Pada tahun 2000, pencetak gol terbanyak di Eropa bukanlah pemain klub-klub raksasa, seperti Real Madrid atau Manchester United. Mungkin banyak orang yang tak akan percaya, karena dia berasal dari Sunderland, salah satu tim papan bawah Premier League Inggris musim 1999/2000, yang baru promosi dari kasta kedua, Championship League. Pemain itu adalah striker Inggris, Kevin Phillips.
Sang penyerang mencetak 30 gol dalam 36 penampilannya pada musim debutnya di Premier League 1999/2000. Ketika itu, dia hanya melewatkan dua pertandingan liga, di mana selalu masuk starting line-up dan hanya dua kali ditarik keluar pada babak kedua. Hasilnya, Phillips merebut trofi European Golden Shoe atau Sepatu Emas Eropa sebagai pencetak gol terbanyak di antara liga-liga di Eropa.
Awal Karier Kevin Phillips
Kevin Phillips benar-benar memulai kariernya dari bawah. Dan menariknya, dia mengawalinya bukan sebagai penyerang, melainkan bek kanan. Tubuhnya dianggap terlalu kecil untuk bertarung di depan, saat masih menimba ilmu di akademi Southampton sejak remaja. Dalam posisi itu, pemain kelahiran Hertfordshire, Inggris pada 25 Juli 1973 itu sempat membuat dua penampilan bersama tim cadangan.
Sayangnya, Phillips muda gagal menembus tim utama hingga akhirnya main di tim semi-profesional non-liga, Baldock Town pada musim panas 1991. Bersama klub inilah dia kembali bermain sebagai striker. Krisis cedera yang dialami tim memaksa pelatih Ian Allinson menariknya dari belakang, dan ternyata malah sukses menghasilkan dua gol dalam laga pertamanya dalam peran baru tersebut.
Kesabaran dan ketekunan Phillips akhirnya berbuah kontrak profesional pertama pada Desember 1994. Dia direkrut oleh Watford dengan nilai awal 10.000 paun, ditambah pembayaran tambahan sebesar 5.000 paun. Divisi Pertama Inggris, atau kini disebut Championship League menjadi awal mula perjalanan kariernya, meski gagal menyelamatkan tim dari jurang degradasi pada musim ketiga.
Saat Kevin Phillips Naik Level
Meski bermain di divisi dua, dan sempat absen cukup lama karena masalah pada ligamen kakinya, namun bakat Phillips ternyata tidak terlupakan. Pada musim panas 1997, Sunderland meminangnya dengan biaya 325.000 paun, naik lebih 30 kali lipat. Bahkan, nilainya itu berpotensi meningkat jadi 650.000 paun, ditambah dengan sejumlah bonus yang didapatkannya dari klub barunya tersebut.
Tetapi, The Black Cats ternyata tak salah telah memilihnya. Hanya dalam tiga musim, Phillips pun dinobatkan sebagai pencetak gol paling mematikan di Eropa karena 30 gol yang berhasil dicetaknya dalam semusim di Premier League Inggris. Menariknya lagi, itu merupakan musim debutnya di kompetisi tertinggi negeri Britania tersebut, sekaligus salah satu liga elit dan termahal di dunia.
“Saya pikir itu adalah pencapaian yang luar biasa. Bukannya tak hormat, tapi umumnya saat pemain mencetak 30 gol, mereka melakukannya di tim yang berada di peringkat dua, tiga, atau empat liga. Saya melakukannya di tim yang finish ketujuh, di tim yang sama sekali tak mewah jika dibandingkan dengan Manchester United, Arsenal, Liverpool, dan lainnya,” ungkap Phillips dilansir Planet Football.
Sempat mengawali musim dengan kekalahan telak 4-0 di markas Chelsea, Phillips yang saat itu sudah 26 tahun tersebut langsung membalasnya dengan sepasang gol dalam kemenangan kandang 2-0 atas mantan timnya, Watford. Sejak itu, dia tak terhentikan hingga mengoleksi 30 gol, termasuk hattrick ke gawang tuan rumah Derby County dalam kemenangan lima gol tanpa balas pada pekan delapan.
Bayang-bayang Pemain Lain
Sayangnya, keajaiban Phillips cuma berlangsung sebentar. Musim keduanya di Premier League, dia hanya mencetak 19 gol. Beberapa orang yang menontonnya mengatakan permainannya berubah, yang dikaitkan dengan upayanya mengejar karier bersama timnas Inggris. Sang penyerang kemudian mengakui bahwa memang “tak sengaja” mengubah permainannya demi memenuhi tuntutan pelatih.
“Saya pikir saya melakukannya secara tak sadar, tapi terkadang sulit untuk keluar dari situ,” katanya. Saat itu, Alan Shearer sangat mendominasi timnas Inggris, dan pelatih Kevin Keegan sedang mencari tipe Teddy Sheringham untuk berduet dengannya. Alhasil, Phillips pun terpaksa hidup dalam bayang-bayang kedua seniornya itu, yang pada akhirnya membuat kariernya malah jadi gagal berkembang.
Dalam uji coba sebelum Euro 2000, Phillips gagal mencetak gol saat Inggris menang tipis 2-1 lawan tim lemah, Malta. BBC menggambarkannya sebagai “penampilan yang sedikit putus asa dari semua pemain lapis kedua yang hanya punya sedikit waktu berharga untuk membuat permainan berkesan.” Meski tetap ikut ke Euro 2000, namun top scorer Eropa itu hanya menjadi pemanis bangku cadangan sepanjang turnamen. Dan bahkan, dia tak sekalipun mencetak gol untuk Inggris sepanjang kariernya.
Sumber: Planetfootball