Frank Lampard adalah salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Chelsea. Selain karena permainannya yang bagus, juga karena kesetiaannya. Lampard sudah di Chelsea sejak 2001 dan berpisah pada 2014.
Sejak kepergian Lampard, Chelsea terus mencari penerusnya. Namun, agaknya masih belum ada yang bisa menyamai Lampard yang terasa begitu ikonik.
Ada sejumlah gelandang tengah yang direkrut Chelsea sejak kepergian Lampard pada 2014. Siapa yang paling menarik?
-
Danny Drinkwater
Skuad juara Leicester City pada 2015/2016 porak poranda. Para pemain kunci menjelajah kemana-mana termasuk N’Golo Kante. Di Leicester, Kante tampil begitu dominan. Agaknya, ini yang membuat The Blues keranjingan untuk kembali merekrut pemain Leicester.
Salah satu pemain penting Leicester adalah Drinkwater. Ia direkrut Chelsea senilai 35 juta paun. Drinkwater adalah rekan Kante di lini tengah Leicester saat itu. Sehingga, berharap Drinkwater mereplikasi penampilannya seperti di Leicester adalah pilihan paling logis.
Di musim pertamanya, ia masih sempat main di 22 penampilan di seluruh kompetisi. Cedera yang menghalanginya untuk terus ditampilkan. Sampai akhirnya kursi kepelatihan Chelsea berpindah pada Maurizio Sarri, yang tak datang sendiri. Ia masuk dengan membawa gelandang pilihannya: Jorginho. Mateo Kovacic juga direkrut sebagai pemain pinjaman dari Real Madrid.
Di musim 2018/2019 itu, Drinkwater bahkan tak tampil sama sekali di semua kompetisi! Ia cuma main sekali sebagai pemain pengganti di Community Shield.
Ini yang membuat Drinkwater memilih dipinjamkan ke Burnley pada musim selanjutnya. Namun, sejak hari itu, hidup Drinkwater berbeda. Ketika di Burnley ia pernah bermasalah karena menyerang orang di luar kelab malam. Saat di Aston Villa, ia bersitegang dan menanduk Jota. Drinkwater juga didakwa bersalah setelah berkendara dalam keadaan mabuk.
Pada Mei 2020, ESPN memasukkan Drinkwater ke dalam rekrutan kedua terburuk di Premier League setelah Ali Dia!
Kenapa menarik? Seharusnya hidup Drinkwater tidak turun terlalu cepat. Soalnya, waktu juara bersama Leicester, banyak cerita menarik soal bagaimana ia berjuang sebagai pemain Manchester United yang gagal. Kini, ia malah akan dianggap sebagai pemain gagal.
-
Tiemoue Bakayoko
Bakayoko direkrut Chelsea dengan nilai 40 juta paun pada 2017. Angka tersebut menjadikannya pemain rekrutan Chelsea termahal setelah Fernando Torres.
Namun, para penggemar Chelsea justru terkejut dengan penampilan Bakayoko. Mereka bahkan menuduh kalau Antonio Conte sebenarnya merekrut kembaran Bakayoko yang tak benar-benar bisa main bola.
Musim pertama yang buruk membuatnya dipinjamkan ke AC Milan, Napoli, dan Monaco. Kini ia bermain di Milan dengan kesepakatan peminjaman selama dua tahun dengan opsi beli.
Kenapa menarik? Karena Bakayoko tampak baik-baik saja ketika ia dipinjamkan.
-
Kai Havertz
Ketika pertama kali direkrut pada 4 September 2020 lalu, Havertz terlihat seperti pemain muda yang kemahalan. Bagaimana tidak? Chelsea harus menebusnya senilai 62 juta paun dari Bayer Leverkusen! Itu menjadikannya sebagai rekrutan termahal Chelsea setelah Kepa Arrizabalaga.
Namun, Havertz menunjukkan kualitasnya. Di Februari 2022 ini misalnya, ia mencetak empat gol dari lima pertandingan. Padahal, sejak pertengahan Desember 2021 hingga akhir Januari, ia cuma main dua kali.
Tuchel pun memuji Havertz dan sadar kalau pemain berkebangsaan Jerman tersebut bukanlah gelandang tengah, pun gelandang serang. Havertz lebih produktif ketika menjadi pemain No.9 dengan peran “False Nine”.
Kenapa menarik? Karena Havertz adalah gelandang yang bisa mencetak gol bahkan mampu mencadangkan Lukaku!
-
Mateo Kovacic
Nama Kovacic bersinar sebagai pemain muda potensial kala masih bergabung dengan Inter Milan. Namanya kian menanjak saat direkrut Real Madrid pada musim 2015/2016. Ketika Maurizio Sarri menangani Chelsea pada 2018/2019, Kovacic pun didatangkan dengan status pinjaman.
Di bawah Sarri, Kovacic tampil prima bersama Jorginho di lini tengah. Setelah Sarri pindah ke Juventus, Kovacic justru dipermanenkan Chelsea. Ia menjadi bagian integral dalam arahan Frank Lampard. Tugasnya memang bukan untuk mencetak gol, tapi bikin Chelsea menguasai area tengah.
Mengapa menarik? Karena Kovacic bukan tipikal gelandang yang menonjol, tapi perannya sangat besar buat Chelsea.
-
Jorginho
Jorginho datang karena kebutuhan Sarri. Di awal kehadirannya, ia tampak sulit beradaptasi dengan sepakbola Inggris. Namun, setelah sekian lama, Jorginho kian memperlihatkan kualitasnya dengan tak tergantikan di lini tengah The Blues.
Di musim pertamanya, Jorginho main di 54 pertandingan. Di bawah Frank Lampard pada musim 2019/2020, Jorginho main di 44 pertandingan. Musim selanjutnya, penampilannya menurun menjadi 43 pertandingan. Dan di era Thomas Tuchel, Jorginho sudah mencatatkan 35 penampilan di awal Maret.
Mengapa menarik? Tentu saja karena penaltinya.
Honourable Mention
Selain lima nama di atas, ada dua nama lain yang mestinya masuk ke dalam daftar ini. Mereka adalah Cesc Fabregas yang meruput sejak 2014-2019, serta–tentu saja–N’Golo Kante.
Fabregas adalah gelandang kelas dunia. Jumlah penampilannya buat Chelsea selalu konsisten di hampir lebih dari 40 penampilan tiap musimnya. Kecuali di musim terakhir, di mana Fabregas akhirnya pindah ke Monaco dan beristirahat di sana.
Bagaimana dengan Kante? Kalian tentu sudah tahu jawabannya.