Pada Sabtu kemarin, Arsenal berhasil meraih trofi keduanya dalam rentang kurang dari satu bulan. Setelah mengalahkan Chelsea pada final Piala FA, Meriam London sukses mengalahkan Liverpool dalam Community Shield. Arsenal menang dengan skor 5-4 dalam drama adu penalti setelah skor imbang 1-1 setelah 90 menit.
Dari 10 penendang, hanya Rhian Brewster yang gagal menjalankan tugasnya. Tendangannya membetur mistar gawang. Sebuah awal yang kurang baik bagi pemain yang kemungkinan akan mendapat banyak kepercayaan dari Jurgen Klopp.
Adu penalti merupakan momen yang mendebarkan dalam sebuah pertandingan sepakbola. Kegagalan dan keberhasilan suatu tim ditentukan dari satu tendangan dari titik putih tersebut. Inilah kenapa penendang penalti harus pemain-pemain yang memiliki mentalitas tangguh dan ketenangan luar biasa untuk mengemban beban sebagai penendang.
Lantas, apa jadinya jika sebuah drama adu penalti membutuhkan 40 tendangan? Tidak hanya yang bertugas sebagai penendang, jantung para penonton mungkin dua kali berdetak lebih kencang ketika menyaksikan fenomena tersebut.
Kejadian ini pernah terjadi pada babak pra eliminasi Piala FA 2005/2006 yang mempertemukan Tunbridge Wells FC melawan Littlehampton Town pada 31 Agustus 15 tahun yang lalu. Saat itu, adu penalti berlangsung hingga 40 penendang dan menghabiskan waktu setengah jam. Sebuah kejadian bersejarah untuk kesebelasan yang namanya saja nyaris tidak pernah terdengar di telinga para pecinta sepakbola. Kejadian yang bahkan membuat nama mereka tercatat dalam rekor FA dan juga sepakbola Eropa secara keseluruhan.
Tunbridge memulai babak pra-eliminasi ini dengan menjadi tamu dari Littlehampton. Babak ini berisi para kesebelasan yang berlaga di divisi lima hingga sepuluh. Skor dari pertandingan tersebut adalah 1-1. Mengingat kalau Piala FA mengenal sistem replay, maka pertandingan digelar kembali beberapa hari kemudian dengan Tunbridge menjadi tuan rumah.
Sayangnya, mereka juga mendapat hasil imbang. Skor akhir kala itu adalah 2-2. Laga pun harus ditentukan pemenangnya melalui adu penalti setelah skor masih tidak berubah hingga babak perpanjangan waktu.
Lima penendang pertama berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Hal ini membuat penalti terus dilanjutkan sampai ada salah satu yang menjadi pemenang. Akan tetapi, butuh 20 penendang dari masing-masing tim untuk menyelesaikan pertandingan ini. Tidak semua masuk, namun Tunbridge akhirnya yang keluar menjadi pemenang setelah menang 16-15.
Rekor 40 penalti ini mengalahkan rekor sebelumnya yang sudah bertahan empat tahun. Pada 2001, Macclesfield mengalahkan Forest Green Rovers dengan skor 11-10 melalui drama adu penalti. Saat itu, masing-masing kesebelasan melepaskan 12 tendangan.
Sayangnya, hanya sedikit penonton yang hadir di stadion untuk menyaksikan drama 40 penalti antara Tunbridge dengan Littlehampton tersebut. Tercatat, hanya 122 penggemar yang membeli tiket meski kapasitas stadion Littlehampton saat itu sebanyak 4.000 penonton.
Sayangnya, Tunbridge tidak bisa melangkah jauh pada ajang sepakbola tertua ini. Mereka sudah langsung terhenti oleh Metropolitan Police pada babak kualifikasi pertama. Mereka kalah dengan skor 2-0. Turnamen saat itu pada akhirnya dimenangkan oleh Liverpool setelah mengalahkan West Ham United dalam babak adu penalti. The Reds menang dengan skor 3-1 setelah mereka bermain imbang 3-3. Saat itu, West Ham sempat unggul 3-2 sebelum Steven Gerrard memupus harapan The Hammers melalui tendangan jarak jauhnya pada menit terakhir.
Berbicara soal adu penalti terlama, kejadian seperti ini sering terjadi dalam beberapa kompetisi. Piala Namibia musim 2004/2005 adalah salah satunya. Ketika itu, KK Palace menang dengan skor 17-16 melawan Civics setelah bermain imbang 2-2. Butuh 48 tendangan untuk bisa mendapat hasil akhir dari pertandingan tersebut yang membuat babak adu penalti ini menjadi yang terlama di dunia.
Kejadian serupa juga pernah terjadi pada laga Ganclerbiligi melawan Galatasaray pada 8 besar Piala Turki 1998/1999. Kesebelasan Argentina, Argentinos Junior juga pernah merasakannya saat menang 20-19 melawan Racing Club. Kedua kesebelasan menghabiskan 50 menit dengan 44 penendang.
Yang menarik, Liverpool juga pernah merasakan tegangnya menjalani adu penalti terlama. Kejadiannya terjadi saat mereka mengalahkan Middlesbrough 14-13. Butuh 30 penendang, masing-masing 15 eksekutor untuk mencari pemenang pada pertandingan ini. Hanya tiga penendang yang gagal pada saat itu, salah satunya adalah Raheem Sterling.
“Para pemain kami menunjukkan ketahanan yang luar biasa untuk bisa terus melaju. Pada akhirnya, mereka menunjukkan ketenangan yang luar biasaa dengan beberapa pemain muda yang bermain bersama kami pada hari ini,” kata Brendan Rodgers, manajer Liverpool saat itu.
Kejuaraan antar negara Eropa juga tidak luput dari kejadian ini. Pada semifinal Euro U-21 2007 antara Belanda melawan Inggris, pemenang harus ditentukan melalui drama adu penalti. Belanda keluar sebagai pemenang setelah menang 13-12 dalam drama yang membutuhkan masing-masing 16 penendang dari kedua kesebelasan.