Spanyol membuat awalan hebat di UEFA Nations League. Di tangan pelatih baru, Luis Enrique, La Roja berhasil menang di dua laga perdana mereka. Menjadi semakin luar biasa karena lawan di dua laga awal ini adalah tim kuat, Inggris dan Kroasia. Spanyol berhasil menaklukkan Inggris dengan skor 2-1 di laga perdana, dan menang besar atas Kroasia di pertandingan kedua dengan skor mencolok, 6-0.
Memang masih terlalu awal untuk mengidentifikasi terkait rancangan permainan yang diusung oleh Enrique sebagai pelatih baru timnas Spanyol. Tetapi setidaknya dari dua laga di UEFA Nations League bisa terlihat bagaimana Spanyol menampilkan permainan yang lebih cepat dan lebih segar ketimbang sebelumnya. Terkait cara bermain ini memang Enrique sendiri dalam beberapa kesempatan menyebut bahwa ia ingin anak asuhnya tampil lebih cepat, lebih direct, dan bersinergi antar lini.
Perubahan mencolok tentu adalah bagaimana Enrique membuat Saul Niguez tampil menggila. Gelandang belia milik Atletico Madrid itu selalu mencetak gol di dua pertandingan Spanyol di UEFA Nations League. Enrique juga melakukan pekerjaan cukup baik dengan membenahi pertahanan Spanyol yang tampak begitu terekspos di Piala Dunia 2018. Tetapi pekerjaan terbaik Enrique sejauh ini adalah bagaimana ia bisa memaksimalkan kemampuan seorang Rodrigo Moreno.
Akan Dipilih Enrique Ketimbang Morata atau Diego Costa?
Masih dalam kesempatan yang sama, ketika membahas bagaimana timnya akan bermain, Enrique juga secara jelas menyebut bahwa kecepatan Rodrigo adalah salah satu aspek yang membuat tim asuhannya bermain lebih baik. Atribut ini yang membuatnya menjadi spesial terutama untuk penyerang bertinggi badan 183cm, dengan kata lain, ini adalah atribut yang unik untuk pemain berpostur tinggi kurus seperti Rodrigo. Atribut ini pula yang bisa jadi membuatnya dipilih ketimbang dua penyerang lain yang dimiliki Spanyol, Diego Costa dan Alvaro Morata.
Kecepatan ini membuat Rodrigo bisa lebih sinergis ketika dipasangkan dengan para pemain seperti Marco Asensio atau Isco. Rodrigo bisa ikut bermain dinamis dan ikut berputar atau berpindah posisi dengan Asensio dan Isco. Ini membuat penyerangan Spanyol menjadi lebih cair. Dinamisnya Rodrigo membuka ruang bagi para pemain lain untuk masuk ke pertahanan lawan. Keberadaan Rodrigo menjadi salah satu faktor yang membuat Saul Niguez yang berada di sektor gelandang bisa tampil produktif.
Biasanya yang terjadi adalah pertukaran posisi antara Rodrigo dan Asensio. Kaki kiri sebagai yang terkuat, dan bagaimana Rodrigo bisa nyaman menahan bola. Membuat pertukaran posisi ini menjadi begitu sempurna. Keberadaan Rodrigo secara fungsional membuat Asensio tampil lebih maksimal.
Dribbling Rodrigo juga merupakan bagian penting dari permainannya. Ia mampu mengendalikan bola dengan percaya diri dan melewati pemain lawan. Rodrigo juga memiliki visi dan kesadaran bola yang relatif baik, ia juga melepaskan umpan. Aspek lain yang membuatnya menjadi penyerang yang spesial.
Costa memang merupakan petarung dan memiliki kemampuan fisik yang bisa diandalkan. Morata merupakan penyerang cerdas yang punya kemampuan sundulan yang dashyat. Tetapi boleh jadi bukan itu yang dicari oleh Enrique untuk mengisi pos penyerang utama untuk skuat asuhannya. Atribut Rodrigo dirasa oleh Enrique lebih sesuai untuk rezim timnas Spanyol pimpinannya saat ini.
Rodrigo yang Tenggelam, Bangkit, Tenggelam dan Bangkit Kembali
Ibarat Renaisans yang terjadi di Benua Eropa, karier Rodrigo seakan bangkit kembali. Dan fase ini sudah cukup sering terjadi kepada pemain kelahiran Brasil ini. Ada proses re-inventing diri yang dilakukan oleh Rodrigo dan membuatnya menjadi pemain yang lebih baik. Di luar hal yang bersifat teknis seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Sebuah proses yang membuat Luis Enrique lebih melirik Rodrigo ketimbang ketimbang Diego Costa atau Alvaro Morata.
Berbeda dengan sepupunya, Alcantara bersaudara (Thiago dan Rafinha) yang mendarat di Barcelona. Awal karier profesional Rodrigo justru dimulai di tim cadangan Real Madrid, Castilla. Rodrigo yang kala itu berusia 18 tahun bergabung ke Castilla setelah sempat menimba ilmu di tim usia muda Celta Vigo.
Rodrigo tampil cemerlang bersama Real Madrid Castilla. Akan tetapi di musim 2009/2010 ketika saatnya untuk promosi ke tim senior, segala sesuatunya agak tersendat. Karena pada musim tersebut lini serang Real Madrid begitu penuh sesak. Karena sudah ada Crisitano Ronaldo, Karim Benzema, dan Gonzalo Higuain. Ditambah Emmanuel Adebayor yang datang dengan status pinjaman. Joselu pun baru promosi ke tim utama. Akhirnya, Rodrigo terpaksa dipinjamkan ke Bolton Wanderers di mana ia tampil lumayan di sana.
Proyeksi Rodrigo di Real berjalan sulit. Ia kemudian dilego ke Benfica. Karier Rodrigo di Benfica sebenarnya tidak lah buruk. Tetapi di tim Portugal tersebut, Rodrigo mesti bermain melebar karena di sana Oscar Cardozo merupakan penyerang pilihan utama. Bermain melebar membuat potensi Rodrigo berkembang. Tetapi di sisi lain, ia mesti berbagi waktu bermain dengan para pemain sayap lain seperti Nico Gaitan atau Miralem Sulejmani yang didatangkan di musim terakhir Rodrigo di Benfica.
Selepas petualangan di Portugal, Rodrigo kemudian kembali ke Spanyol dan memperkuat Valencia. Di klub inilah Rodrigo semakin matang secara mental dan permainan. Ia memenangi banyak pertarungan dengan penyerang lain untuk satu tempat di tim utama Valencia. Salah satu contoh terbaik terjadi musim lalu. Simone Zaza yang baru didaratkan mencetak banyak gol di awal-awal kompetisi. Tapi raihan tersebut nyatanya tidak terjadi secara konsisten. Rodrigo yang kemudian justru keluar menjadi pahlawan tim dengan gol-gol yang dicetaknya. Rodrigo mengakhiri musim sebagai pencetak gol terbanyak klub, sekaligus membawa Valencia kembali tampil di Eropa.
Kematangan karena pengalaman inilah yang kemudian menjadi aspek lain yang bisa jadi membuat Rodrigo dipilih oleh Enrique. Bagaiman ia bisa terus bangkit setelah mengalami banyak fase sulit dalam kariernya, dan terus melaju hingga pencapaiannya saat ini. Proses yang membuat Rodrigo terus menjadi pemain yang lebih lagi. Proses yang juga membuat Rodrigo sepertinya masih menyimpan banyak potensi besar yang siap meledak.