Momen-Momen Terbaik Mario Balotelli

Momen terbaik Balotelli,, juara Liga Champions (Foto: TalkSPORT)

12 Agustus kemarin, Mario Balotelli merayakan ulang tahunnya yang ke-30. Tidak terasa kalau pemain yang sempat digadang-gadang akan menjadi bintang besar di dunia ini sudah menginjak usia kepala tiga. Sayangnya, musim ini bukan menjadi musim terbaik Balo karena dia gagal menyelamatkan timnya, Brescia, dari jerat degradasi.

Citra bengal dan pembangkang sudah melekat kepada pemain yang pernah bermain bersama Marseille ini. Inilah yang membuatnya tidak bisa bertahan lama di sebuah kesebelasan. Paling mentok hanya tiga musim. Ini pula yang mungkin memengaruhi prestasinya di atas lapangan karena dia selalu membawa masalah di setiap tim yang ia perkuat.

Meski begitu, cerita tentang Balotelli tidak selamanya negatif. Ada momen-momen di mana dia mengalami masa-masa menyenangkan ketika bermain sepakbola. Masa-masa keemasan dia sejak pertama kali berkarier di dunia profesional pada 2005 lalu. Berikut adalah momen-momen terbaik Mario Balotelli.

Membawa Italia ke Final

Sepanjang kariernya, Balotelli telah bermain 36 kali bersama timnas Italia dan mencetak 14 gol. Salah satu penampilan terbaiknya adalah ketika membawa Italia melangkah ke final Euro 2012. Pada babak semifinal, ia membuat dua gol saat Gli Azzurri menang 2-1 atas Jerman. Pada ajang itu, Balotelli menjadi pilihan utama pelatih Cesare Prandelli di lini depan timnas Italia bersama Antonio Cassano.

“Ini menjadi malam yang hebat dalam sejarah hidup saya. Pada akhir pertandingan saya menemui ibu saya dan itu adalah momen terbaik. Saya bilang padanya kalau gol ini untuk dia. Saya menunggu momen ini karena ibu saya sudah tidak muda lagi dan tidak bisa pergi jauh. Jadi, saya harus membuatnya bahagia ketika dia datang jauh-jauh ke sini,” kata Balotelli.

Pada turnamen tersebut, Balotelli mencetak tiga gol. Sayangnya, ia gagal membawa Italia menjadi juara. Pada laga final, ia tidak berkutik dan harus menyaksikan Italia tumbang dengan skor telak 4-0 dari Spanyol. Air mata Balotelli setelah laga menunjukkan betapa kecewanya dia akibat kegagalan tersebut.

Juara Premier League

Munculnya nama Balotelli dalam skuad Italia pada Euro 2012 tidak lepas dari penampilan apiknya bersama Manchester City. Sepanjang musim 2011/2012, ia mencetak 17 gol dari 32 penampilan. Asis yang ia berikan kepada Sergio Aguero pada laga terakhir membawa Manchester City buka puasa gelar liga yang terakhir mereka raih pada 1968.

“Saya hanya punya satu memori bagus di Premier League,” ujarnya. Sejauh ini, Balotelli masih menjadi pemain Italia satu-satunya yang bisa meraih medali Premier League. “Premier League adalah yang terbaik meski liga Prancis juga menuntut kekuatan fisik. Selama dua setengah musim bermain di kota Manchester, Balo meraih dua trofi. Selain Premier League, ia juga mendapat gelar Piala FA semusim berikutnya.

Menjadi Pemain Muda Terbaik

Balotelli sebenarnya memiliki jalan yang mulus untuk menjadi salah satu pemain terbaik dunia. Ia sudah menjadi sorotan sejak membela Inter Milan pada 2007/2008. Ia diyakini punya kemampuan di atas rata-rata. Tiga musim bermain, ia membuat 28 gol dan turut serta membawa Inter meraih tiga gelar pada musim 2009/2010. Ia menjalankan tugasnya dengan baik saat Samuel Eto’o dan Diego Milito mengalami kebuntuan.

Puncaknya adalah ketika ia mendapat gelar golden boy award. Sebuah penghargaan besar bagi para pemain muda. Saat itu, ia mengalahkan gelandang muda Arsenal, Jack Wilshere. Lucunya, Balo tidak tahu siapa itu Wilshere.

“Siapa namanya? Wil…? Saya tidak kenal dia, tapi ketika saya melawan Arsenal, saya akan mengawasinya. Saya mungkin akan memamerkannya sekaligus memperingatkan kalau saya menjadi pemenang,” kata Balotelli.

“Saya senang dengan penghargaan tersebut, tetapi siapa yang seharusya memenangkan penghargaan ini selain saya? Dua tahun lalu saya finis di urutan keenam lalu keempat pada 200. Sekarang, giliran saya. Tujuan saya berikutnya adalah mengubah piala ini menjadi Ballon d’Or. Penghargaan ini adalah pertanda baik,” tuturnya menambahkan.

Tangis Bahagia dan Sedih Setelah Treble

Meski diorbitkan oleh Roberto Mancini, namun prestasi terbesar seorang Balotelli hadir ketika ia dilatih oleh Jose Mourinho. Bersama The Special One, Balotelli mendapat jumlah bermain jauh lebih banyak dari sebelumnya.

Namun yang paling utama tentu momen ketika ia bisa merasakan nikmatnya memegang tiga piala berbeda dalam satu musim. Meski tidak banyak terlibat dalam pertandingan penentuan, namun momen tersebut merupakan momen membahagiakan dalam kariernya. Terlepas dari banyaknya kritik yang ia dapat, terutama dari para pemain senior, namun Balo mampu tampil menjadi penyelamat Inter dalam beberapa pertandingan. Sayangnya, rasa bahagia Balotelli berubah menjadi rasa sedih ketika mengetahui Jose Mourinho akan hengkang setelah membawa Inter menjadi juara Liga Champions.

“Hanya satu hal yang membuat saya bersedih yaitu ketika Mourinho pergi. Saat saya sedang berbaring, ia mengucapkan salam perpisahan kepada semua orang. Saya tidak suka pemandangan seperti itu,” katanya.

“Saya lebih banyak mengerti tentang permainan berkat Mourinho. Saya banyak belajar, berhubungan baik, dan bertengkar bersama-sama. Namun saya katakan, saya tidak pernah menunjukkan perilaku tidak hormat kepada Mourinho,” katanya menambahkan.

***

Meski perilaku Balotelli terkadang di luar nalar manusia normal pada umumnya, namun sosok Mario Balotelli sampai kapanpun akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain sepakbola dengan bakat yang hebat. Selamat ulang tahun Balotelli!