya sudah kembali normal. Saya suka berada di sana (sebagai manajer). Saya yakin suatu hari nanti saya akan kembali dalam kapasitas tertentu. Tapi pada saat ini, saya merasa harus berkeliling dan melihat semua situasinya. Saya perlu mendengarkan banyak hal, dan menjaga telinga dan mata saya tetap terbuka untuk semua masukan.”
“Saya tidak ingin mengatakan klub mana yang akan saya latih. Karena saya tidak tahu apakah manajer tertentu akan memanggil saya, atau saya yang perlu bertanggung jawab ketika saya dipanggil untuk melatih sebuah tim. Tapi sejauh ini, saya akan bekerja dengan FA dan saya ingin bergabung dengan kelompok usia yang lebih muda di FA. Saya perlu melihat bagaimana itu semua bekerja.”
Ya sekali lagi, menarik untuk menunggu bagaimana kabar terbaru Joe Cole dengan statusnya sebagai manajer. Semoga saja, rencana besarnya ini bisa terwujud dan lebih sukses dari perjalanan kariernya sebagai pesepakbola.