Pada pertandingan pembuka Bundesliga musim 2020/2021, terdapat enam pemain berkebangsaan Amerika Serikat yang bertanding. Giovanni Reyna mencetak golnya yang pertama di Bundesliga buat Borussia Dortmund, Tyler Adams main untuk RB Leipzig, John Brooks untuk Wolfsburg, Timothy Chandler di Eintracht Frakfurt, Josh Sargent buat Werder Bremen, dan Chris Richards main selama 17 menit buat Bayern Munich.
Di Bundesliga, setidaknya terdapat pemain Amerika Serikat di 16 dari 18 kesebelasan. Total, terdapat 50 pemain Amerika Serikat di tiga divisi teratas di Jerman.
Pertanyaannya adalah mengapa banyak pemain Amerika Serikat di Bundesliga?
Dipicu Pulisic
Sebenarnya ada banyak alasan mengapa pemain muda dari Amerika Serikat lebih diminati. Salah satunya soal izin kerja yang lebih mudah buat warga negara Amerika Serikat di Jerman. Soal masa lalu juga berpengaruh, yakni kehadiran tentara Amerika Serikat sepanjang perang dingin.
Berdasarkan ESPN, tidak ada alasan jelas soal kehadiran pemain Amerika Serikat di Jerman. Yang jelas, nama-nama seperti Eric Wynalda, Claudio Reyna, Landon Donovan, Jovan Kirovski, dan Brian McBride, mengawali karier profesionalnya di Jerman.
Perubahan mulai terjadi ketika Jurgen Klinsmann menjadi pelatih timnas Amerika Serikat pada 2011. Selain menerapkan program dual-kewarganegaraan, Klinsmann juga mendorong para pemain mudanya buat main di luar negeri.
Titik baliknya hadir ketika Christian Pulisic pindah ke Borussia Dortmund pada 2015. Kepindahan Pulisic harusnya tidak diperbolehkan, karena FIFA melarang pemain non-Uni Eropa pindah ke luar negeri sebelum berusia 18 tahun. Untungnya, Pulisic punya paspor Kroasia.
Di Dortmund, Pulisic hampir selalu menjadi langganan tim utama. Sampai akhirnya, pada musim 2019/2020, Chelsea mendatangkannya dengan nilai 58 juta paun. Kepindahan Pulisic menjadi pemacu kesebelasan Bundesliga lain untuk mulai mencari talenta dari Amerika Serikat.
Manager RB Salzburg, Jesse Marsch, menyebut kalau alasan mengapa ini adalah saat yang tepat buat pemain muda Amerika Serikat untuk pindah ke Jerman, karena Bundesliga adalah liga terbaik di dunia yang berinvestasi pada talenta muda, percaya pada mereka, dan yang terpenting adalah memainkannya.
“Sangat bagus untuk pemain muda yang datang ke sini. Dan saya pikir itulah mengapa mereka bersedia melakukan lompatan untuk datang ke liga ini secara khusus. Saya juga berpikir mentalitas pemain muda Amerika benar-benar bagus,” kata manager berkebangsaan Amerika Serikat ini.
Penyerang Schalke, Matthew Hoppe, menceritakan pengalamannya. Menurutnya, ada banyak hal yang dikorbankan untuk bisa main di Bundesliga. Namun, asalkan terus bekerja keras, maka mimpi akan tercapai.
“Aku pikir ada banyak pemain berbakat di Amerika. Mereka hanya perlu melompat ke Eropa dan mereka harus terus mengembangkan permainan mereka dan mengambil risiko,” kata Hoppe.
Terbantu Mentalitas
ESPN mewawancarai salah satu kepala akademi salah satu klub di Bundesliga yang mengakui kalau pemain muda Amerika punya disiplin tinggi serta motivasi diri. Ini membuat mereka tahu bagaimana caranya berproses dan membuktikan diri.
