Banyak yang menyebut kalau sepakbola yang kita nikmati sekarang ini pertama kali ditemukan di Inggris. Apakah anggapan itu salah? Tentu tidak. Hanya, kurang tepat. Olahraga yang hampir dicintai nyaris oleh seluruh penduduk bumi ini ternyata pertama kali muncul di Cina.
Inggris sendiri nyatanya hanya membuat permainan ini menjadi lebih menarik lagi dengan munculnya aturan-aturan modern. Hal ini dikarenakan munculnya kekerasan ketika permainan ini dimainkan. Namun, justru Cina, negara yang prestasi sepakbolanya tidak terlalu mentereng, yang dianggap sebagai penemu olahraga ini.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Tiongkok (Cina) karena kehidupan kuno mereka menjadi wadah bagi betuk pertama sepakbola dan mengurusnya menjadi yang sekarang, sebuah permainan yang bisa dinikmati semua orang,” kata Sepp Blatter pada acara Beijing Football Expo, 15 Juli 2004 silam. Ungkapan ini seolah mempertegas kalau sepakbola itu pertama kali hadir di negara dengan penduduk terpadat di dunia ini.
Di Cina, sepakbola dikenal dengan nama cuju atau yang juga bisa disebut Taju. Abad keempat sebelum masehi disebut menjadi waktu ketika cuju pertama kali ditemukan. Penyebutan cuju pertama kali muncul dalam teks Zhan Guo Ce dengan Linzi sebagai kota pertama munculnya permainan ini.
Cuju sendiri berarti menendang bola dengan menggunakan kaki. Tujuannya adalah untuk menjaga kebugaran pasukan militer Cina. Lama kelamaan, olahraga ini menjadi hiburan yang berkembang di lingkungan kerajaan hingga kemudian menjadi olahraga yang menguntungkan.
Popularitas cuju semakin meningkat selama Dinasti Han pada 206 hingga 220 sebelum masehi. Tentara istana dan kalangan elit adalah orang-orang yang memainkan cuju. Biasanya, cuju dimainkan sebagai jamuan untuk hiburan warga kaisar atau bahkan penyambutan utusan asing. Kaisar Han Wu disebut-sebut menyukai olahraga ini. Aturan mulai dikembangkan yang membuat pertandingan ini semakin menarik untuk dinikmati.
Selama Dinasti Tang (618-907 SM), olahraga ini semakin berkembang. Pertama-tama ditandai dengan perubahan bola yang digunakan. Sebelumnya, bola yang digunakan diisi dengan bulu. Seiring berjalannya waktu, bola yang menggunakan bulu kemudian diganti dengan bola berisi udara. Pada dinasti ini, cuju dikenal memiliki dua gawang yang berbeda jenis. Pertama adalah gawang yang menggunakan jaring. Sedangkan gawang kedua bentuknya mirip tiang untuk olahraga lompat tinggi. Gawang ini terdiri dari dua mistar dan diantara dua mistar itu terdapat lubang untuk memasukkan bola.
Biasanya, ada dua bentuk permainan cuju yang digunakan. Pertama adalah pertunjukkan teknik atau ketangkasan. Kalau bahasa zaman now mungkin freestyle. Tujuannya yaitu untuk menghibur penonton dengan aksi mereka yang diiringi dengan musik. Yang kedua adalah permainan dengan menggunakan gawang yang juga dijaga oleh seorang penjaga gawang. Pada awalnya, cuju masih memperbolehkan adanya dorongan atau bahkan pukulan.
Lapangan untuk bermain cuju juga perlahan-lahan mulai muncul. Bisanya, mereka akan bermain di ladang yang letaknya di belakang halaman rumah-rumah megah pada zaman itu. Selain itu, cuju juga mulai digemari oleh perempuan. Sejarah mencatat kalau ada perempuan 17 tahun yang pernah mengalahkan tim tentara. Beberapa cendekiawan dan intelektual juga mulai menggemari olahraga ini. Yang menarik, seandainya ada salah satu dari mereka yang tidak bisa bermain cuju, maka dia bisa menjadi petugas pencatat skor.
Pada era Dinasti Song (960-1279), cuju mulai berkembang menjadi olahraga yang komersial. Hal ini seiring dengan perkembangan sosial dan ekonomi di Cina. Selain itu, cuju juga mulai menyebar di setiap kelas masyarakat dan tidak lagi terpusat pada kalangan kaisar atau bahkan kaum intelektual. Selain itu, era ini juga ditandai dengan munculnya tim-tim cuju yang biasanya berisi 12 sampai 16 orang. Biasanya, ada dua jenis tim cuju. Yang pertama adalah tim berisi pemain khusus untuk kekaisaran, dan yang lainnya adalah tim yang berisi para warga sipil. Tim yang berisi warga sipil memiliki anggota dengan latar belakang yang beragam. Pada dinasti ini, kedua tim mulai menggunakan baju yang menandakan ciri khas mereka. Kapten akan diberikan tanda dengan memakai topi dan tidak ada penjaga gawang.
Meski populer, namun ada saja orang-orang yang tidak menyukai cuju. Hal itu muncul pada kepemimpinan Dinasti Ming (1368-1664 Masehi). Tidak jelas kenapa Dinasti Ming tidak menyukai itu, namun ada yang menyebut kalau cuju tidak memberi keuntungan yang besar bagi negara mereka. Inilah yang membuat kerajaan tidak lagi memainkan cuju sebagai hiburan dan membuat permainan ini pelan-pelan mulai menghilang.