Sempat hanya menjadi isu, akhirnya kepindahan Gianluigi Buffon ke Paris Saint-Germain benar-benar terjadi. Buffon menandatangani kontrak selama satu musim bersama Les Parisiens. Ia pindah dengan status bebas transfer setelah tak memperpanjang kontrak dengan Juventus.
Kepindahan Buffon ke PSG disambut hangat oleh Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi. Menurutnya, kiper yang sudah 17 tahun membela Juventus tersebut menjadi ujung tombak PSG untuk meraih prestasi yang lebih besar.
“Besarnya karirnya, serta kepribadiannya yang ambisius dan elegan, menjadikannya sebagai salah satu pemain yang paling dikagumi dan dihormati di dunia sepakbola. Kedatangannya menegaskan kembali keinginan kami untuk selalu menjadi lebih tinggi. Ambisi yang ingin kami kejar dengan tekad sama kuatnya,” ujar Al Khelaifi di Goal.
Buffon juga tidak kalah antusias dengan petualangan barunya di Prancis. Ia menyatakan kalau dirinya akan mengerahkan segala kehausannya akan kemenangan untuk membantu PSG mencapai tujuan besar di masa depan.
“Untuk pertama kalinya dalam karier, saya meninggalkan negara saya dan hanya proyek yang ambisius ini dapat mendorong saya untuk membuat keputusan seperti itu,” ujar Buffon di BBC.
Pertanyaan kemudian timbul. Untuk apa PSG mengontrak penjaga gawang yang telah memasuki masa senja? Apalagi, di posisi penjaga gawang sudah ada Alphonse Areola dan Kevin Trapp yang punya kualitas dunia.
Mentalitas Juara dan Ambisi PSG
Selama beberapa tahun terakhir, PSG menjelma sebagai salah satu kesebelasan yang ambisius. Dana transfer yang tidak terbatas membuat PSG mampu membeli banyak pemain bintang. Edinson Cavani hingga Thiago Silva berhasil dibeli. Tidak lupa transfer Neymar dan Kylian Mbappe yang memecahkan rekor transfer yang bahkan tak masuk akal.
Semua belanja pemain dengan harga gila-gilaan tersebut menunjukkan ambisi PSG sebagai bukan hanya penguasa Prancis tapi juga penguasa Eropa. Misi menguasai Prancis tampaknya sudah berhasil. Ini terbukti dalam 10 musim terakhir PSG menjadi juara 5 kali. Namun PSG jelas ingin lebih dari gelar domestik. Gelar Liga Champions menjadi target mereka. Sebuah pencapaian yang masih belum bisa mereka raih sejauh ini.
Kedatangan Neymar dan Dani Alves musim lalu diharapkan bisa menularkan mentalitas juara kedalam PSG. Bukan hanya mentalitas juara kompetisi domestik, namun juga Liga Champions yang diidam-idamkan. Meskipun belum memberikan hasil yang diharapkan musim lalu, namun hasrat menguasai Eropa belum padam.
Pun dengan kedatangan Buffon ke PSG. Pengalamannya berkompetisi di level tertinggi jelas dibutuhkan PSG untuk bisa bersaing di Liga Champions musim depan. Selama 17 tahun berkarier di Eropa bersama Juventus, tentu Buffon sudah memiliki segalanya untuk bersaing.
Mentalitas, pengalaman, daya juang, hingga kepemimpinan Buffon di atas lapangan-lah yang dibutuhkan PSG. Rasanya kedatangan Buffon sangatlah tepat bagi keduanya. PSG yang membutuhkan pengalaman Buffon di Eropa dan Buffon yang butuh tantangan baru setelah selama 23 tahun kariernya hanya dihabiskan di Italia.
Persaingan Penjaga Gawang
Tapi tunggu dulu, bukankah posisi penjaga gawang PSG saat ini sudah ditempati kiper-kiper berkualitas? Bahkan bisa dibilang persaingan sektor penjaga gawang PSG sangat ketat, baik Areola dan Trapp tidak memiliki perbedaan kualitas. Dari segi usia pun keduanya pun jauh lebih muda dibandingkan Buffon. Kehadiran Buffon tentu bisa dibilang mubazir. Di usia yang tidak lagi muda, Buffon mungkin hanya akan menjadi pelapis kiper utama. Sedangkan persaingan kiper utama PSG sendiri sudah sangat ketat sebelum kedatangan Buffon.
Secara khusus Jonathan Johnson dari ESPN, menulis bagaimana kehadiran Buffon bisa berdampak buruk terhadap perkembangan Areola. Usia yang masih 25 dan sukses menyingkirkan Kevin Trapp kebangku cadangan jelas merupakan pencapaian yang luar biasa. Areola bahkan digadang-gadang akan menjadi penjaga gawang utama Prancis. Tentu apabila Buffon nanti yang menjadi pilihan pertama akan merugikan bagi Areola yang sedang dalam form terbaiknya.
Tentu akan sangat merugikan apabila akhirnya Areola terpaksa dipinjamkan kembali seperti dua musim lalu. Dan bukan tidak mungkin Areola malah memutuskan hengkang ke klub lain. Sebuah skenario yang tentu saja tidak diinginkan oleh PSG, mengingat penampilan ciamik Areola dalam tiga musim terkahir.
Dengan segala sisi positif dan negatif kehadiran Buffon, kiper PSG masih diberikan kesempatan menunjukkan kualitas mereka. Mengingat Buffon masih dalam hukuman UEFA sebanyak tiga pertandingan di Liga Champions setelah Buffon dianggap melakukan protes berlebihan terhadap wasit musim lalu. Menarik tentu melihat Buffon berseragam PSG musim depan dan tentu saja akan sangat aneh bagi Juventini melihat salah satu legenda mereka tidak lagi berada di bawah mistar gawang Juventus.