Setelah melintasi Eropa, Amerika Utara, Asia, hingga Afrika, Piala Dunia akhirnya kembali ke Amerika Selatan sejak 26 tahun. Kali ini, Brasil diberikan mandat untuk menggelar ajang empat tahunan tersebut.
Sama seperti edisi sebelumnya, pemilihan tuan rumah kembali mengundang kontroversi. Pemerintah Brasil mengeluarkan dana hampir 165 triliun rupiah atau dua kali lipat dari dana yang dikeluarkan Jerman pada Piala Dunia 2006. Hal ini yang menimbulkan kontroversi di mata masyarakat Brasil yang merasa uang tersebut lebih baik dipakai untuk memberantas kemiskinan. Belum lagi melihat fakta kalau Brasil merupakan salah satu negara dengan tingkat kriminalitas tertinggi di dunia.
Meski begitu penyelenggaraan Piala Dunia 2014 terbilang sukses. Lebih dari 3 juta orang memenuhi stadion dan 5 juta turis lainnya memenuhi lokasi Fan Fest yang dibuat oleh panitia. Dari segi jalannya turnamen, Brasil 2014 adalah Piala Dunia dengan jumlah gol terbanyak menyamai catatan Prancis 1998. Tidak hanya itu, FIFA juga memunculkan beberapa terobosan baru semisal Goal Line Technology dan Water Break selama tiga menit.
Tumbangnya Para Unggulan
Bukan Piala Dunia namanya jika tanpa kejutan. Pada 2014, kejutan tersebut datang dari tumbangnya tiga juara dunia pada babak peyisihan. Juara bertahan Spanyol secara mengejutkan tersingkir dari Grup B setelah dua kali kalah melawan Belanda (5-1) dan Cile (2-0). Inilah penampilan terburuk La Roja sejak Euro 2004.
Kejutan lain datang dari Italia dan Inggris yang berada satu grup dengan Uruguay dan Kosta Rika di Grup D. Diunggulkan dapat melaju sebagai juara dan runner up, Azzurri dan Three Lions justru terpuruk di peringkat ketiga dan keempat. Inggris bahkan tidak bisa meraih satu kemenangan pun sementara Italia hanya meraih satu kemenangan melawan Inggris.
Para unggulan yang tumbang digantikan oleh beberapa negara yang tampil mengejutkan. Kolombia misalnya, mereka sanggup menyingkirkan Uruguay pada babak perdelapan final sebelum dihentikan tuan rumah. Prestasi apik ditunjukkan oleh Kosta Rika. Mereka menjadi yang teratas di Grup D mengungguli tiga juara dunia. Bersama Jerman dan Belanda, Kosta Rika adalah negara yang tidak terkalahkan sepanjang turnamen tersebut.
Ketidakberuntungan Tuan Rumah
Selain berstatus tuan rumah, Brasil hadir di Piala Dunia 2014 membawa status juara Piala Konfederasi. Mereka bertekad memecahkan kutukan kalau juara Piala Konfederasi tidak akan bisa menjadi juara dunia. Segalanya berjalan mudah ketika mereka hanya terpeleset sekali ketika ditahan imbang Meksiko tanpa gol pada babak grup dan meraih kemenangan melawan Kroasia dan Kamerun.
Cile berhasil dikalahkan lewat adu penalti yang ketat pada babak perdelapan final. Selanjutnya, giliran Kolombia yang berhasil mereka kalahkan 2-1 sekaligus membawa mereka kembali ke semifinal Piala Dunia sejak 2002.
Estadio Mineirao di Belo Horizonte mempertemukan Brasil dengan Jerman. Tidak ada yang menyangka kalau stadion tersebut justru menghadirkan mimpi buruk bagi pendukung Samba. Hanya dalam tempo setengah jam, Brasil tertinggal 5-0 melalui gol Thomas Muller, Miroslav Klose, dua gol Toni Kroos dan satu dari Sami Khedira. Anak-anak menangis sementara banyak wajah menganga tidak percaya melihat mudahnya pertahanan mereka ditembus. Pada babak kedua, dua gol ditambah Tim Panzer dan membuat skor 7-1 untuk Jerman dalam laga yang disebut Mineirazo tersebut.
Hilangnya Neymar menjadi alasan betapa buruknya permainan Brasil. Sang megabintang harus keluar dari turnamen setelah mendapat cedera ketika melawan Kolombia. Hasil buruk di semifinal kembali terulang ketika melawan Belanda pada perebutan tempat ketiga. Mereka takluk 3-0 dan menjadi negara penyelenggara dengan jumlah kebobolan terbanyak sepanjang sejarah World Cup.
Panggung Para Penjaga Gawang
Piala Dunia 2014 menjadi ajang Unjuk Gigi para penjaga gawang. Sederet nama mencuri perhatian salah satunya adalah Tim Howard. Penjaga gawang USA ini mencatat rekor ketika ia melawan Belgia di babak 16 besar. Ia menjadi kiper yang bisa membuat 16 penyelamatan dalam satu kejuaraan. Halaman Wikipedia milik Howard bahkan menulis kalau eks kiper Manchester United ini didaulat sebagai “menteri pertahanan Amerika Serikat”.
Selain Howard ada nama Tim Krul yang tampil bak pahlawan untuk Belanda. Krul hanyalah cadangan dari kiper utama Jasper Cillesen sepanjang turnamen. Akan tetapi pada babak 8 besar melawan Kosta Rika, Van Gaal dengan nekat memasukkan Krul menggantikan Cillesen untuk menghadapi babak adu penalti.
Keputusan itu berbuah manis dengan Krul menahan dua sepakan dan meloloskan mereka ke semifinal. Sayangnya, Van Gaal tidak melakukan hal yang sama ketika menghadapi adu penalti melawan Argentina. Mereka takluk ketika gawang Belanda dijaga oleh Cillesen.
Buah Kesabaran Jerman
Bencana Euro 2000 membuat Jerman berbenah. 14 tahun kemudian, buah kesabaran mereka berbuah manis dalam wujud trofi Piala Dunia. Penampilan Jerman memang tidak secepat Spanyol ataupun Brasil, namun Jerman menunjukkan sepakbola berkarakter. Mereka tampil solid di segala lini.
Mereka meraih tujuh poin pada babak grup dan menyingkirkan Portugal. Pada fase gugur mereka mengalahkan Aljazair dan membuat timnas Prancis bertekuk lutut. Skor 7-1 melawan Jerman menegaskan bagaimana perkembangan yang mereka jalankan sejak 2000 berjalan mulus. Puncaknya tentu saja ketika satu gol Mario Gotze menjadikan Jerman sebagai negara Eropa pertama yang bisa memenangi Piala Dunia di luar benuanya.
Nakalnya Gigi Suarez
Tidak hanya tekel ataupun benturan keras yang termasuk dalam permainan berbahaya, gigi pun bisa membuat seorang penggawa sekelas Giorgio Chiellini kelabakan. Pelakunya adalah bomber Uruguay, Luis Suarez.
Ketika Italia melawan Uruguay pada pertandingan terakhir fase grup, Suarez menggigit bahu pemain Juventus tersebut pada menit ke-79. Sayangnya insiden tersebut luput dari mata wasit Marco Rodriguez. FIFA pun membawa kasus ini untuk diselidiki. Dua hari setelah pertandingan tersebut, komite disiplin FIFA memberi hukuman larangan main sembilan pertandingan kepada El Pistolero.