Hingga hari ini, perdebatan fans Premier League dan La Liga belum juga usai untuk melabeli liga mana yang pantas disebut liga terbaik di dunia. Premier League tentu tak diragukan adalah yang terbaik, karena hanya di liga ini (di antara 5 liga top Eropa) yang memiliki persaingan paling sengit. Tiap musimnya ada enam kesebelasan yang menjadi pemburu gelar, belum termasuk tim kejutan seperti yang pernah dilakukan Leicester City.
Sementara La Liga, meski terdapat hegemoni duo Clasico, tim-tim Spanyol sangat mendominasi turnamen Eropa (UCL dan UEL) setidaknya satu dasawarsa ke belakang. Ditambah fakta tim Inggris selalu kesulitan saat berhadapan dengan wakil Spanyol seolah menegaskan bahwa kualitas tim papan atas Inggris tak lebih baik dari tim papan tengah Spanyol.
Tapi adakah yang lebih hebat dari Premier League dan La Liga? Silahkan kernyitkan dahi, karena jawabannya “Ada”. Ialah Piala Presiden, turnamen pramusim paling populer di Indonesia. Tak perduli pada fakta bahwa per Desember 2018 Liga 1 Indonesia menempati posisi ke-27 di Asia dan ke-7 dari 9 liga di Asia Tenggara. Nyatanya Piala Presiden lebih besar dari apa pun, AFC Cup? Lewat!
Inter Island Cup tentu memenuhi kriteria sebagai turnamen pramusim paling besar saat ini. Karena pesertanya adalah tim-tim terbaik di dunia. Tapi atribut yang melekat pada Piala Presiden melebihi itu semua.
Lebih Besar dari Liga 1 dan AFC Cup
Liga 1 2019 (seperti biasa) mengalami kemoloran jadwal karena tertabrak agenda Pemilu serentak April mendatang. Alasan keamanan menjadi hal yang tak bisa dipenuhi untuk memulai kompetisi tingkat tertinggi di Indonesia ini.
Pun Piala Indonesia juga harus mengalami kemunduran jadwal dengan alasan yang sama. Padahal Piala Indonesia telah memasuki babak 16 besar. Sebagai turnamen pasangan liga, idealnya Piala Indonesia sudah kelar sebelum liga berakhir. Demikianlah idealnya.
Tapi nyatanya Piala Indonesia malah baru digelar di ujung kompetisi hingga membuat banyak klub kelimpangan karena telah ditinggal para pemainnya. Padahal hadiah utama dari Piala Indonesia adalah mewakili Indonesia di ajang AFC Cup 2020.
Sejujurnya, penundaan jadwal Liga 1 dan Piala Indonesia dengan alasan keamanan sangat bisa diterima. Sebelum PSSI menyatakan menggelar Piala Presiden di Maret ini (saat artikel ini terbit, beberapa tim sudah memainkan pertandingan pertama Piala Presiden). Tiba-tiba saja PSSI bisa menjamin keamanan untuk turnamen pra-musim yang memasuki edisi keempat ini.
“Dulu itu awalnya Piala Presiden tidak terjadwalkan di tahun 2019. Tetapi kemudian sponsor ingin ada kesinambungan dengan tahun sebelumnya, maka Piala Indonesia mengalah,” ujar Iwan Budianto, wakil ketua umum PSSI sebagaimana Goal Indonesia.
Terkait AFC Cup, masih ingat drama yang terjadi di final Piala Presiden tahun lalu? Dengan penuh kesadaran Panpel Piala Presiden membuat jadwal semifinal yang berlangsung dua leg, berdempetan dengan jadwal Piala AFC. Kebetulan, wakil Indonesia di AFC Cup adalah Bali United dan Persija Jakarta, yang juga berstatus finalis Piala Presiden 2018.
Bali United harus melakoni tiga pertandingan dalam rentang 4 hari demi mengandaskan Sriwijaya FC di semifinal. Dampaknya sangat buruk, Bali United takluk 1-3 di kandang sendiri dari Yangon United. Bali United diketahui tidak menurunkan skuat terbaiknya kala itu.
Hal serupa juga dialami Persija yang dipukul Johor Darul Ta’zim tiga gol tanpa balas di Malaysia. 4 hari setelah laga pertama fase group AFC Cup 2018 itu, kedua tim menurunkan skuat terbaiknya saat laga final Piala Presiden yang kemudian dimenangkan Persija Jakarta tersebut.
Walau mengelak, Bali United dan Persija tetaplah tampak lebih memprioritaskan Piala Presiden ketimbang AFC Cup yang mana mereka sedang mewakili Indonesia di kancah Asia.
“Seperti yang saya bilang kalau dari awal ikut di Piala Presiden kami akan menganggap seperti laga uji coba. Karena saya butuh kekompakan tim antara pemain lama dan baru. Tapi kini kita tampil di final tentu semua tim ingin juara,” ucap pelatih Persija Jakarta, Stefano Cugurra Teco.
Sudah bisa dikatakan Piala Presiden lebih besar ketimbang turnamen resmi?
“Disponsori Presiden”
Piala Presiden 2019 dengan segala kontroversinya kemudian menimbulkan kecurigaan di kalangan penyuka sepak bolatanah air. Jika Liga 1 dan Piala Indonesia sebagai kompetisi resmi ditunda dengan alasan keamanan, kenapa Piala Presiden bisa dilangsungkan?
Presiden RI sekaligus cawapres Joko Widodo diduga mendapat keuntungan besar dari agenda ini. Benarkah demikian? Entahlah, bukankah sepakbola mestinya bersih dari praktik politik praktis?
Sikap APPI
Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) diharapkan mampu meneruskan kritik masyarakat agar penyelenggaraan Piala Presiden bisa lebih baik ked epannya. Ponaryo Astaman dan Kurniawan DY dalam sebuah video wawancara bersama Bola, menegaskan bahwa penyelenggaraan Piala Presiden 2019 sudah benar.
Keduanya hanya menyoroti aspek teknis meliputi banyaknya pelatih dan pemain yang dipecat saat tampil buruk di Piala Presiden. Padahal Piala Presiden hanyalah turnamen pra-musim. Pun yang menang, akan merasa telah memenangkan kejuaraan besar hingga membuat lengah dan berbuntut pada penampilan minor di liga.
Jadi, mari berbangga karena negara kita berhasil mencetak turnamen terbaik di dunia, uhuk.