-
Ilhan Mansiz
Namanya sempat harum di dunia sepakbola, setelah tampil apik di Piala Dunia 2002 bersama Turki. Ketika itu, Ilhan Mansiz yang bermain sebagai striker melakukan trik spektakuler melewati Roberto Carlos dan mencetak gol kemenangan atas Senegal. Dia pun sempat membela sejumlah klub papan atas Turki dan Jerman dalam karier profesionalnya sejak 1994 silam, meski sempat diganggu cedera.
Mansiz terpaksa pensiun pada 2007 di usia 32 tahun, setelah mengalami kecelakaan mobil. Namun, setelah mencoba figure skating dalam acara reality show, akhirnya dia memutuskan jadi atlet figure skating profesional. Pencetak gol terbanyak Liga Turki 2002 itu sempat tampil di Nebelhorn Trophy bersama Olga Bestandigova yang juga pacarnya, meskipun gagal ke Olimpiade Musim Dingin 2014.
-
Daniele Massaro
Dia pernah menjadi andalan lini depan AC Milan di era 1980-an hingga 1990-an, dan memperkuat tim nasional Italia saat menjuarai Piala Dunia 1982 dan menembus final Piala Dunia 1994. Di level klub, Daniele Massaro telah memenangkan empat scudetto Serie A Italia, dua kali meraih juara Liga Champions, dan tujuh trofi lainnya; semua bersama Milan sebelum pensiun di Jepang pada 1996.
Setelah meninggalkan lapangan hijau, dia sempat menghilang dari sorotan media beberapa tahun, sebelum muncul sebagai pebalap reli. Massaro ikut bertarung di Divisi Rally Italia, dua ajang World Rally Championship, dan Sanremo Rally pada kurun waktu 1998-1999. Selain itu, dia pun ternyata pernah menjadi kapten tim nasional sepakbola pantai Italia, disamping melakoni hobi bermain golf.
-
Clive Allen
Striker Inggris ini sempat merebut ‘sepatu emas’ Liga Inggris 1986/1987 dengan mencetak 33 gol saat masih membela Tottenham Hotspur, sebelum juga berkarier di Manchester City dan Chelsea. Ketika itu, Clive Allen juga meraih penghargaan pemain terbaik Inggris dari PFA dan para wartawan; setelah membantu timnya finish di posisi tiga liga musim tersebut, di bawah Liverpool dan Everton.
Satu dekade kemudian, atau tepatnya dua tahun setelah dia pensiun dari sepakbola di usia 34 tahun, Allen beralih ke American football. Dia menjadi placekicker atau penendang gawang untuk London Monarchs di kompetisi NFL Eropa 1997. Namun, Allen hanya bertahan setahun, karena olahraga ini ternyata tidak seperti bayangannya. Dia pun mengaku tidak siap mental untuk bertarung secara fisik.
-
Santiago Canizares
Kiper binaan Real Madrid yang lebih dikenal sebagai legenda Valencia ini aktif di lapangan hijau era 1990-an. Santiago Canizares pun sudah memenangkan berbagai trofi bergengsi di Eropa, seperti dua kali juara La Liga Spanyol dan sekali Liga Champions bersama Madrid, serta dua kali pula juara liga di Valencia dan sekali Piala UEFA, selain meraih dua trofi bersama tim nasional Spanyol di level junior.
Akhir musim 2007/2008, dia pun gantung sarung tangan. Namun, Canizares tak pernah benar-benar meninggalkan dunia olahraga. Sempat jadi komentator sepakbola, dia lalu memilih untuk jadi pereli bersama tim Suzuki pada kejuaraan reli di Spanyol. Pada 2015, Canizares sempat berlomba di ajang NASCAR Whelen Euro Series, yang merupakan pembuka EuroNASCAR, salah satu lomba reli di Eropa.
-
Luis Enrique
Pria yang kini berusia 48 tahun ini tak hanya dikenal sebagai pemain sukses, tetapi juga pelatih muda berbakat. Sebagai pemain profesional Luis Enrique bermain sebagai gelandang dan pernah membela dua tim raksasa di negerinya, Spanyol; Real Madrid dan Barcelona di era 1990-an. Sedang sebagai pelatih, dia pernah membesut AS Roma, juga Barcelona, dan kini tim nasional Spanyol sejak 2018.
Namun, ternyata Enrique juga sempat menekuni olahraga lain setelah pensiun dari lapangan pada 2004. Dia pernah tinggal di Australia untuk mendalami selancar, sebelum serius menggeluti atletik cabang triathlon atau marathon. Dia pun ikut dalam sejumlah lomba marathon dunia, dan turnamen Frankfurt Ironman 2007, sebelum kembali ke sepakbola demi kariernya sebagai pelatih pada 2008.
-
Gabriel Batistuta
Penyerang legendaris Argentina ini menjalani hidup yang menyakitkan setelah pensiun dari karier di sepakbola pada 2005. Dia mengalami cedera engkel sangat parah, yang sempat membuatnya tidak bisa berjalan hingga meminta dokter untuk mengamputasi kakinya. Namun, Gabriel Batistuta yang terkenal saat membela Fiorentina da AS Roma ini menjalani operasi pemasangan skrup di engkelnya.
Setelah itu, dia memutuskan untuk beralih profesi menjadi atlet polo, meskipun Batistuta memiliki lisensi pelatih dan sempat bergabung sebagai staf pelatih di klub Argentina, Colon pada 2012. Dia berlatih dengan pemain polo nomor satu dunia, Adolfo Cambiasso, hingga kini memiliki sebuah tim bernama La Gloria dengan kostum warna ungu khas Fiorentina yang dibelanya periode 1991-2000.