Pep Guardiola, Diego Simeone, dan Mauricio Pochettino. Apa yang Anda pikirkan ketika tiga nama ini disebutkan? Gelar Juara? Manajer dari klub papan atas? Atau Manajer muda dengan segudang penagkuan? Tentu saja semuanya tepat.
Pep Guardiola misalnya, sudah menjuarai berbagai gelar bergengsi bersama tiga kesebelasan: Barcelona, Bayern Munich, dan Manchester City. Diego Simeone, membawa Atletico Madrid menjadi kampiun La Liga, Copa Del Rey, hingga Europa League. Mauricio Pochettino, dianggap punya kemampuan untuk meracik sebuah tim menjadi penantang gelar juara. Tottenham Hotspur, klub yang diasuh Pochettino tidak pernah sekalipun disepelekan oleh klub-klub Premier League untuk meraih gelar juara.
Ketiga manajer tersebut, memiliki taktik dan strateginya sendiri-sendiri. Namun apabila ditanya siapa yang menginspirasi mereka? Jawabannya adalah Marcelo Bielsa.
Marcelo Bielsa bukanlah nama sembarangan. Sosoknya dianggap pionir sepakbola modern dengan menggunakan teknologi video untuk menganalisis kelemahan. Sekaligus membuat taktik dimana penguasaan bola dan pemanfaatan ruang adalah kunci mutlak meraih kemenangan. Bielsa juga termasuk eksentrik di pinggir lapangan, julukannya “El Loco”, merupakan julukan yang sangat sesuai dengan dirinya.
Karir manajerial Bielsa sudah dimulai sejak tahun 1990, bersama Newell’s Old Boys. Ia melanglang buana ke beberapa klub seperti Atlas, Espanyol, Marseille, Athletic Bilbao, hingga Lille. Bielsa pun sempat menjadi manajer Tim Nasional seperti Chile dan Argentina. Kini Bielsa menangani klub Championship Division, Leeds United.
Apabila melihat dari segi gelar yang didapatkan Bielsa, mungkin akan sedikit aneh, melihat hanya 4 gelar yang bisa ditorehkan Bielsa sepanjang karirnya. Lalu bagaimana bisa disebut sebagai mentor bagi manajer-manajer hebat sekelas Pep Guardiola. Bahkan hingga Jorge Sampaoli menyebut Bielsa sebagai “Manajer terbaik sepanjang masa”?
Inovasi Marcelo Bielsa
Lebih jauh, Bielsa dikenal sebagai manajer yang memberikan perubahan signifikan secara taktik, cara latihan hingga sistem permainan di lapangan. Terobosan yang paling jelas, Bielsa menggunakan teknologi video untuk menganalisis kelemahan dan keunggulan lawan. Bielsa menekankan persiapan sebelum pertandingan adalah hal paling vital bagi anak asuhnya. Fisik dan mental menjadi kunci.
Selain persiapan, taktik menjadi inovasi tersendiri bagi Bielsa. Inilah yang banyak ditiru oleh banyak manajer klub papan atas. Bielsa menggunakan formasi 3-3-1-3. Dalam formasi ini, tiga pemain belakang dianggap sangat efektif dalam meredam ketajaman striker lawan. Inovasi yang dilakukannya, menggunakan full back sebagai bek tengah. Menurut Bielsa, kecepatan dan umpan para full back bisa dimanfaatkan untuk membangun serangan.
Yang menarik adalah komposisi tiga gelandang yang diisi wing back, Defensive Midfielder dan Wide Midfielder. Wing back dan wide midfielder biasanya merupakan pemain sayap yang diberikan tugas untuk membantu pertahanan dan menyerang. Di bawah Bielsa peran ini dibedakan dengan winger. Sedangkan 1 gelandang lagi, biasa disebut Enganche.
Enganche merupakan posisi penghubung antara lini serang dan gelandang. Pemain dengan posisi ini biasanya memiliki kemampuan individu di atas rata-rata, memiliki kecepatan dan kemampuan passing yang baik. Enganche sering kali disamakan dengan Trequartista. Enganche diberikan lisensi oleh Bielsa untuk tidak membantu pertahanan dan fokus untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan.
Tiga pemain di depan bertugas sebagai juru gedor utama. Uniknya 2 pemain di posisi sayap diwajibkan untuk melebar guna memberikan celah bagi wing back dan Wide Midfielder untuk menusuk ke jantung pertahanan.
Contoh paling jelas adalah peran Danilo dan Sane di Manchester City musim lalu. Sembari Sterling dan David Silva melebar, Danilo dan Sane akan menusuk melalui celah di tengah-tengah pemain bertahan lawan. Sedangkan De Bruyne diberikan ruang untuk berkreasi.
Sedangkan ketika bertahan, formasi 3-3-1-3 berubah menjadi 4-2-3-1. Defensive Midfielder berubah menjadi bek tengah hybrid. Sedangkan wing back dan wide midfielder akan menjadi gelandang bertahan. Arturo Vidal dan Javi Martinez menjadi salah satu bukti betapa ampuhnya bek tengah hybrid Bielsa. Mereka cepat dalam menyerang disiplin dalam bertahan serta kemampuan membaca dan memotong serangan yang apik.
Aliran bola Bielsa juga cukup unik. Perpindahan bola dari kanan ke kiri atau sebaliknya, melalui penjaga gawang. Membuat penjaga gawang harus menguasai teknik melakukan umpan, inilah yang diterapkan Guardiola. Berulang kali Guardiola menyebutkan bahwa ia membutuhkan penjaga gawang yang bisa aktif dalam permainan, tidak lepas dari pengaruh Bielsa.
Disempurnakan Lewat Persiapan
Namun taktikal tidak akan berhasil tanpa persiapan, Roberto Ayala pernah memberikan cerita unik ketika Bielsa menangani Argentina sebelum berangkat ke Piala Dunia 2002. “Suatu ketika kita tidak melihat pemain di posisi striker di mana pun ketika latihan, karena dia akan melatih mereka pada waktu yang berbeda, dan itu juga berlaku untuk para gelandang,” ujar Ayala dikutip dari BBC.
Selain persiapan matang, Bielsa juga dikenal cukup keras kepala. “Pada awalnya ia tampak tangguh dan ia bahkan mungkin mengganggu Anda dengan sifatnya yang keras kepala dan menerima jawaban ‘tidak’, tetapi pada akhirnya ia adalah seorang jenius,” kenang striker Atheltic Bilbao, Fernando Llorente yang pernah merasakan rezim Bielsa.
Rasanya aneh dengan testimoni dan peran Bielsa dalam mengembangkan taktik sepakbola, sosoknya masih menjadi Manajer Leeds United. Rasanya Bielsa lebih pantas menjadi Manajer klub-klub papan atas Eropa.
Namun bukan Bielsa namanya jika tidak melakukan inovasi. Bersama Leeds, Bielsa menerapkan formasi 4-1-4-1. Adam Forshaw diberikan peran fital sebagai gelandang jangkar, yang uniknya, diberikan lisensi untuk membantu serangan, seperti yang tampak dalam beberapa latihan pra musim.
Inovasi taktik dari Bielsa masih layak ditunggu, selama Bielsa masih aktif menjadi Manajer, maka apabila nantinya sepakbola berubah secara permainan atau taktik, maka semua mata seharusnya menunjuk pada satu orang: Marcelo Bielsa.