Turnamen Piala AFF 2018 hanya berjarak hitungan hari. Pada 8 November nanti, laga pertama antara Kamboja melawan Malaysia digelar. Musim ini, AFF sendiri mengubah format kompetisinya. Tidak ada lagi negara yang ditunjuk menjadi tuan rumah karena format fase grup diganti dengan sistem Round Robin yang berarti semua kesebelasan mendapat kesempatan dua kali menjadi tuan rumah dan dua kali menjadi tim tamu.
AFF 2018 nanti adalah kejuaraan Asia Tenggara ke-12 yang diikuti oleh timnas Indonesia. Mereka belum pernah absen mengingat Indonesia adalah salah satu penggagas turnamen ini. Meski begitu, Indonesia seolah tidak ditakdirkan untuk menjadi juara sejak turnamen tersebut digagas 22 tahun lalu.
**
Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura, adalah para penggagas turnamen ini. Mereka ingin mewujudkan sebuah turnamen yang kompetitif antar negara Asia Tenggara yang sebelumnya hanya berkompetisi di level Sea Games. AFF kemudian menyetujui gagasan tersebut yang disusul dengan pergantian format Sea Games yang diperuntukkan untuk pemain-pemain U-23.
Pada 1 September 1996, turnamen ini digelar dengan menggaet perusahaan bir Tiger untuk menjadi sponsor. Turnamen ini kemudian diberi nama Piala Tiger dengan Singapura menjadi tuan rumah. 10 negara ikut ambil bagian dengan empat negara Indocina (Myanmar, Laos, Kamboja, Vietnam) datang dengan status tim undangan karena belum tergabung di AFF.
Indonesia sendiri tergabung di Grup A bersama empat negara Indocina tersebut. Mereka saat itu dilatih Danurwindo dan diisi oleh beberapa jebolan proyek PSSI Primavera dan Baretti. Sebut saja Yeyen Tumena, Kurnia Sandy, Kurniawan Dwi Yulianto, Aples Tecuari, dan Anang Ma’ruf, yang menjadi lulusan dari proyek ambisius tersebut.
Skuat tersebut adalah tim yang bisa dibilang cukup untuk mengincar gelar juara di edisi pertama. Usia mereka rata-rata di kisaran 20 tahun. Mereka dikombinasikan dengan pemain matang macam Fachri Husaini dan Robby Darwis yang bersinar bersama klubnya masing-masing.
Debut Indonesia dimulai dengan menghadapi Laos di Jurong Stadium. Listianto Raharjo, Robby Darwis, Yeyen Tumena, Aples Tecuari, Anang Ma’ruf, Budiman Yunus, Eri Irianto, Fachri Husaini, Ansyari Lubis, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Peri Sandria adalah susunan 11 pemain pertama Indonesia di ajang AFF.
Penampilan para pemain tersebut berujung dengan kemenangan telak 5-1 lewat gol-gol dari Fachri, Eri, Kurniawan, Robby, dan Peri. Inilah kemenangan pertama Indonesia di ajang Piala AFF sekaligus membuka rekening Indonesia ke gawang Laos yang kemudian menjadi lawan favorit mereka.
Langkah Indonesia begitu mulus di babak penyisihan. Dua pertandingan selanjutnya diakhiri dengan kemenangan. Kurniawan, Peri, dan Eri membawa Indonesia menang 3-0 melawan Kamboja sementara Myanmar tumbang dengan skor telak 6-1. Satu-satunya noda mereka adalah hasil imbang yang diraih ketika menghadapi Vietnam. Meski begitu, mereka tetap menjadi juara grup.
Ketangguhan lini depan Indonesia memang menakutkan saat itu. Gol tidak selalu datang dari para striker. Torehan 15 gol adalah yang terbanyak bersama Malaysia di grup B. Keduanya akan bertemu pada babak semifinal mengingat Malaysia lolos sebagai runner up grup B.
Malaysia sendiri lolos dengan dugaan mereka terlibat penyuapan kepada salah satu pemain Filipina, Judy Saluria. Dua orang dari Singapura dan satu orang Malaysia tersebut meminta Judy untuk membiarkan gawangnya kemasukan tujuh gol saat melawan Singapura. Penyuapan tersebut akhirnya berhasil digagalkan dan Filipina hanya kalah 3-0. Singapura sendiri gagal lolos karena kalah satu poin dari Malaysia.
Meski tangguh pada babak penyisihan, namun penampilan Indonesia justru memburuk ketika memasuki fase krusial. Bermain di National Stadium, Indonesia kalah telak 3-1. Gol dari Sanbagamaran, Rusdee Sulong, dan Shamsurin Abdul Rahman hanya dibalas satu itupun lewat gol bunuh diri Azmil Azali.
Timnas Indonesia sendiri berkilah kalau kekalahan mereka disebabkan karena pelatih Danurwindo teguh memasang Aples Tecuari meski pemain Persipura Jayapura tersebut mengaku kalau penglihatannya tidak jelas jika bermain pada malam hari. Dikutip dari Harian Kompas, Fachri bahkan kecewa dengan keputusan Danurwindo tersebut.
“Seperti tidak ada orang lain saja sehingga Danur tetap memasang Aples. Kami baru mau mati-matian di depan, tapi gol sudah terjadi di belakang. Aples tidak siap, lalu mengapa dipertahankan?” tuturnya.
Aples sendiri mengakui kalau ia memang terkena penyakit rabun Ayam. Dikutip dari Pandit Football, ia mengatakan, “Saya memang terkena penyakit itu. Penyakit ini muncul karena kesukaan saya mengisi teka teki silang pada malam hari dan hanya menggunakan lampu tidur.” Yang patut disesalkan adalah penyakit rabun Aples tersebut justru sembuh setelah turnamen berakhir.
Piala AFF 1996 masih menggelar perebutan juara tiga yang mempertemukan Indonesia dan Vietnam yang dikalahkan Thailand 4-2. Akan tetapi, Indonesia justru kalah dengan skor 3-2. Menjadi semifinalis adalah prestasi pertama yang ditorehkan Indonesia di Piala AFF.
Thailand sendiri keluar sebagai juara. Gol Kiatisuk Senamuang membawa mereka menang tipis 1-0. Gelar top skor juga diraih oleh striker mereka, Netipong Srithong-in dengan tujuh gol. Gelar yang lepas dari Thailand adalah pemain terbaik yang diberikan kepada Zainal Abidin (Malaysia) dan tim fair play yang jatuh ke tangan Brunei Darussalam.