Ketika Ping Pong Hampir Bikin Cristiano Ronaldo Berhenti Jadi Pesepakbola

Ketika Lionel Messi tertunduk lesu gara-gara Argentina dibantai 0-3 oleh Kroasia, lain halnya dengan Cristiano Ronaldo. Dengan penuh energi ia, melakukan perayaan gol dengan menunjuk janggut yang sengaja ia tumbuhkan. Maklum, golnya menghadapi Maroko, menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak di Piala Dunia 2018 dengan empat gol. Golnya itu pula yang membuat peluang Portugal lolos ke babak 16 besar terbuka amat lebar.

Di bursa transfer, nama Ronaldo mungkin tak begitu digemari macam para pemain muda yang kemahalan. Padahal, dalam hal trofi maupun capaian gol, belum ada yang mengalahkannya.

Cristiano Ronaldo bersama dengan Rio Ferdinand. Foto: Express.co.uk

Begitu kompetitifnya Ronaldo ternyata tak cuma di sepakbola. Patrice Evra, dikutip dari Express, menceritakan bagaimana Ronaldo adalah orang yang tak mau kalah, dalam arti positif tentu saja. Evra, mengingat kembali momen saat Ronaldo bermain ping pong bersama Rio Ferdinand.

“Cristiano bermain ping pong melawan Ferdinand dan Rio mengalahkannya,” kata Evra. “Kami mulai berteriak dan dia terlihat kesal. Lantas, dia menyuruh sepupunya untuk membeli meja ping pong. Dia berlatih selama dua pekan di rumah dan kemudian berhasil mengalahkan Ferdinand.”

“Itulah sosok Cristiano. Tak membuatku terkejut kalau dia ingin memenangi lebih banyak golden balls atau memenangi Piala Dunia,” tutur Evra.

Cristiano Ronaldo bermain tenis meja.

Menjadi Pemain Ping pong Profesional

Pada 2009 silam dikutip dari Daily Mail, Ronaldo menyebut kalau dirinya hampir berhenti dari sepakbola dan menjadi pemain ping pong profesional. Hal ini berawal dari sejumlah pelatih yang mencoba memasukkannya ke tim tenis meja Sporting Lisbon saat ia masih muda.

“Setelah sepakbola, ping pong adalah olahraga favoritku. Aku amat suka menyaksikan pertandingan profesional tenis meja dan aku juga senang memainkannya,” tutur Ronaldo.

“Aku mulai merasa terpesona pada tenis meja saat kecil karena itu adalah olahraga populer di Madeira, di mana ada sejumlah klub tingkat nasional. Aku mulai bermain saat kecil di lingkungan rumah maupun di sekolah. Saat aku pindah ke Sporting, aku juga tetap main ping pong.”

Foto Editan Cristiano Ronaldo bermain tenis meja. Foto: Dailymail.co.uk

Sporting memang tidak cuma memiliki klub sepakbola, tapi juga klub olahraga lain mulai dari futsal, renang, voli, tenis, biliar, atletik, bola basket, hingga eSports. Dengan fasilitas yang berlimpah, Ronaldo pun seperti dimanjakan dan terus bermain bersama rekan-rekannya yang lain.

“Suatu hari, pelatih tim tenis meja Sporting bilang, ‘Aku melihat kau bermain dan aku pikir kamu bisa menjadi pemain tenis meja yang bagus. Kamu mau masuk ke tim kami?’. Tidak, tidak terima kasih. Aku menjawabnya tanpa keraguan. Aku ingin menjadi pesepakbola. Ping pong itu hobi, dan bukan merupakan olahraga yang membuatmu ingin menjadi atlet profesional,” tutur Ronaldo.

Si pelatih tenis meja terus mencoba untuk membujuknya lagi dan lagi. Namun, Ronaldo selalu punya jawaban yang sama: tidak. Sampai si pelatih akhirnya menyerah. “Sepakbola adalah keinginan besarku,” kata Ronaldo.

Aruna Quadri, pemain tenis meja profesional Sporting Lisbon.

“Aku tak tahu kalau ping pong telah kehilangan seorang pemain bagus, tapi aku tahu bahwa hingga saat inipun aku masih menikmati bermain. Aku bermain dengan kanan, kiri, tanpa merasa sombong, aku pikir aku melakukannya dengan baik. Bahkan buat mereka yang berpikir kalau mereka punya kesempatan untuk mengalahkanku.”

Keinginan Ronaldo untuk menjadi pesepakbola profesional memang tak bisa lagi dibendung. Ambisinya amat besar untuk menjadi yang terbaik. Apalagi dorongan masa kecilnya yang tak begitu menyenangkan, membuatnya ingin membalaskan dendam lewat prestasi yang dimiliki.