Tottenham Hotspur hampir saja pulang dari Italia dengan tiga poin. Akan tetapi, dua kesalahan di menit akhir menghukum mereka pulang, bahkan tanpa poin. Satu gol Christian Eriksen, seperti tanpa arti karena gol Mauro Icardi dan Matias Vecino. Kekalahan ini menjadi yang ketiga beruntun setelah Spurs dikandaskan Watford dan Liverpool di liga.
Mauricio Pochettino membuat dua pergantian dengan memasukkan pemain bertipikal bertahan. Akan tetapi, gawang mereka justru bobol dua kali. Pada gol kedua misalnya, saat Miranda menyundul ke sudut, Matias Vecino dengan bebas menyundul bola di depan Harry Winks, salah satu pemain yang dimasukkan Pochettino.
Pun dengan gol pertama Inter yang dicetak dengan indah oleh Icardi. Ketika Kwadwo Asamoah mengirimkan umpan silang, tidak ada yang menutupnya. Lebih parah lagi, tidak ada yang menutup pergerakan Icardi di depan kotak penalti. Icardi bahkan tak perlu bergerak terlalu banyak untuk melepaskan tendangan voli terukur tersebut.
Ketika pertandingan berakhir, semua pemain Spurs kecewa. Mereka tergeletak di atas rumput San Siro, sementara Pochettino juga menyimpan wajah yang tak berbeda. Ini wajar karena mestinya, mereka memutus dua kekalahan beruntun dengan bagus di Milan. Akan tetapi, hasil mengecewakan justru yang mereka raih. Kekalahan ini juga kian membuat peluang mereka berat untuk lolos dari Grup B Liga Champions bersama Barcelona dan PSV Eindhoven.
Usai pertandingan, Mauricio Pochettino menuduh wartawan tidak menghormati para pemainnya, saat ia ditanya apakah hasilnya akan berbeda kalau Kieran Trippier dan Toby Alderweireld dimainkan.
“Anda tak menghormati para pemain yang malam ini menunjukkan kualitas yang lebih baik ketimbang lawan mereka. Saat saya memutuskan bermain dengan 11 orang, Anda mesti menghargai keputusan saya, karena sayalah manajernya. Sungguh menyakitkan untuk didengar saat sejumlah orang tidak di sini dan Anda menghakiminya seperti itu,” tutur Pochettino.
“Sungguh jahat. Tim ini butuh sesuatu lebih dan saya pikir itu adalah penampilan terbaik kami sejak awal musim. Satu-satunya cara untuk kembali memenangi pertandingan adalah bermain dengan apa yang tadi kami mainkan. Ini bukan soal belajar dan bekerja di tempat latihan [soal tendangan bebas]. Anda juga perlu keberuntungan dan keputusan yang tepat di momen yang tepat,” tegas pelatih berkebangsaan Argentina tersebut.
Menurut Pochettino, hasil 1-0 tidaklah mengakhiri pertandingan. Apalagi, Spurs tidak menambah gol agar Inter kesulitan untuk mengejar. Pochettino juga memuji penampilan Samir Handanovic yang berulang kali menahan peluang demi peluang Spurs.
“Tentu, para penggemar Inter juga amat luar biasa setelah mereka menyamakan kedudukan, dan mereka membantu kesebelasan mereka memenangi pertandingan. Kami harus melakukan perbaikan dalam sejumlah hal,” tutur Pochettino.
“Saya memahami sepakbola, saya mengerti periode sulit bisa datang. Setelah kemenangan kami di Manchester United, saya bilang: ‘Hati-hati.’ Dan setelahnya, periode sulit pundatang, dimulai di Watford. Hal paling penting adalah menjadi kuat, dan kami adalah kesebelasan yang kuat.”
“Kami punya kualitas dan saya mulai melihat pertanda bagus kalau tim ini akan kembali. Kami menunjukkan kepribadian yang hebat. Kami mengontrol Inter Milan di San Siro, di tempat yang sulit. Kami menunjukkan karakter yang besar, dan kami tak beruntung tak bisa menjaga hasil yang layak kami dapatkan,” tutup Pochettino.
Inter Layak Menang
Sementara itu harian Italia, Gazzeta dello Sport, menulis bagaimana semaraknya San Siro pada malam itu. “San Siro, bergairah seperti biasa dan sekali lagi penuh sesak. Teriakan para penggemar Nerazzuri di akhir pertandingan adalah teriakan perang.” tulis Gazzeta.
Media Italia lainnya, Corriere dello Sport, memprediksi kalau kemenangan itu akan membawa efek perubahan: “Setelah 2380 hari absen, Inter kembali mendekap Liga Champions dengan dipenuhi adrenalin comeback yang berpotensi merevolusi sepanjang musim ini.”
Bek Inter, Milan Skriniar, mengaku kalau dia tak menunjukkan permainan terbaiknya kala melawan Tottenham Hotspur. Akan tetapi, kemenangan membawa mereka kembali ke jalur yang benar.
“Bahkan mereka yang tak bermain tetap berkontribusi terhadap comeback ini. Kami adalah kesebelasan yang kuat. Saya tak merasa secara pribadi bermain bagus, tapi hal terpenting adalah kami menang. Saat Anda dikartu setelah 20 menit bermain, itu mengubah semua pendekatan yang Anda lakukan di lapangan,” ungkap Skriniar.
“Pelatih bilang padaku sebelum pertandingan kalau saya akan bermain sebagai full-back dan itu tak masalah. Kami punya beberapa hal yang salah di Serie A sepanjang musim ini, tapi kemenangan ini membawa kami kembali ke jalur yang benar.”
Hal senada juga diungkapkan Radja Nainggolan. “Ini adalah hasil yang pantas, karena kami bermain dengan baik. Kami kebobolan dan itu adalah gol mereka itu keberuntungan, tak seperti penampilan kami di Serie A musim ini, kami mengambil alih tempo di babak kedua dan melakukannya dengan baik,” tutur Nainggolan.
Nainggolan yang mencapai babak semifinal Liga Champions bersama AS Roma musim lalu, memberikan saran buat rekan-rekan barunya. Menurut Nainggolan, meski mereka punya skuat yang kuat, tapi mereka harus tetap bekerja keras untuk mencapai hasil maksimal.
“Amat penting untuk memenangi setiap pertandingan, karena Anda hanya maju dengan tiga poin dan bukan satu poin di satu waktu. Secara pribadi, saya ada di belakang jadwal karena saya tak ikut berlatih di pramusim, tapi terus bermain, tetap menjagaku di performa terbaik,” kata Nainggolan.