Tujuh bulan lalu, semua terpana dengan aksi Marko Simic. Penyerang andal, dengan teknik tinggi, postur atletis, dan ditopang paras yang kece. Sosok penyerang sempurna yang jarang ada di kancah sepak bola Indonesia. Tapi kini, justru semua berbeda.
Di laga debutnya, Simic sudah mencetak gol ke gawang Madura United di ajang Suramadu Supercup. Berlanjut di turnamen-turnamen pra-musim di mana Simic tampil perkasa. Termasuk sebelas gol yang dicetaknya di Piala Presiden, total di ajang pra-musim Simic menorehkan 14 gol. Ini belum termasuk catatan sembilan gol yang dicetak mantan pemain Melaka United ini di Piala AFC.
Apa yang ditampilkan Simic sebelum kompetisi reguler dimulai, membuat banyak pihak beranggapan bahwa Persija akan tampil luar biasa di Liga 1 musim ini. Bahkan tidak sedikit yang menyebut bahwa tim berjuluk Macan Kemayoran iu bisa saja menambah satu bintang di kaus mereka. Tetapi kenyataanya justru tidak demikian.
Persija terjerembab di papan tengah. Jelas bukan sebuah posisi yang diinginkan. Apalagi bila melihat bagaimana mereka begitu digdaya di ajang pramusim dan di Piala AFC. Penampilan Simic menjadi sorotan utama. Bisa dilihat dari reaksi para the Jakmania selepas Persija dikalahkan Bali United di pekan pertandingan ke-16. Banyak yang menganggap kurang produktifnya Simic adalah salah satu alasan mengapa tim kesayangan mereka bisa berada di posisi saat ini.
Tentu menjadi mengherankan bagaimana Simic yang begitu digdaya di pra-musim. Bisa begitu memble ketika kompetisi reguler digelar. Berikut alasan-alasan mengapa penampilan penyerang asal Kroasia ini tidak sebaik ekspektasi kita semua.
Cederanya Novri Setiawan
Sebenarnya, pemain yang membuat maksimal permainan seorang Marko Simic di Persija Jakarta bukanlah pemain sayap lincah, Riko Simanjuntak. Pergerakan serta umpan kiriman Riko yang memang kemudian berhasil dimanfaatkan Simic menjadi gol. Tetapi secara sistem, Novri Setiawan-lah yang membuat Simic bisa tampil lebih baik.
Novri bermain melebar, bahkan bisa menarik para pemain bertahan lawan hingga ujung garis lapangan. Ini kemudian memudahkan Simic untuk bergerak lebih leluasa di kotak penalti. Novri mesti absen cukup lama karena cedera ankle. Pemain yang dipasang pelatih Persija, Stefano ‘Teco’ Cugurra, adalah tipe yang berbeda dengan Novri.
Baik Addison Alves maupun Ivan Carlos, keduanya memiliki kecenderungan untuk masuk memotong ke area tengah setelah bermain melebar. Ini membuat pergerakan SImic yang biasanya lebih leluasa ketika Novri bermain, kemudian menjadi terbatas. Juga membuat dimensi penyerangan tim menjadi semakin sempit. Dan di skuat Persija saat ini tidak ada pemain lain yang memiliki karakter yang mirip dengan Novri. Baik Rohit Chand maupun Ramdani Lestaluhu sepertinya sudah ajeg di sektor tengah.
Baca juga: Merayakan Juaranya Persija Lebih Penting daripada Menanggapi Provokator yang Hina
Lini Pertahanan Lawan Sudah Mempelajari (Membaca) Permainan Simic
Pengalaman adalah guru yang berharga. Hal ini pula yang diterapkan tim-tim peserta lain setelah mereka menghadapi Simic di Piala Presiden. Kebanyakan tim peserta Liga 1 mendapatkan pengalaman besar ketika gawang mereka di bombardir oleh Simic. Mereka kemudian belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
Hampir semua tim melakukan langkah antisipasi dengan sangat baik. Contoh terbaru tentunya adalah Bali United, tim lawan yang dikalahkan Simic dan Persija Jakarta di Piala Presiden 2018. Pelatih Widodo C. Putro memasang skema pertahanan yang sangat menyulitkan Simic dengan bertahan dalam dan memainkan lima pemain bertahan. Dan terbukti sukses. Serdadu Tridatu berhasil menang dari Persija yang saat itu berstatus sebagai tuan rumah.
Tim lain juga memiliki beragam antisipasi yang mereka lakukan untuk meredam Simic. Mulai dari bertahan dalam seperti yang dilakukan Bali United. Atau dengan cara yang lain. Misalnya yaitu memaksa Riko Simanjuntak untuk terus berada di posisi melebar sehingga ia tidak bisa merangsek ke area tengah dan memberikan bola kepada Simic. Ada yang berhasil dan ada yang tidak. Tetapi bisa diindikasikan hampir semua tim peserta Liga 1 sudah belajar atau setidaknya memiliki cara mereka masing-masing untuk meredam Simic.
Baca juga: Marko Simic dan Kesulitan-Kesulitan yang Harus Diselesaikan Persija
Terlibat Skandal Luar Lapangan
Boleh jadi ini adalah masalah yang paling krusial. Pasti banyak yang masih ingat bagaimana ketika Simic yang sedang menjalani hukuman larangan bertanding karena menyikut Ian Louis Kabes di laga melawan Persipura. Justru gencar dikabarkan terlibat skandal. Ia dianggap melakukan pelecehan seksual secara verbal kepada penyanyi, Via Vallen.
Skandal merebak. Bahkan hingga ikut melibatkan banyak pihak. Juga sampai dikomentari oleh pihak-pihak yang sangat jauh dari dunia sepak bola. Mulai dari selebriti hingga aktivis. Citra baik Simic rusak seketika. Apalagi sebelumnya ia gencar diisukan akan segera dinaturaliasais.
Terpaan-terpaan ini boleh jadi membuat Simic tertekan. Hampir seluruh negeri menghujatnya karena kejadian pelecehan seksual secara verbal tersebut. Tekanan ini membuat mental bertanding Simic jelas terganggu. Bahkan persoalan ini mungkin adalah faktor utama yang membuat Simic begitu memble di kompetisi reguler.
Baca juga:Pesepakbola, Pelecehan Seksual, dan Via Vallen
***
Pada akhirnya kembali lagi ke faktor pelatih. Teco sebagai juru latih Persija Jakarta sudah semestinya menemukan formula untuk bisa memaksimalkan Simic dan membuatnya kembali produktif. Kedatangan Osas Saha, dan kembalinya Ivan Carlos sebenarnya ditujukan untuk menopang permainan Simic. Tapi sejauh ini, nyatanya belum berhasil.
Mengembalikan produktivitas Simic bisa saja menjadi kunci agar penampilan Persija membaik. Dari seluruh aspek, semua bergantung kepada Teco yang memang pada akhirnya akan menentukan keputusan. Masih banyak waktu karena kompetisi baru berjalan separuh. Kecuali manajemen Persija memiliki kehendak lain, dan melepas Teco dan menggantinya dengan pelatih lain meski kompetisi belum usai.