Kisah Jose Mourinho Saat Menjadi Guru Olahraga

Ole Gunnar Solskjaer kerap disebut sebagai “Guru Penjaskes”. Tentu, julukan ini bukanlah fakta atau pujian, karena bersifat negatif. Solskjaer dianggap sebagai “Guru Penjas” karena dianggap tak punya pemahaman taktikal yang baik sebagai pelatih Manchester United.

Kalau pun memang demikian, Solskjaer semestinya tak perlu malu. Karena, yang pertama, untuk menjadi guru penjaskes, dibutuhkan pendidikan S1 yang cukup kompetitif di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Yang kedua, Jose Mourinho juga pernah menjadi guru penjaskes, dan semua perempuan terpesona karenanya.

Salah satunya diceritakan oleh mantan anak didiknya, Iolanda Banu Viegas, yang kini tinggal di Wrexham, Inggris. Kepada Dailypost, ia mengaku kalau dirinya pernah dilatih pelatih berkebangsaan Portugal tersebut saat di sekolah menengah.

Perempuan berusia 43 tahun itu besar di Alhos Vedros, Portugal. Ia diajar oleh Mourinho selama empat tahun di Escola Secundaria de Alhos-Vedros. “Dia adalah guru yang sangat baik,” kata Iolanda.

Di sekolah, Mourinho adalah guru yang disiplin. Ia dikenal karena suka memberi banyak tugas. Iolanda mengingat kalau meskipun ia masih berusia 20-an tahun, tapi dia sudah sangat serius saat mengajar.

“Dia begitu fokus dan profesional tapi kami tak pernah tahu akan seberapa terkenalnya ia di masa mendatang,” kata Iolanda.

Karena disiplin dan keseriusannya inilah, banyak teman-teman Iolanda yang mengidolakannya. “Tapi dia bukan tipeku,” kata Iolanda.

Yang membuat Iolanda terkesan adalah karena ia cukup bagus di sepakbola. Dan seringkali cuma ia satu-satunya perempuan di tim. Meski masih muda, Mourinho juga dihormati. Jarang ada yang bandel karena semua orang menyukai pelajarannya.

Karena latar belakangnya inilah, Iolanda memberanikan diri mengirim surat pada Mourinho. Ia berharap manajer Tottenham Hotspur ini mau mendatangi komunitas Portugal di Wrexham. Ia pun ingin Mourinho bisa mendukung Bellevue Football Club, yang terdiri dari orang asing dan pengungsi yang tinggal di kota tersebut.

Satu hal yang mendasari Iolanda untuk mengundangnya ke Wrexham adalah karena Mourinho dikenal sebagai orang yang dermawan. Ia kerap melakukan kegiatan amal untuk orang-orang yang bahkan ia tak kenal.

“Jadi, aku pikir ia akan menjadi orang baik yang bisa terlibat dengan masyarakat kami,” kata Iolanda. “Juga karena kami punya komunitas yang besar di sini di Wrexham, aku pikir itu akan membantunya merasa seperti di rumah.”

Menjadi Guru Memberi Nilai

Dalam wawancaranya dengan Be Soccer, Mourinho menyebut kalau menjadi guru penjaskes juga membentuknya menjadi manajer saat ini.

“Aku datang untuk membawa sedikit pengalamanku karena sebelum menjadi pelatih papan atas, aku adalah guru di sekolah, seorang guru penjaskes, dan ketika aku belajar aku diajari nilai dari pekerjaan kami,” tutur Mourinho.

“orang-orang bisa menilai karierku dengan raihan gelar yang aku menangi atau yang telah aku menangi, tapi mungkin bagian yang paling penting adalah saat aku bersama anak-anak itu, yang sekarang sudah menjadi pria dewasa dan mereka mengingat momen-momen itu,” ucap Mourinho.

Mourinho sendiri merupakan pelatih yang ambisius. Ia pun merasa kalau dirinya kompetitif dan bisa bersaing.

“Adalah sifatku. Aku pikir kalau aku tak sukses sebagai manajer, aku akan sukses di tempat lain. Seperti menjadi guru penjaskes yang sukses. Aku selalu menjadi orang yang didorong oleh sifatku sendiri,” ucap Mourinho.

Tuh kan, Mourinho saja bangga jadi guru penjaskes.