Wacana Peraturan Baru Premier League: Upaya Penyelamatan atau Paksaan!

Premier League. Foto: Football London

Satu per satu kompetisi sepakbola mulai hadir kembali meski kondisi dunia masih dilanda pandemi. Liga sepakbola Korea Selatan (K-League) menjadi pendobrak dengan mengumumkan kalau kompetisi 2020 resmi dimulai pada sore hari ini dengan laga antara Jeonbuk Hyundai Motors melawan Suwon Samsung Bluewings sebagai laga pembuka.

Setelah Korea, Jerman juga memberikan lampu hijau kepada Bundesliga agar bisa kembali melanjutkan roda kompetisi yang sempat berhenti pada bulan Maret. 16 Mei menjadi tanggal yang dipilih untuk melanjutkan liga dengan target selesai pada 27-28 Juni nanti.

Hal ini jelas menjadi sinyal positif. Meski nantinya pertandingan akan digelar tanpa penonton dan harus mengikuti beberapa aturan yang lumayan ketat, namun setidaknya masyarakat pecinta sepakbola kembali mendapat hiburan akhir pekan yang sebelumnya hilang dari kehidupan mereka.

Hadirnya kembali kompetisi sepakbola di Korea Selatan dan Jerman juga menjadi pemantik motivasi bagi negara lain untuk bisa kembali melanjutkan kompetisi sepakbola mereka. Beberapa negara juga pelan-pelan sudah mulai bergerak. Para penggawa Real Madrid dan Barcelona mulai kembali ke tempat latihan, begitu juga Serie A yang sudah mulai mengizinkan tim-tim peserta untuk kembali berlatih. Sebuah sinyal yang positif mengingat Italia dan Spanyol adalah dua negara yang memiliki kasus positif corona cukup tinggi.

Inggris juga tidak kalah semangatnya untuk cepat-cepat memulai kembali kompetisi liganya. Mereka optimis Premier League bisa lanjut pada 8 Juni mendatang dengan memakai nama Project Restart. Sebuah sinyal yang dilanjutkan dengan beberapa kesebelasan yang kembali membuka pusat latihan mereka.

Hingga saat ini, ‘Project Restart’ masih dalam tahap wacana yang masih menunggu keputusan pemerintahan Inggris. Mereka sendiri sebenarnya masih ragu apakah kompetisi yang untuk sementara dikuasai Liverpool ini bisa dilanjutkan.

Saat ini, angka positif corona di Inggris berangsur-angsur mulai menurun. Setidaknya dalam empat hari terakhir. Meski begitu, jumlahnya yang tidak sampai melewati 5 ribu kasus masih tergolong banyak. Saat ini, Inggris masih menjadi negara kedua dengan kasus kematian corona tertinggi di dunia dengan korban jiwa mencapai 30 ribu.

Upaya Penyelamatan atau Paksaan

Sama dengan Korea Selatan dan Jerman, Premier League akan menerapkan beberapa peraturan baru apabila ‘Project Restart’ ini mendapatkan lampu hijau dari pemerintah. Dilansir dari Telegraph, Premier League akan melarang para pemain untuk melakukan perayaan gol, meludah, berbagi air minum, hingga tukar kostum usai pertandingan. Ini semua dilakukan agar virus Corona tidak menyerang para pemain yang berlaga.

Selain itu, 92 laga akan digelar tanpa penonton dan dimainkan di tempat netral. Tempat netral ini nantinya memiliki akses yang lebih cepat menuju hotel sehingga penyebaran virus corona bisa dikontrol.

Sayangnya, hal ini juga mendapat sorotan dari para penggemar Liga Inggris. Tidak sedikit yang merasa kalau peraturan tersebut dirasa sangat aneh dan membuat sepakbola menjadi sulit untuk dinikmati. Bahkan muncul sebuah ide gila dari ketua Asosiasi Pesepakbola Profesional Inggris (PFA) untuk memainkan laga tak lagi berlangsung 45 menit per babaknya. Inilah yang menimbulkan kesan kalau Premier League seperti dipaksakan untuk cepat-cepat digelar agar tidak kehilangan pendapatan.

Dale O’Donnell menulis di Stretty News kalau segala aturan yang dijelaskan di atas membuat para pemain seperti robot. Poin yang ia sorot adalah soal larangan untuk tidak merayakan gol yang membuat emosi dari sepakbola akan semakin sulit dinikmati setelah sebelumnya sudah bermain tanpa penonton.

“Penting bagi mereka untuk konsultasi dengan para pemain dalam proses tersebut. Merekalah yang paling berisiko jika pertandingan dimainkan secara tertutup. Jika digelar, maka rasanya Premier League tampak lebih mengutamakan kekayaan ketimbang kesehatan.”

“Apa yang akan terjadi jika Liverpool mencetak gol kemenangan untuk gelar liga pertama mereka setelah 30 tahun, atau seperti apa rasanya ketika Anthony Martial mencetak tiga gol untuk membawa United ke Liga Champions. Aneh rasanya ketika berada di sekeliling orang yang meminta sepakbola untuk kembali dimainkan, tidak hanya tertutup melainkan juga tanpa emosi,” tuturnya.

Aturan lain yang terkesan sangat aneh adalah larangan untuk tidak boleh meludah. Jika Premier League kembali berlanjut, para pemain tidak diperbolehkan untuk meludah sembarangan. Siapa yang melanggar, maka akan mendapat kartu kuning.

Bagi pemain sepakbola, meludah adalah sebuah tindakan alamiah yang sering dilakukan di atas lapangan. Bahkan tidak jarang, ludah si pemain akan dibasahkan terlebih dahulu menggunakan air minum sebelum mereka membuangnya.

Bagi kita yang melihat dari layar televisi, hal seperti itu mungkin dirasa sangat jorok. Namun menurut artikel di New York Times, hal itu adalah upaya untuk menipu otak agar mendapatkan ransangan pada otot-otot yang kelelahan. Ketika air berada di mulut, maka reseptor mulut dirangsang untuk mendeteksi beberapa jenis karbohidrat dan mengirim sinyal ke pusat kesenangan otak.

Hal ini punya tujuan untuk meningkatkan kembali energi untuk meredakan stress dan membuat otot bisa kembali bekerja maksimal. Studi lain juga menyebut kalau meludah bisa meningkatkan performa si atlet dua sampai dengan tiga persen. Bahkan ahli fisiologi olahraga, Michael Joyner, menyebut dengan meludah seorang atlet bisa terhindar dari bahaya pada saluran pencernaannya.

Meski terkesan sangat bagus, namun meludah akan menjadi perbuatan yang haram dilakukan ketika Premier League mulai bergulir kembali. Siapa yang berani melakukannya, maka ganjaran berupa kartu kuning akan datang kepada mereka.