Orang bijak pernah berkata bahwa rezeki akan datang di saat yang tepat. Kadang, dia muncul dari arah yang tidak disangka-sangka, mengejutkan sekaligus menjadi obat dari lara yang sudah lalu. Itulah mungkin yang terjadi pada Persib U-19.
Pada ajang Liga 1 U-19 2017 silam, Persib U-19 sebenarnya memulai kompetisi dengan baik. Pada putaran pertama, mereka sukses menjadi penguasa Grup 1, mengungguli Bhayangkara U-19, dan bahkan melampaui Persija U-19. Hasil ini mengantarkan mereka ke babak 8 besar Liga 1 U-19 2017.
Perjalanan mulus juga mereka lalui di babak 8 besar Liga 1 U-19. Masuk Grup Y bersama Persipura, Barito Putera, dan Perseru, Persib berhasil menjadi pemuncak klasemen, mengungguli Persipura. Hasil ini membawa mereka ke babak semifinal. Di babak tersebut, Borneo FC U-19 mereka kalahkan dengan skor tipis 1-0.
Partai final sukses dijejak oleh Beckham Putra cs. Namun, apa daya, berhadapan dengan Persipura U-19, lawan yang gagal mereka kalahkan di babak 8 besar, Persib keteteran. Bermain di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, mereka kesulitan menghadapi Persipura yang main spartan. Mereka kalah tipis 0-1, sekaligus harus merelakan gelar juara bagi Persipura.
Saat itu, raut kesedihan tampak di benak para pemain Persib U-19. Seakan, mereka belum memberikan segala yang mereka bisa. Tapi, selalu ada waktu untuk jadi lebih baik, dan hal itu sejalan dengan rezeki yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa kepada mereka.
Rezeki itu diberikan pada Senin (26/11/2018), di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
***
Liga 1 U-19 2018 kembali digelar. Kali ini, berbeda dengan tahun sebelumnya, persiapan tim jauh lebih baik. Setiap tim betul-betul menyusun skuat mereka, ambil contoh Persija yang merekrut Sutan Zico, penggawa Timnas U-16 dan Barito Putera yang merekrut si kembar Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi. Ini menjadikan Liga 1 U-19 2018 menjadi kompetisi yang lebih kompetitif.
Hal itu dirasakan oleh Persib U-19. Bersaing di Grup B babak pertama Liga 1 U-19 2018, mereka sedikit keteteran. Tidak se-superior musim lalu, musim ini mereka hanya mencatatkan 5 kemenangan, 3 hasil imbang, dan 2 kali kalah. Mereka kesulitan bersaing dengan Persebaya U-19 dan Barito Putera U-19 yang jajdi lawan berat mereka di babak pertama.
Ciamiknya, berkat selish gol yang lebih baik, Persib lolos ke babak 8 besar sebagai tim peringkat tiga terbaik, bersama Borneo U-19. Nyatanya, kesulitan ini menjadi jalan awal mereka untuk kembali menguasai kompetisi Liga 1 U-19. Di babak 8 besar, Persija U-19, PSM U-19, serta Persebaya U-19, sukses mereka kalahkan. Semifinal kembali dijejak.
Di babak semifinal, lawan yang sama kembali mengadang mereka: Borneo U-19. Skor identik kembali tercipta, yaitu 1-0 untuk kemenangan Persib. Tidak lagi menghadapi Persipura yang gugur di babak 8 besar, lawan mereka di final kali ini adalah musuh bebuyutan yang sudah memperbaiki diri: Persija U-19.
Stadion I Wayan Dipta bergemuruh. Ratusan pendukung Persib sudah memadati stadion yang berlokasi di Bali tersebut. Gemuruh semakin kencang, ketika Ilham Qolba sukses menjebol gawang Persija U-10. Semakin kencang lagi, kala peluit panjang ditiup wasit, menandakan kemenangan Persib U-19.
Para pendukung Persib bersukacita. Mereka ikut larut dalam pesta, lupa sejenak bahwa ini adalah “deja vu”. Ya, kejadian ini seperti “deja vu” musim 2017 silam.
***
Bicara soal “deja vu”, musim 2017 silam, situasi tim Persib hampir sama dengan situasi pada 2018 ini. Di saat Persib U-19 sedang menapaki tangga menuju gelar juara, Persib senior justru diterpa masalah.
Uniknya, masalah pada 2017 dan 2018 ini hampir sama: kondisi internal tim yang buruk. Musim 2017, kondisi internal ini, disinyalir, dipicu oleh konflik kepentingan yang terjadi di tubuh manajemen. Alhasil, hal ini berpengaruh terhadap penampilan Persib di kancah Liga 1 2017, membuat mereka terseok-seok di papan tengah.
Masalah serupa kembali terjadi pada ajang Liga 1 2018. Kondisi internal tim yang buruk, kali ini, dianggap karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan duo Argentina di tim kepelatihan, berpengaruh terhadap penampilan Persib di atas lapangan. Namun, kali ini situasinya sedikit beda, karena mereka punya peluang jadi juara. Karena sanksi berat dari PSSI serta kondisi internal tim yang memburuk, peluang juara Persib pun kandas.
Di tengah-tengah situasi buruk yang selalu menimpa Persib senior, Persib U-19 seakan tidak terpengaruh. Setiap laga demi laga bersama Persib U-19 mereka jalani, sehingga tanpa sadar, mereka tiba-tiba sudah menjejak partai final. Tidak tanggung-tanggung, dua kali partai final mereka jejak, yang berarti tim Persib U-19 ini bukanlah tim kaleng-kaleng.
Puncaknya, pada (26/11) mereka pun ditahbiskan menjadi juara, sekaligus mengobati dahaga bobotoh yang sempat tak percaya melihat peluang juara Persib senior yang begitu besar harus kandas di sepertiga akhir musim terakhir.
***
Sepakbola remaja, seperti sepakbola U-19, pada dasarnya hanyalah permainan remaja yang tanpa beban. Usia 17-19 adalah usia eksplorasi, ketika seorang manusia yang masuk tahap remaja sedang mencari jati diri dan tidak terlalu memikirkan beban duniawi. Bermain sepak bola, walau berada di dalam balutan kompetisi, bagi para remaja harusnya menjadi tempat bersenang-senang sekaligus mengumpulkan banyak kawan.
Inilah yang tampak dari permainan penuh semangat Persib U-19. Memang ada aroma kompetisi di dalam setiap permainannya, karena mereka main dalam ajang yang sifatnya liga. Namun, dari mereka tercermin juga kebahagiaan yang jujur, dari para remaja yang sedang nikmat-nikmatnya bermain sepak bola. Anggaplah gelar juara ini, menjadi rezeki mereka yang tertunda pada 2017 silam, mengobati lara akibat kalah dari Persipura.
Wajah-wajah mereka, sejak musim 2017, sudah menjelma layaknya oase sepakbola kota Bandung. Sampai saat ini, mereka masih menjadi oase, dan kelak, semoga oase itu bisa bertumbuh menjadi sebuah pohon palem dan kurma yang kenikmatannya bisa dirasakan oleh kota Bandung dan Timnas Indonesia.