10 Juli 2007: Indonesia Kalahkan Bahrain Pada Piala Asia

Aksi Bambang Pamungkass ketika melawan Bahrain. Foto: Eko Banana

Hari ini, tepat 13 tahun yang lalu, Indonesia mengawali kiprah mereka pada Piala Asia 2007 dengan meraih kemenangan. Menghadapi timnas Bahrain, skuad asuhan Ivan Venkov Kolev tersebut menang dengan skor tipis 2-1. Dua gol Indonesia dicetak oleh Budi Sudarsono dan Bambang Pamungkas.

Kemenangan di Piala Asia sebenarnya sudah pernah diraih oleh timnas Indonesia. Tiga tahun sebelumnya, mereka menang dengan skor yang sama ketika menghadapi Qatar. Namun, kemenangan pada 2007 bisa dibilang menjadi kemenangan spesial. Inilah kali pertama mereka menang melawan Bahrain sejak 1980. Selain itu, kemenangan ini juga didapat mereka di depan pendukungnya sendiri.

2007 menjadi momen bagi sepakbola Asia Tenggara untuk unjuk gigi. Pertama kali sejak 1984, mereka menjadi tuan rumah. Indonesia kebagian untuk menyelenggarakan hajat bergengsi benua Asia tersebut bersama Malaysia, Thailand, dan juga Vietnam. Menggunakan slogan ‘Ini Kandang Kita’, Indonesia ingin negara Asia Tenggara tidak lagi diremehkan dalam dunia sepakbola. Itulah yang mereka tunjukkan ketika melawan Bahrain. Mereka tampil cukup impresif dan membuat pemain Bahrain kewalahan menghadapi permainan mereka.

60 ribu penonton di Gelora Bung Karno bersorak ketika Indonesia membuka keunggulan melalui Budi Sudarsono pada menit ke-14. Firman Utina dengan cerdik mencungkil bola kepada Budi yang lolos dari jebakan offside. Dengan tenang, Budi mengecoh Abdul Rahman Ahmed untuk mencetak gol pertama.

Akan tetapi, Indonesia lengah dan Bahrain berhasil meyamakan kedudukan melalui Sayed Mahmood Jalal. Proses gol terjadi akibat kesalahan Mahyadi Panggabean yang gagal membuang bola di sisi kiri pertahanan Indonesia hingga bola bisa dicuri oleh pemain Bahrain. Bola kemelut di kotak kecil kemudian berhasil dimanfaatkan oleh Mahmood Jalal untuk mengubah papan skor.

Kedua kesebelasan sama-sama memiliki peluang. Namun, tidak ada satupun yang bisa mengubah skor. Tendangan Elie Aiboy masih bisa diblok oleh kiper Abdul Rahman. Begitu juga dengan upaya Mahmood Abdulrahman yang masih dengan mudah ditangkap oleh Jendri Pitoy. Skor 1-1 bertahan hingga babak pertama usai.

Bahrain sebenarnya jauh lebih sering mendominasi pertandingan. Akan tetapi, para pemain timnas mampu untuk meredam segala upaya yang mereka lakukan. Indonesia sendiri memilih bermain sabar dan memilih memanfaatkan umpan-umpan pendek yang menjadi ciri khas permainan mereka.

Kesabaran itu membuahkan hasil pada menit ke-64. Sebuah skema serangan yang bagus diinisiasi oleh Budi dan Elie Aiboy di sisi kiri. Budi kemudian memberikan bola kepada Firman Utina yang memiliki ruang tembak begitu besar. Pemain Persita Tangerang saat itu menendang bola yang kemudian membentur tiang. Bola rebound berhasil diteruskan menjadi gol oleh Bambang Pamungkas.

Setelah gol tersebut, Bahrain mengurung pertahanan tim nasional. Ancaman demi ancaman datang ke gawang Yandri Pitoy. Akan tetapi, pertahanan Indonesia tampil sangat kompak untuk menjaga keunggulan. Hingga pertandingan berakhir, skor tidak berubah. Indonesia menang 2-1 dan membangkitkan optimisme kalau mereka bisa meraih satu tiket ke babak perempat final.

Sayangnya, sejarah tersebut tidak terjadi. Dalam dua laga setelahnya, Indonesia selalu kalah. Mereka kalah dramatis dari Arab Saudi dengan skor 2-1 melalui gol yang tercipta pada menit terakhir. Pada pertandingan terakhir, timnas kalah dari Korea Selatan dengan skor tipis 1-0. Meski begitu, Ivan Kolev cukup puas dengan penampilan anak asuhnya.

“Saya kecewa karena tidak lolos tapi saya bangga. Mereka bertarung sampai titik darah penghabisan. Saya bangga dengan apa yang mereka tampilkan sejak laga pertama hingga pertandingan terakhir. Mereka sudah memberikan penampilan terbaik karena sejak awal mereka sudah tahu kalau kami harus menghadapi Arab dan Korea Selatan,” kata pelatih asal Bulgaria tersebut.

Anggapan tersebut memang terkesan seperti menghibur diri. Namun, ungkapan tersebut memang bukan sekadar pepesan kosong jika melihat rekam jejak timnas yang selalu kesulitan menghadapi kesebelasan dari Timur Tengah. Kemenangan melawan Bahrain dan kekalahan tipis dari Arab Saudi menunjukkan kalau Indonesia mampu memberi perlawanan.

Indonesia sendiri setidaknya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Malaysia yang menjadi tuan rumah terburuk karena pulang tanpa membawa poin dan hanya mencetak satu gol. Hmm.. Bagaimana jika saat itu ada Boas Solossa, ya? Sebagai informasi, pemain Persipura tersebut absen dari turnamen karena mengalami cedera patah tulang setelah mendapat tekel ketika Indonesia bertanding melawan Hong Kong beberapa minggu sebelum turnamen.

Tersingkirnya Indonesia dari Piala Asia memang mengecewakan. Namun, kiprah mereka pada ajang ini berhasi membangkitkan animo penonton untuk menyaksikan kembali timnasnya bertanding. Sejak saat itu, kapasitas penonton selalu penuh ketika Indonesia bertanding pada ajang apapun. Sayangnya, animo suporter tersebut tidak bisa lagi mereka rasakan pada ajang Piala Asia. Turnamen 2007 menjadi kali terakhir Indonesia bermain pada Piala Asia. Setelah itu, mereka selalu tidak lolos pada 2011, 2015, dan 2019.