Sempat diisukan akan berduet dengan John Terry di Aston Villa, Thierry Henry memilih untuk kembali ke Prancis dan menangani AS Monaco. Ini adalah tim pertamanya di ranah manajerial setelah sebelumnya menjadi pelatih Arsenal dan tim nasional Belgia.
“Semua dimulai di sini. Kerja, gairah, kebahagiaan, rasa sakit dan hormat. Memori, semua dimulai di sini. Kini semua dimulai lagi,” kata Henry menceritakan alasannya memilih AS Monaco.
Henry memang dikenal sebagai produk akademi AS Monaco. Lima musim membela tim senior Les Monégasques sebelum ditebus Juventus pada 1999, Henry merupakan pemain sensasional pertama yang dimiliki Monaco. Bukan berarti tim yang kini dipayungi Pangeran Albert II tidak memiliki pemain berkualitas sebelum Henry. Ada nama-nama lain layaknya manajer Leicester City, Claude Puel, pemandu bakat FC Sochaux, Philippe Raschke, serta mantan rekan satu tim Henry, Emmanuel Petit yang juga lahir dari akademi Monaco. Tapi, Henry bisa dibilang sebagai ‘The original Mbappe‘ sebelum bintang muda Prancis itu lahir.
Henry mengambil keputusan untuk memilih Monaco dibanding Aston Villa karena alasan sentimentil. Untuk pertama kalinya sejak 19 tahun lalu, ia kembali menginjak rumput Stade II Louis sebagai anggota dari AS Monaco. Tempat di mana dirinya memenangkan gelar pertamanya sebagai pemain (1996/97). Namun, beban yang ia tanggung juga jauh lebih besar.
AS Monaco > Aston Villa
Sebenarnya, bukan sesuatu yang menyenangkan untuk berkata AS Monaco ‘lebih besar’ dari Aston Villa. Sekalipun hal itu keluar dari jari-jari seorang pendukung Birmingham City. Tiap klub memiliki cerita dan sejarah masing-masing yang membuat mereka ‘besar’.
Aston Villa adalah salah satu tim legendaris di sepak bola Inggris, ‘raksasa yang tertidur’ dengan status sebagai langganan kompetisi antar klub Eropa. Bahkan menjuarai European Cup atau kini disebut sebagai Liga Champions. Manajer Glasgow Celtic yang besar bersama Liverpool, Brendan Rodgers bahkan sempat mengakui rasa kagumnya pada the Villans saat dihubungkan dengan pekerjaan di Villa Park.
“Saya harap siapapun yang ditunjuk sebagai manajer Aston Villa, semoga bisa kembali ke habitatnya. Mereka adalah tim besar dengan kualitas Liga Premier yang sedang berusaha untuk bangkit dan naik dari EFL Championship,” kata Rodgers. Tugas itu kini diemban oleh Dean Smith dan John Terry, bukan Henry.
Smith memiliki pengetahuan luas tentang Championship. Ia bahkan sebenarnya bisa jadi calon manajer legendaris Brentford jika tidak menerima pinangan Aston Villa. Akan tetapi, the Villans bukanlah tim yang diakui dunia saat ini. Hanya sebatas itu, tim legendaris.
Sementara AS Monaco diakui sebagai salah satu tim terbaik di Ligue 1, Prancis. Selalu disebut sebagai calon pesaing gelar Paris Saint-Germain (PSG). Meskipun kenyataannya mereka lebih mirip seperti Atletico Madrid di Spanyol. Bermain bagus, mencuri perhatian, tapi persaingan utama tetap ada di Barcelona dan Real Madrid atau dalam kasus ini PSG dengan Olympique Lyon.
Sejak kembali dari divisi dua, Ligue 2, membeli berbagai bintang seperti James Rodriguez, Radamel Falcao, dan Joao Moutinho. Hingga mengubah pendekatan mereka lebih kepada pemain muda seperti Thomas Lemar dan Kylian Mbappe, AS Monaco masih diperhitungkan.
Kini duduk di zona degradasi (18th) tidak mempengaruhi hal itu. Apalagi setelah Henry ditunjuk sebagai manajer. Pamor AS Monaco belum akan hilang dari jajaran klub top di Eropa.
Kelas 1998
Sejak menjuarai Piala Dunia 1998, tujuh anggota Prancis di pesta sepak bola 20 tahun lalu itu sudah menjalani karir mereka sebagai manajer sebelum Henry. Thierry Henry jadi yang ke-delapan, menyusul manajer OGC Nice saat ini, Patrick Vieira. Sebelum Henry dan Vieira, sudah ada nama-nama lain dari Zinedine Zidane yang tiga kali menjuarai Liga Champions bersama Real Madrid, sampai mantan Direktur Teknis Indonesia, Lionel Charbonnier.
