Memang, tidak semua pemain bisa langsung nyetel dengan tim barunya. Bahkan, tak sedikit pemain yang malah menuai kegagalan di tempat baru, meski mereka datang dengan status bintang papan atas atau rising star. Permasalah itu pun pernah dialami oleh klub raksasa sekelas Juventus, jawara Serie A Italia dalam tujuh musim terakhir. Juga tak semua pemain yang mereka rekrut bisa sukses.
Beberapa di antara pemain kelas dunia yang pernah didatangkan klub berjuluk La Vecchia Signora ini pun pernah mengalami kegagalan, hingga terpaksa harus lebih cepat angkat kaki. Ada bek Benedikt Howedes, tiga gelandang beda angkatan; Hernanes, Milos Krasic, dan Diego Ribas, serta penyerang Amauri. Berikut pembelian terburuk lain yang pernah dilakukan Juventus dalam 20 tahun terakhir.
-
Tiago
Mantan gelandang internasional Portugal yang membawa timnya mencapai final Piala Eropa 2004 ini datang ke Turin pada awal musim 2007/2008. Ketika itu, Juventus baru saja promosi dari Serie B usai tersangkut kasus Calciopoli 2006. Ini keputusan besar bagi Tiago, karena sedang berada di usia emas; 26 tahun, dan baru mengantarkan Olympique Lyon menjuarai Ligue 1 Prancis dua musim beruntun.
Namun, pemain yang pernah pula jadi andalan Chelsea saat memenangkan Premier League Inggris 2004/2005 ini tak mampu ‘mencuri hati’ Claudio Ranieri yang ketika itu baru saja ditunjuk melatih Juventus. Tiago pun hanya bertahan tak sampai tiga musim dengan 53 penampilan di semua ajang, sebelum dilepas ke Atletico Madrid pada Januari 2010. Menariknya, dia pun kembali meraih sukses.
-
Marcelo Salas
Pemain terbaik Amerika Selatan 1997 ini dipinang dari Lazio pada 2001 dengan biaya 25 juta euro. Saat itu, Juventus juga merekrut Pavel Nedved dari klub yang sama, serta Gianluigi Buffon dan Lilian Thuram dari Parma. Sebelumnya, Marcelo Salas jadi andalan lini depan Lazio dengan 49 gol dalam 117 penampilan di semua ajang, serta meraih trofi Piala Winners 1998/1999 dan Serie A 1999/2000.
Sayangnya, selama dua musim bersama Juventus, Salas lebih banyak menghabiskan waktu dengan dibekap cedera. Selama dua musim, striker internasional Chile itu pun hanya tampil dalam 32 laga di semua kompetisi, serta cuma mampu membukukan empat gol dan dua assist saja. Meski begitu, dia masuk dalam skuat Juventus yang menjuarai Serie A pada dua musim itu dan Piala Super Italia 2002.
-
Juan Esnaider
Dibesarkan Real Madrid dan memenangkan Copa del Rey 1992/1993, serta pernah sukses bersama Real Zaragoza dengan meraih trofi Copa del Rey 1993/1994 dan Piala Winners 1994/1995, ternyata tak membuat Juan Esnaider bisa melanjutkan kesuksesannya itu bersama Juventus. Striker Argentina ini didatangkan pada Januari 1999 untuk melapis Alessandro del Piero yang menderita cedera parah.
Tetapi, Esnaider tak mampu menjalankan tugas tersebut dengan baik. Dia malah lebih banyak duduk di bangku cadangan, dengan koleksi hanya berupa dua gol dan dua assist dalam 25 penampilan di semua kompetisi hingga Desember 2000. Esnaider pun lalu kembali ke Zaragoza, dan malah meraih trofi Copa del Rey 2000/2001. Kini, dia menjajaki karier sebagai pelatih JEF United Chiba di Jepang.
-
Edwin van der Sar
Juventus beruntung mendapatkan kiper utama Ajax Amsterdam ini dengan biaya murah pada musim panas 1999. Ketika itu, usianya pun masih 28 tahun, dan juga menjadi andalan tim nasional Belanda. Tak heran jika Edwin van der Sar pun langsung jadi pilihan utama klub yang juga dijuluki I Bianconeri tersebut. Namun sayang, penampilannya selama dua musim di Turin terbilang tidak terlalu istimewa.
Van der Sar gagal membawa Juventus menjuarai Serie A, dan hanya mampu meraih satu trofi Piala Intertoto 1999/2000. Dia kemudian pindah ke Fulham di Premier League Inggris pada awal musim 2001/2002, sebelum menuai sukses besar bersama Manchester United pada periode 2005-2011. Van Der Sar pun membawa klub itu menjuarai Liga Champions, mengulang kesuksesannya di Ajax.
-
Thierry Henry
Thierry Henry digadang-gadang akan menjadi striker bintang masa depan, setelah tampil impresif bersama AS Monaco di Ligue 1 sejak 1994. Apalagi, dia juga jadi salah satu andalan lini depan tim nasional Prancis saat memenangkan Piala Dunia 1998. Juventus pun merekrutnya pada Januari 1999 dengan biaya 12,5 juta euro, yang menjadi pembelian termahal mereka pada musim 1998/1999 itu.
Namun, Henry gagal menunjukkan performa terbaiknya di Italia. Usia yang masih terlalu muda, 22 tahun jadi salah satu alasan. Selain itu, Carlo Ancelotti yang melatih ketika itu juga memainkannya di luar posisi terbaiknya; dipasang sebagai winger kanan. Enam bulan kemudian, Henry pun hengkang dan bergabung ke Arsenal, hingga jadi legenda klub Inggris itu dengan memenangkan enam trofi.