Fabio Quagliarella membuat sejarah di musim ini. Ia berhasil mencetak 11 gol berturut-turut untuk Sampdoria dan menyamai rekor yang pernah dibuat oleh Gabriel Batistuta pada musim 1994/1995. Dengan kredibilitasnya, rekor tersebut berhasil ia catatkan ketika melawan klub kota asalnya, Napoli, hanya beberapa hari setelah ia merayakan ulang tahunnya yang ke-36.
Maka tampaknya nama Quagliarella pun telah masuk ke dalam daftar striker tua terbaik di Serie A, dan untuk mengingat kembali siapa saja para penyerang sepertinya, berikut kami sajikan daftar pemain tua pencetak gol terbaik milik Serie A.
Fabio Quagliarella
Tentunya, nama pertama jatuh kepada Fabio Quagliarella, yang masih hangat karena baru saja masuk ke dalam daftar penyerang tua terbaik Serie A. Di sisi lain, Quagliarella memiliki ‘katalog’ skil permainan yang sangat unik, seperti spesialis tendangan jarak jauh, bicycle kick, dan tendangan voli backheel. Kompilasi skilnya itu ada di YouTube, dan ia pun kerap disandingkan dengan Zlatan Ibrahimovic, yang juga memiliki skil serupa.
Selain itu, Quagliarella adalah pemain yang telah melakukan perjalanan panjang dan luas selama bermain bersama delapan klub dalam karirnya. Ia sempat memenangkan Serie B bersama Torino dan tiga gelar Serie A berturut-turut bersama Juventus. Namun, kesuksesan personalnya yang terbesar hanya datang sejak ia bergabung dengan Sampdoria pada 2016 pada usia 33. Salah satunya adalah masuk ke dalam daftar penyerang tua terbak Serie A.
Penyerang asal Italia itu selalu dikenal karena kecemerlangannya sebagai pencetak gol yang hebat, dan selama bermain untuk Sampdoria, ia telah membuktikan bahwa dirinya adalah seorang penyerang yang paling konsisten. Bagaimana tidak? Quagliarella berhasil mencetak 19 gol di liga pada musim lalu, dan catatan tersebut adalah catatan terbaik yang pernah ia raih, dan ia kemungkinan akan melampaui total catatan gol tersebut di musim ini.
Edin Dzeko
Setelah musim terbaiknya di Bosnia dan di Republik Ceko, Edin Dzeko memutuskan pindah ke Jerman pada 2007, dan petualangannya ke negeri asal Hitler itu benar-benar membuat namanya menjulang tinggi. Ia berhasil mencetak 26 gol di musim keduanya bersama Wolfsburg, dan bahkan berhasil memenangkan gelar Bundesliga untuk pertama kalinya. Ia kemudian melanjutkan tren positif dengan menjadi pencetak gol terbanyak dalam musim terakhirnya di Jerman sebelum akhirnya pindah ke Manchester City pada 2010.
Dzeko lalu memenangkan dua gelar liga lagi selama lima tahun di Inggris, sebelum akhirnya menemukan petualangan baru di Roma. Di usianya yang ke-31, permainannya semakin apik. Dzeko semakin garang dengan mengakhiri musim 2016/2017 dengan 39 gol di semua kompetisi, termasuk 29 gol di Serie A. Di musim berikutnya, gol-golnya sangat berkontribusi bagi Roma untuk mencapai semi-final Liga Champions. Dengan catatan ini, semakin menunjukkan bahwa usia tua tidak membuat permainannya melambat.
Diego Milito
Diego Milito merayakan ulang tahunnya yang ke-30 di musim panas 2009, dan saat itu, ia berhasil mencetak 24 gol untuk Genoa di musim 2008/2009. Catatan golnya itu berhasil membuat Genoa masuk ke posisi kelima di Serie A, dan disaat yang bersamaan, Milito menandatangani kontrak dengan Inter. Ia diplot untuk menggantikan Zlatan Ibrahimovic yang hijrah ke Barcelona.
Tak ada yang memprediksi bahwa Diego Milito akan menjadi striker yang berbahaya dan sangat krusial bagi Inter, namun ia justru berhasil mencetak 30 gol di musim pertamanya, yang sekaligus musim treble terbaik bagi Inter. Musim itu benar-benar musim bersejarah bagi mereka. Dan tak hanya berhenti sampai disitu, pemain Argentina tersebut lalu mencetak 26 gol untuk Inter dua tahun kemudian.
