Manjaer Liverpool, Jurgen Klopp, mengakui jika dirinya terinspirasi oleh tim rugby asal Selandia Baru bernama All Blacks. Manajer kondang tersebut mengatakan bahwa ia akan menyalurkan semangat All Blacks untuk memastikan Liverpool bisa terus memberi 100% kemampuannya. Dan hal ini memberikan sinyal jika saat ini ia tidak puas dengan satu raihan gelar Premier League saja.
Liverpool sendiri telah menerima tepukan kehormatan dari Manchester City pada pertandingan pekan ke-32 yang diselenggarakan di Etihad pada Kamis (3/7). Meskipun kalah telak 4-0 di akhir pertandingan tersebut, namun mereka sudah resmi dianggap sebagai juara dengan catatan enam pertandingan tersisa.
Menjadi kesan yang baru pula bagi pecinta Premier League, mengingat pasukan The Reds berhasil mengakhiri 30 tahun puasa gelar liga ke-19 mereka. Tapi melihat hal ini, Jurgen Klopp justru menegaskan bahwa ia dan para pemainnya tidak merasa telah mencapai puncak.
Alih-alih terbawa Euforia, Klopp malah menekankan kalau musim depan tim asuhannya itu harus mempertahankan atau bahkan meningkatkan kualitasnya. Karena bagi manajer asal Jerman tersebut, Liverpool perlu naik level seperti yang dilakukan All Blacks dalam film dokumenter yang selalu ia tonton.
“Kami merasa sedang berada di tengah-tengah sesuatu. Tapi ini bukan akhir dari sesuatu. Kami harus memberikan segalanya sampai kami menyelesaikan karier di sini. Selama kami masih memakai jersey ini, kami tidak boleh memberikan kurang dari 100% kemampuan kami. Itu bukan ungkapan saya, itu berasal dari tim rugby All Blacks,” ujar Jurgen Klopp dikutip dari The Guardian.
“Saya melihat itu dalam film dokumenter yang dibuat apik tentang All Blacks. Dan saya selalu menyimpannya untuk diri saya sendiri. Saya mengharapkan hal seperti ini untuk setiap pemain LFC. Saya ingin mereka, dan terutama saya, melakukan hal yang sama. Kami siap untuk musim berikutnya. Kami perlu mempertahankan atau meningkatkan kualitas kami.”
“Saya tidak tahu cara lain selain apa yang saya katakan barusan. Saya telah belajar ketika Anda berpikir, maka Anda telah mencapai puncak. Anda kemudia akan berada di jalan penurunan, dan sampai saat ini kami tidak mau merasakan itu. Saya akhirnya merasa tidak puas. Ini langkah besar tetapi bukan satu-satunya hal yang ingin saya bicarakan dengan anak asuh saya dalam 20 tahun karier saya.”
Dilansir dari The Guardian, Jurgen Klopp mengatakan jika ia pertama kali menonton film dokumenter All Blacks 19 tahun lalu. Dan ia mengakui bahwa pelajaran yang ia ambil dari situ terus membentuk cara berpikir dan cara pandang terhadap karier kepelatihannya. Klopp bahkan sempat memasukkan metode haka ke dalam rutinitas pra-pertandingan sewaktu ia masih menjadi pelatih di FSV Mainz 05.
“Saya ingat satu momen pada tahun 2001. Ketika itu adalah pra-musim pertama saya di Mainz, dan saya melihat film dokumenter All Blacks selama liburan musim panas. Saya benar-benar terkesan dengan apa yang mereka lakukan, dan bagaimana mereka berbicara tentang satu sama lain. Pada saat itu, All Blacks adalah tim rugby yang terbaik di dunia,” ungkap Klopp.
“Saya pikir mereka memiliki persentase kemenangan lebih dari 70%, dan itu adalah hal yang sangat mengesankan. Mereka semua amatir. Mungkin mereka mendapat sedikit uang, tapi saya tidak tahu pasti. Mereka bekerja sebagai tukang daging, tukang bangunan, dan lain sebagainya. Orang-orang ini cukup mengesankan. Apalagi ketika mereka berbicara tentang masa lalu mereka dan apa artinya bagi mereka saat bermain untuk tim ini.”
“Di Mainz, dua menit terakhir sebelum bus tim tiba di stadion, kami selalu mendengarkan dan melihat haka. Ketika pintu terbuka, saya tidak tahu apakah orang mengira sekelompok pemain akan keluar dari bus karena mendapatkan tamparan keras. Atau justru mereka terpacu untuk menang. Tapi itu ada pengaruhnya. Mereka (Mainz) waktu itu adalah All Blacks. Sehingga saya mungkin dapat menyebut mereka menjadi All Reds.”
Namun memang sayangnya, FSV Mainz 05 bukanlah tim yang besar. Jurgen Klopp memang memiliki metode yang cukup epik di sana, tapi sekali lagi, FSV Mainz 05 tidak seperti Liverpool atau Dortmund. Jadi menurutnya, walau tim asuhannya kala itu belum bisa menciptakan sesuatu yang heboh, namun baginya FSV Mainz 05 memiliki tekad yang besar.
Maka jelas sekali bahwa hal yang semacam inilah yang ingin ia bawa terus menerus bersama Liverpool. Jurgen Klopp ingin timnya tidak cepat puas. Karena kepuasan hanyalah satu “hasil” dari apa yang terjadi dari proses yang diterapkan. Karena intinya, Klopp berkeyakinan semua esensi keberhasila itu terletak pada tekad dan ambisi. Oleh sebab itu, tidak mengherankan mengapa ia sangat berharap Liverpool bisa terus berimprovisasi menuju ke level yang lebih tinggi di musim berikutnya.
“Tidak ada yang memperhatikan apa yang telah terjadi di FSV Mainz 05 karena mereka adalah tim kecil. Tetapi bagi saya mereka sudah punya tekad yang besar. Begitulah awalnya mengapa saya sangat ingin bercermin dari All Blacks. Para pemain sangat menyukainya. Itu memberi kami peluang dari tim yang tidak dipedulika untuk menjadi tim yang sering diperhitungkan. Setidaknya kami benar-benar menunjukkan sesuatu. Itu membantu sekali,” pungkas Jurgen Kloppp.