Ada pertanyaan yang hinggap di sebagian kecil para penggemar Real Madrid. Mengapa Vinicius belum bermain untuk tim utama? Padahal, pemain berkebangsaan Brasil tersebut bermain bagus di tim Castilla. Dari empat pertandingan yang dilakoni, ia memang terlihat menonjol dan tak bisa disamakan dengan pemain lainnya.
Secara harga, mantan pemain Flamengo tersebut merupakan rekrutan termahal Real Madrid musim ini dengan nilai 45 juta euro. Angka ini lebih tinggi dari Thibaut Courtois yang ditransfer senilai 35 juta euro dan Alvaro Odriozola senilai 30 juta euro. Bukankah besarnya nilai transfer Vinicus menandakan kalau Madrid menggaransi ia akan menjadi pemain hebat di masa depan?
Kalau bicara soal posisi pun, sebenarnya Vinicius tak akan kesulitan untuk menggeser pemain lainnya. Posisi asli Vinicius adalah sayap murni. Di sisi lain, Madrid kekurangan pemain semacam ini. Mereka cuma punya Lucas Vazquez. Kehadiran Vinicius pun dianggap bisa memberikan dimensi baru buat penyerangan Madrid dan bisa menjadi solusi bila diturunkan sebagai pemain pengganti.
Kalau dalam kemampuan, jelas dia amat berbakat. Dia terlihat berbeda dengan pemain lain yang punya kemampuang mengolah bola. Ia semacam memiliki sentuhan magis yang terlihat macam Ronaldinho atau Robinho yang membuat kagum para penggemar Madrid 13 tahun lalu.
Baru-baru ini, Madrid telah mengadopsi aturan untuk meremajakan skuat. Mereka membeli para pemain yang tengah naik daun seperti Marco Asensio, Dani Carvajal, Casemiro, juga Odriozola. Vinicius juga masuk ke dalam aturan ini, dan memasukkannya ke skuat tim utama adalah cara terbaik mengimplementasikan ide klub.
Memang ada kekhawatiran soal bagaimana pemain berusia 18 tahun bisa mengemban tanggung jawab untuk bisa bersinar di kesebelasan sekelas Real Madrid? Akan tetapi, pengalaman mengajarkan kita hal lain. Neymar tiba di Barcelona pada usia 21 tahun, Cristiano Ronaldo bersama Manchester United di usia 18 tahun, serta Lionel Messi yang memulai debut untuk Barcelona pada usia 17 tahun.
“Vinicius masih 18 tahun, dan dia telah membuktikan kalau divisi ketiga di Spanyol itu terlalu kecil buatnya. Julen Lopetegui mesti berani dan memberinya kesempatan untuk menyenangkan suporter Real Madrid dengan kemampuannya. Lantas, kenapa bukan Vinicius?” tulis Pablo Valcones dari Marca.
Main Bagus di Castilla
Permainan Vinicius di Castilla memang menjadi sorotan. Salah satunya oleh Pablo Polo dari Marca. Menurut pengamatannya, Vinicius telah menunjukkan kualitas naturalnya sebagaimana dia mencetak gol indah.
“Gaya main Vinicius adalah yang membuat para suporter beranjak dari bangkunya. Dia mampu memproduksi momen magis dari bola di kakinya. Tidak adil kalau membandingkannya dengan Neymar, tapi dia terlihat merupakan versi mentah dari anak berbakat dari Brasil yang tiba di Barcelona dari Santos itu,” tulis Polo.
Menurut Polo, kemampuan macam ini yang tak dimiliki Real Madrid saat ini. Memang ada Marco Asensio, tetapi, ia mesti digunakan dengan cara yang benar agar bisa bermain lebih efektif. Sementara itu, Gareth Bale adalah pemain yang bergantung pada kemampuan fisiknya, sementara Mariano Diaz dan Karim Benzema, keduanya adalah penyerang tradisional.
Polo mempertanyakan mengapa Los Blancos tidak mendatangkan Eden Hazard dengan penuh semangat. Menurutnya, hal itu adalah misteri, karena performa Hazard, baik di klub maupun timnas tidak bisa disepelekan. Malah, gagalnya Madrid memboyong Hazard membuat Vinicius seperti diberi batas agar bermain seperti gelandang timnas Belgia tersebut.
“Castilla bukanlah tempat yang tepat buat perkembangannya dengan keuntungan utama hanyalah penyesuaian atmosfer liga dan kehidupannya di benua baru. Vinicius berlatih bersama tim utama setiap hari, tapi Lopetegui merasa belum percaya diri menempatkannya di tim utama, padahal faktanya, kontribusinya di tempat latihan disebut-sebut istimewa,” kata Polo.
Hal senada juga dirasakan legenda Barcelona, Rivaldo. Ia merasa bingung mengapa Vinicius hanya bermain di Tim B Real Madrid. Padahal, kualitas Vinicius mestinya ada di tim utama.
“Aku tak mengerti mengapa dia bermain di tim cadangan. Dia berkompetisi di liga yang levelnya ada di bawah level dirinya. Dengan segala rasa hormat, dia ada di atas rata-rata rekan dan lawannya di Segunda B,” tutur Rivaldo.
Lantas, bagaimana masa depan Vinicius? Akankah ia bermain bagus hingga melegenda? Atau sekadar menjadi Martin Oodegard yang baru?