Antonio Di Natale
Empoli mengalami degradasi pada 2004, akan tetapi, hal itu justru terbukti menjadi berkah tersembunyi bagi Antonio Di Natale. Ia, yang saat itu pindah ke Udinese, kemudian menjadi pencetak gol terbanyak dalam sejarah klub barunya tersebut. Ya, Di Natale berhasil mencetak 191 gol untuk Udinese di Serie A, dan hebatnya, 163 gol di antaranya itu datang setelah ulang tahunnya yang ke-30.
Dengan gerakannya yang dikenal cerdas dan cekatan, penyelesaiannya yang akurat kerap membuatnya mudah untuk mencetak gol. Pemain asal Italia itu juga berhasil mencapai puncak kariernya di tahun 2009 dan 2011. Ketika itu ia memuncaki daftar pencetak gol terbanyak Serie A selama dua musim berturut-turut. Di Natale kemudian melanjutkan ‘kelasnya’ selama lima musim berikutnya, sebelum akhirnya pensiun pada usianya yang ke-36.
Alessandro Del Piero
Kita semua bisa menganggap bahwa diri kita beruntung hidup di masa ketika Alessandro Del Piero pernah bermain mengenakan jersey garis-garis hitam dan putih khas milik Juventus. Bagaimanapun, Del Piero adalah seorang salah satu penyerang mutahir yang pernah lahir di muka bumi ini. Ia pernah berhasil memenangkan setiap gelar di usia 20-an, meskipun kariernya sempat ternodai ketika Juventus terkena skandal Calciopoli di usianya yang ke-30.
Setelah memenangkan Piala Dunia pada 2006, Del Piero lalu harus terpaksa bermain di Serie B, dan alih-alih kariernya mengalami kemunduran, ia justru berhasil mencetak 20 gol di musim itu, dan memenangkan sepatu emas yang sekaligus membantu Nyonya Tua mengamankan kembali posisinya ke posisi teratas. Del Piero kemudian kembali ke Serie A pada usianya yang ke-33, dan memenangkan Capocannoniere pertama kali dalam kariernya setelah berhasil mencetak 21 gol untuk.
Francesco Totti
Mungkin, kita akan merasa bahwa tidak akan pernah ada lagi pemain sepakbola Italia yang memiliki teknik, ketenangan dan semangat seperti yang dimiliki Francesco Totti. Dan bagi Roma, mereka mungkin tidak akan lagi memiliki ‘anak asuh’ yang paling dicintai sesukses pria yang berkontribusi penuh selama 25 tahun seperti Totti.
Di sisi lain, Totti merayakan ulang tahunnya yang ke-30 pada awal musim 2006/2007, tepat setelah ia memenangkan Piala Dunia 2006. Ia kemudian melanjutkan kariernya di usia tuanya itu dengan menjadi Capocannoniere setelah berhasil mencetak 26 gol. Catatan golnya itu pula yang menandai bahwa ia telah mencetak 125 gol untuk Roma di usianya yang ke-30, dan ia terus melanjutkan kariernya, bahkan tidak buru-buru pensiun saat usianya menginjak 40 tahun.
Luca Toni
Menjelang akhir kariernya yang panjang, yang juga mencakup petualangannya di 12 klub Italia, lalu tiga musim suksesnya di Bayern Munich, hingga persinggahannya di Dubai, Luca Toni sempat diprediksikan akan pensiun pada 2013. Namun sebaliknya, pada usia 36, ia justru bergabung dengan Hellas Verona dan mencetak 20 gol di liga di musim debutnya saat klubnya itu baru dipromosikan. Hellas Verona pun bahkan berhasil menempati urutan ke-10 di Serie A di musim itu.
Akan tetapi, Toni menganggap musim debutnya itu adalah pemanasan. Di musim keduanya (musim 2014/2015), meski dimulai dengan lebih lambat dari musim sebelumnya, penyerang yang kala itu berusia 37 tahun tetap bisa menyelesaikan musim keduanya dengan catatan 22 gol, dan menduduki puncak daftar pencetak gol terbanyak bersama Mauro Icardi. Toni pun akhirnya menutup kariernya selama 13 tahun, sebagai Capocannoniere tertua dalam sejarah, dan hal ini merupakan sebuah rekor yang mungkin sulit untuk dilewati.