Joan Laporta kembali menjadi Presiden Barcelona lewat pemilihan yang dilakukan pada Minggu (7/3) kemarin waktu Spanyol. Dalam pemilihan tersebut, Laporta meraih 30-an ribu suara dengan presentase 54,28 persen. Ia mengungguli dua kandidat lainnya, Victor Font dan Antoni Freixa.
Pemilihan Presiden Barcelona ini dilakukan dengan memenuhi protokol kesehatan untuk mencegah Covid-10. Terdapat sejumlah tempat pemilihan di enam lokasi yang berbeda. Selain itu, pengiriman lewat pos juga diberlakukan, dan menjadi yang pertama kali terjadi.
Pemilihan ini merupakan salah satu cara klub untuk tetap berpegang pada sejarah yang mengangkat nilai-nilai demokratis. Laporta, nantinya akan memimpin Barcelona hingga 2026 mendatang.
Semua anggota Barcelona punya suara untuk memilih, asalkah usia mereka sudah legal serta sudah menjadi anggota setidaknya selama setahun dan keanggotaan mereka tak pernah ditangguhkan. Ada sekitar 100 ribu orang yang punya hak suara.
Mirip seperti pemilihan umum, para pemilik suara ini nantinya akan mendatangi tempat pemilihan. Sebagian lagi, sekitar 20 ribu orang, memilih mengirimkannya lewat pos. Untuk menghindari kerumunan, pemilik hak suara mesti menentukan jam kedatangan mereka.
Profil Joan Laporta
Laporta lahir di Barcelona pada 29 Juni 1962. Ia memiliki latar belakang pendidikan hukum dari University of Barcelona dan mendapatkan gelar master dalam hukum perusahaan dan ahli pajak di Institut d’Estudis Superiors Abat Oliba di Barcelona.
Laporta punya konsultan hukum “Laporta & Arbos Advocats Associats” yang merupakan anggota Il·lustre Col·legi d’Advocats de Barcelona. Ia juga anggota Board of Trustees dan Executive Committee di Lluch Foundation juga di Johan Cruyff Welfare Foundation.
Sebelumnya, Laporta pernah menjadi Presiden Barcelona usai memenangi pemilihan pada Juni 2003 silam. Lalu, pada 2006, ia kembali terpilih sebagai presiden klub.
Di bawah Laporta, Barcelona berubah menjadi kesebelasan yang memproduksi pemain muda berbakat. Ia pun menjalankan klub dengan tujuan menguatkan klub secara ekonomi dan juga sosial. Ia menginginkan tim juara dan punya kegunaan bagi masyarakat.
Sepanjang tujuh tahun masa kepemimpinannya, Barcelona berhasil meraih dua gelar Liga Champions, empat juara La Liga, satu Copa del Rey, satu Piala Dunia Antarklub, serta satu Piala Super Eropa. Selain sepakbola, tiga tim lainnya yakni bola basket, bola tangan, dan roller hoki, pernah menjadi juara Eropa di bawah pimpinannya.
Di segi ekonomi dan kemampuan sosial, Barcelona mengalami kenaikan pendanaan dari 170 juta euro menjadi 455,5 juta euro. Dalam hal jumlah anggota, Barcelona meningkat dari 106 ribu ke 173 ribu anggota.
Laporta juga dikenal sebagai pemimpin dalam pertarungan melawan kekerasan di stadion. Atas usahanya, Barcelona pun dianggap sebagai pembawa standar dalam hal kedamaian, solidaritas, demokrasi, serta kebebasan individu dan kolektif. Ini adalah sesuatu yang sejak lama dikandung dalam nilai-nilai klub.
Dengan moto “Mes que un club”, Laporta pernah bekerja sama dengan Unicef, Unesco, dan Acnur. Ia pun membuka XICS Center di seluruh dunia lewat FC Barcelona Foundation. Bersama UNICEF, kerja sama dilakukan pada September 2006 di New York. Barca berkolaborasi dalam dukungan finansial sebagai bentuk perlindungan terhadap anak-anak, dan tim utama Barca juga menggunakan logo Unicef di jerseynya. Hal tersebut adalah pendekatan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menguatkan strategi mengubah Barca menjadi lebih dari klub sepakbola di dunia.
Setelah turun dari jabatan Presiden Barcelona, Lapora memutuskan terjun ke dunia politik. Pada Juli 2010 ia mendirikan Democracia Catalana, sebuah partai Catalan yang demokratis, humanis, progresif, dan menjadi pelindung bagi hak asasi manusia.
Laporta pun menjadi wakil di Parlemen Catalonia sejak November 2010 hingga Oktober 2012, dan merupakan penasehat di Dewan Kota Barcelona sejak Mei 2011 hingga Mei 2015.