Kehadiran Ballon d’Or tak bisa dilepaskan dari majalah prestisius Prancis, France Football. Majalah yang berbasis di Paris tersebut menjadi inisiator terbentuknya penghargaan pesepakbola terbaik di Eropa ini.
Setiap tahunnya, diskusi soal siapa yang layak meraih Ballon d’Or, tak pernah padam. Satu dekade terakhir, penghargaan ini didominasi oleh Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Sejak 2018, bukan Ronaldo dan Messi yang menyabet penghargaan tersebut. Perdebatan pun tak kunjung usai.
Setiap tahunnya, sejak 1956, France Football mengeluarkan daftar pemain terbaik. Awalnya, saat pertama kali dibuat, penghargaan ini khusus untuk pesepakbola terbaik Eropa saja. Namun, seiring berjalannya waktu, berubah menjadi penghargaan pemain terbaik yang main di Eropa sejak 1995. Baru pada 2007, semua pesepakbola di dunia yang main di manapun berpeluang masuk ke dalam daftar Ballon d’Or.
Sebenarnya, FIFA juga punya penghargaan untuk pemain terbaik dunia, bernama FIFA World Player Award sejak 1991. Namun, FIFA memilih bekerja sama dengan France Football pada 2010, mengubah penghargaan ini menjadi FIFA Ballon d’Or.
Karena merger dengan FIFA, UEFA juga memutuskan membuat penghargaan UEFA Europe Player of the Year. Tujuannya untuk tetap mempertahankan tradisi dan memberi penghargaan bagi pemain Eropa.
Pemenangan FIFA Ballon d’Or di era itu pun otomatis masuk ke dalam daftar FIFA World Player of the Year. Akan tetapi, kerja sama ini hanya berlangsung selama lima tahun. Pada 2016, FIFA menarik diri dan membuat penghargaan mereka sendiri. Acara The Best FIFA Men’s Player of the Year digelar pada September atau tiga bulan lebih cepat ketimbang Ballon d’Or.
Banyak yang merasa kalau ini adalah cara FIFA agar penghargaan mereka lebih diakui ketimbang Ballon d’Or. Tapi nyatanya, para finalis yang diundang justru kerap tak hadir.
Sejak 1956 hingga 2006, pemenang penghargaan ini dipilih berdasarkan suara jurnalis sepakbola. Namun, setelah 2007, pelatih dan kapten timnas juga diberikan hak untuk memilih.
Ballon d’Or masih dianggap sebagai penghargaan paling prestisius bagi pesepakbola secara individu, meskipun FIFA punya penganugerahan serupa. France Football juga bikin kategori lainnya: Women’s Ballon d’Or dan Kopa Trophy, penghargaan khusus untuk pemain terbaik U-21.
Penggawa Blackpool, Stanley Matthews, merupakan peraih Ballon d’Or pertama. Sementara George Weah yang bermain buat AC Milan, menjadi pemain non-Eropa pertama yang memenangi penghargaan ini pada 1995. Di tahun ini pula aturan soal siapa yang berhak masuk daftar Ballon d’Or diubah. Bukan cuma pemain Eropa, tapi pemain yang bermain di kompetisi Eropa. Dua tahun kemudian, Ronaldo dari Inter Milan menjadi pemain Amerika Selatan pertama yang merah Ballon d’Or.
Meski aturan berubah lagi pada 2007 dengan semua pesepakbola di seluruh dunia berhak masuk daftar Ballon d’Or, tapi hingga kini pemenangnya selalu yang berasal dari kompetisi di Eropa.
Lionel Messi menjadi peraih penghargaan terbanyak dengan enam gelar ketika main untuk Barcelona. Rekor ini diikuti oleh Cristiano Ronaldo yang memenangi lima gelar, satu bersama Manchester United dan empat lainnya bersama Real Madrid.
Sementara itu, Johan Cruyff, Michel Platini, dan Marco van Basten, menjadi tiga pemain yang berhasil meraih penghargaan ini sebanyak tiga kali. Pemain berkebangsaan Belanda, Jerman, dan Portugal, memenangi Ballon d’Or terbanyak dengan tujuh gelar.
Salah satu yang jadi perbincangan adalah Ballon d’Or didominasi oleh pemain yang bertipikal menyerang, dan bermain di liga serta klub tertentu. Sejak 1995, hanya Liga Inggris, Liga Jerman, Liga Italia, dan Liga Spanyol, yang pemainnya menjuarai Ballon d’Or. Padahal, sebelum 1995, ada 10 liga yang menyuplai pemain untuk menjuarai Ballon d’Or.
Pada 2020, France Football memutuskan untuk tak membuat penghargaan ini. Alasannya karena pandemi Covid-19 serta banyaknya liga yang memutus kompetisi menjadi lebih pendek.