Mentalitas ini sejalan dengan gaya main tradisional tim-tim di Jerman yang menerapkan “gegenpressing”. Inti dari permainan tersebut adalah terus berlari dan memaksimalkan kebugaran yang cocok buat pemain muda.
Kepala Akademi Wolfsburg, Pablo Thiam, bilang kalau para pemain muda ini sudah atletis sejak tiba di Jerman. Kondisi ini memudahkan mereka untuk beradaptasi dan tinggal melakukan penyesuaian taktik.
Hal senada juga diungkapkan Marsch. Menurutnya, orang-orang Jerman punya mentalitas untuk menginginkan yang terbaik dan memastikan kalau semuanya terencana dan terorganisir. Kombinasi ini akan menghasilkan pemain yang tak punya rasa takut dan memberikan mereka peluang untuk tumbuh dan menjadi lebih baik lagi.
Pemain Amerika Tak Merugikan
Kesebelasan Amerika dilarang mendapatkan kompensasi atau pembayaran atas pemain mereka yang belum mendapatkan kontrak profesional. Ini membuat para pemain muda Amerika bisa pindah ke luar negeri dengan gratis atau setidaknya dengan nilai yang murah.
Sebenarnya kepindahan pemain ini menguntungkan ketiga pihak. Klub Jerman merekrut pemain berbakat dan mengembangkannya. Kalau sukses, ia akan menjadi bintang macam Gio Reyna, Pulisic, Sargent, atau Winston McKennie. Kalaupun gagal, banyak klub di Amerika yang mau untuk mendatangkan kembali sang pemain.
Saat pemain tersebut gagal dan bermain kembali di MLS, ia masih tetap bisa didatangkan dengan biaya murah. Contohnya Borussia Monchengladbach yang merekrut Joe Scally dari NYCFC senilai 1,3 juta paun saja.
Alasan lainnya adalah izin kerja. Di Jerman, izin kerja buat orang Amerika relatif lebih mudah. Bandingkan dengan di Premier League yang memperhitungkan seberapa besar biaya transfer dan gajinya, serta pengalamannya di timnas. Sementara di Serie A dan La Liga, pemain non-UE jumlahnya terbatas.
Di Jerman, pemain non-UE bisa mendapatkan izin kerja asal mereka punya dual-kewarganegaraan dari negara Uni Eropa. Asalkan, merea digaji dan dikonfirmasi sebagai bakat yang bagus.
Alasan lainnya adalah soal marketing. Sejumlah kesebelasan di Bundesliga berusaha membuka peluang ke pasar luar negeri. Baik dengan membuka kantor, seperti yang dilakukan Bayern Munich pada 2014 di New York, maupun kerja sama antarklub seperti Bayern dengan FC Dallas dan Hoffenheim dengan FC Cincinnati.
Di level individu, sejumlah personel juga saling berbagi pekerjaan. Misalnya, mantan kiper Jerman, Lutz Pfannenstiel menjadi Sporting Director St. Louis City. Claudio Reyna yang sebelumnya main lama di Bundesliga, menjadi Sporting Director Austin FC.
Di Jerman, Pellegrino Matarazzo, yang lahir di New Jersey menjadi pelatih kepala Stuttgart. Sementara Marsch adalah asisten pelatih Leipzig musim 2018/2019 dan kini melatih RB Salzburg.
Pemain Amerika pun akan merasa aman karena Bundesliga pada dasarnya memberikan kesempatan untuk pemain muda. Ini dibuktikan dengan naiknya pemain muda potensial macam Erling Haaland, Jadon Sancho, sampai Jude Bellingham. Menurut Jurgen Klinsmann, pelatih di Bundesliga biasanya terus terang. Kalau pemainnya bagus, ia akan dimainkan.
Jerman akan menjadi tempat selanjutnya bagi talenta muda Amerika Serikat. Setelah hal yang sama juga berlaku pada talenta dari Jepang dan Korea Selatan.
Sumber: ESPN.