Setelah gagal meraih kemenangan dalam tiga pertandingan beruntun, Leicester City akhirnya meraih kemenangan pada pertandingan keempat. Mereka menang telak dengan skor 3-0 saat menjamu Crystal Palace di King Power Stadium. Kelechi Iheanacho mencetak satu gol, sedangkan dua gol sisanya dibuat oleh Jamie Vardy.
Bagi Leicester, kemenangan ini tidak mengubah posisi mereka yang masih tertahan pada peringkat ketiga klasemen sementara. Namun bagi Jamie Vardy, dua golnya memantapkan namanya sebagai top skor sementara dengan catatan 21 gol. Tidak hanya itu, dua golnya membawa namanya masuk dalam buku sejarah Premier League sebagai pemain yang bisa membuat 100 gol di kompetisi yang pertama kali diselenggarakan pada 1992/1993 lalu.
“Saya seperti berada di bulan. Kami semua ingin bermain dengan baik hari ini dan berhasil mengambil tiga poin. Raihan saya adalah salah satu dari hal-hal baik itu. Anda jelas ingin mencetak gol sebanyak mungkin. Yang paling penting adalah tim meraih tiga poin. Sebenarnya tidak masalah siapa yang mencetak gol, tapi beruntung saya bisa mendapatkannya,” kata Vardy setelah pertandingan.
Torehan 101 gol Vardy sejauh ini membawa namanya berada pada peringkat ke-28 dari 29 pemain yang bisa membuat 100 gol di Premier League. Namun secara rasio gol per laga, mantan pemain Fleetwood Town ini berada pada urutan ke-7. Vardy hanya butuh 206 pertandingan untuk mencetak 100 gol. Jauh lebih baik dari Rooney, Drogba, bahkan Michael Owen.
“Pencapaian yang luar biasa. Ia debut pada usia yang tidak lagi muda dan kini sudah berhasil mencetak 100 gol. Itu bukti kalah performanya begitu luar biasa. Saya yakin ia bisa mencetak banyak gol lagi,” kata Rodgers.
“Sejak pertama kali saya datang ke sini, saya memberi tahu Vardy kalau saya senang memiliki dia di dalam tim. Dia adalah masternya dalam hal penyelesaian akhir. Pencapaian yang begitu fenomenal dengan membuat 101 gol di Premier League dengan usia yang dia miliki sekarang ini,” ujar Rodgers menambahkan.
Konsistensi dan Kerja Keras
Kiprah Vardy di Premier League sebenarnya kurang bagus. Setelah mencetak gol pertamanya di level tertinggi saat melawan United, Vardy mandul nyaris sepanjang musim. Sinarnya tertutup oleh Leonardo Ulloa yang menjadi top skor klub saat itu. Namun empat gol dari 10 laga terakhir yang dimainkan Vardy saat itu membantu The Foxes selamat dari zona degradasi.
Musim berikutnya, kita semua sudah tahu apa yang terjadi. Vardy begitu vital di lini depan Leicester asuhan Ranieri. Memecahkan rekor gol beruntun Ruud van Nistelrooy, dia membuat 24 gol sepanjang musim dan hanya kalah sebiji gol dari Harry Kane. Gagal dapat sepatu emas, Vardy menutup musim dengan raihan trofi Premier League dan gelar Premier League Player of the Season.
Meski bersinar, Vardy tidak lepas dari anggapan miring. Banyak yang tidak yakin kalau Vardy bisa konsisten menjadi striker berbahaya di Premier League. Cap sebagai one season wonder pun melekat. Michael Owen bahkan pernah menyebut kalau Vardy hanya dinaungi keberuntungan bisa mencetak gol sebanyak itu.
Vardy memang sempat dianggap hanya sebagai one season wonder ketika hanya membuat 13 gol Premier League pada musim 2016/2017. Namun sejak musim 2017/2018, Vardy tidak pernah berhenti mencetak gol. Ia konsisten dengan mencetak lebih dari 15 gol dalam tiga musim terakhir yang membuatnya bisa dengan mudah mendapatkan gol ke-100. Sebuah torehan yang manis bagi pemain yang kalah tua dari Ian Wright ketika pertama kali mencicipi Premier League.
“Rahasianya adalah terus konsisten dengan bekerja keras dan berlatih. Untuk melakukan itu semua, Anda butuh motivasi. Saya termotivasi karena mengetahui kalau bermain sepakbola adalah keinginan saya. Mencetak gol menjadi hal yang ingin selalu saya lakukan,” tuturnya setelah memecahkan rekor Van Nistelrooy.
Sebuah perjalanan karier yang luar biasa mengingat Vardy datang dari klub kecil sekelas Fleetwood Town. Kehidupan sepakbola Vardy sebelumnya jauh dari kata baik. Tiap musimnya, ia hanya menikmati promosi, degradasi, lalu bertahan di kompetisi yang kualitasnya bahkan kalah jauh dari kompetisi League Two. Ia juga tidak pernah merasakan indahnya menginap di kota atau penginapan mewah karena klubnya juga tidak mampu secara finansial. Jangan lupakan masa-masa ketika ia menjadi buruh pabrik untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Ia sendiri mungkin tidak menyangka kalau ia akhirnya bisa bertahan hingga enam musim di level tertinggi, mendapat kesempatan berseragam tim nasional, ikut kompetisi internasional, hingga sejajar dengan para legenda yang bisa mencetak 100 gol lebih sepanjang kariernya. Semua berkat kerja keras yang telah ia lakukan. Vardy bisa saja memilih menyerah. Jika itu yang ia pilih, bukan tidak mungkin jalan hidupnya bisa lebih suram lagi dari sebelumnya.
Namun, Vardy tetaplah Vardy, di tengah sorotan sebagai pemain terkenal, ia tetaplah seseorang yang memiliki kepribadian menyenangkan. Meski memiliki wajah yang terkesan arogan, Vardy tetaplah seorang pelawak di ruang ganti. Sebelum mencetak gol ke-100, ia mengeluh tentang betapa ribetnya akun media sosial Leicester yang meminta para pendukung mereka untuk sign up dulu ke LCFC TV.
“Media sosial Leicester menulis ‘Lihat semua gol Vardy di sini, bagian pertama’. Jujur, saya mencoba klik, tapi ada pemberitahuan kalau saya harus sign up dulu ke LCFC TV. Begitu merepotkan karrena saya tidak punya waktu untuk melakukan seperti itu,” katanya kepada The Athletic. Bagi Vardy, seluruh gol yang sudah dia cetak harus bisa disaksikan dengan mudah oleh para penggemarnya.
Selamat atas 100 golnya, Jamie Richard Gill, eh salah Jamie Richard Vardy!