Kapten tim nasional Prancis saat Piala Dunia 1998, Didier Deschamps jadi yang pertama untuk pindah ke kursi manajerial pada 2001. Musim panas ini, dia berhasil meraih gelar juara dunia untuk kedua kalinya. Deschamps juga memulai karir manajerialnya dengan Monaco. Dirinya merupakan manajer yang berhasil mengantarkan AS Monaco ke final Liga Champions melawan FC Porto asuhan Jose Mourinho.
Kalian tahu sisa ceritanya.
Dengan catatan itu, ditambah keberhasilan Zidane bersama Real Madrid. Jelas beban bagi Henry sangatlah berat. Ekspektasi setinggi langit mulai muncul dan bukan salahnya. Salah dari mantan-mantan rekan satu timnya yang begitu sukses di pinggir lapangan. Walaupun tidak semua anggota Prancis ’98 sukses, tapi siapa juga yang akan peduli dengan prestasi Bernard Lama di Kenya atau Charbonnier bersama Aceh United?
Restu Wenger
Sebelum Henry dikontrak tiga tahun oleh AS Monaco, ia pernah menjadi pelatih penyerang di Arsenal. Sebelum akhirnya hengkang dari Emirates karena Arsene Wenger merasa Henry tidak bisa fokus dengan tugasnya sebagai pelatih. Ketika itu Henry disebut lebih memilih fokus ke pekerjaannya sebagai pengamat di televisi.
Lalu ia kembali dipercaya untuk jadi pelatih. Kali ini bersama tim nasional Belgia. Henry adalah asisten pelatih Roberto Martinez. Pengaruh Henry diakui oleh berbagai pihak. Dari Martinez, Lukaku, hingga dunia yang melihat the Red Devils sebagai salah satu kuda hitam di Piala Dunia 2018.
Arsene Wenger kini mengakui Henry sebagai pilihan yang tepat untuk AS Monaco. “Henry adalah pilihan yang bagus. Dia sangat kredibel, pintar dan punya pengetahuan yang luas tentang sepak bola,” kata Wenger kepada Sky Sports.
Hubungan Henry dan Wenger membaik. Namun, pujian tersebut hanya membuat beban mantan penyerang Arsenal semakin berat. Wenger sendiri memperingatkan hal ini pada Henry. “Menjadi manajer butuh pengorbanan yang besar. Pada dasarnya kita harus bisa mengorbankan segalanya.”
Kaya tapi tidak royal
Thierry Henry menggantikan Leonardo Jardim di kursi kepelatihan AS Monaco. Tapi harus diketahui bahwa AS Monaco bukanlah tim nasional Belgia. Mereka memiliki pemain dengan kualitas tinggi, jelas. Namun jauh dari level Hazard atau Lukaku secara individual.
Ini adalah pengorbanan pertama yang harus dilakukan Henry. Melupakan pemain-pemain seperti Hazard, Lukaku, atau De Bruyne, untuk mengasah talenta-talenta muda di Stade II Louis. AS Monaco bukan lagi tim yang dibentuk dengan uang. Mereka bukanlah klub yang dibangun secara instan. Masa-masa AS Monaco bisa mendatangkan bintang dengan dana besar sudah lewat. Mereka tergolong klub kaya, tapi bukan berarti senang berfoya-foya.
Jardim bisa mengatasi hal itu dengan memastikan dirinya membeli pemain-pemain yang tepat serta memiliki akademi kuat. Itulah mengapa kita kini bisa menikmati talenta seperti Mbappe, Lemar, atau Benjamin Mendy. Dengan segala keterbatasan, Jardim membuat AS Monaco terus diperhitungkan. Sekalipun tersungkur di zona merah 2018/2019 saat ini.
Sebagai pelatih di tim nasional, Henry tidak pusing tentang hal ini. Bahkan jika dirinya memilih Aston Villa, mungkin Henry akan memiliki dana yang lebih banyak untuk dapat membawa the Villans promosi dibandingkan membuat Monaco kembali ke papan atas, apalagi menjuarai Ligue 1.
Tantangan untuk Henry terlalu banyak di klub pertamanya. Memang tidak mustahil untuk dirinya bisa mengikuti jejak Zidane dan meraih kesuksesan. Sialnya, sejauh ini dia lebih mungkin mengikuti jejak Gary Neville di Valencia CF ketimbang Zidane.