12 Juni 2010: Mimpi Buruk Robert Green

Kesalahan Robert Green pada Piala Dunia 2010. (Foto: Know your Meme)

Selama 12 kali menjaga gawang tim nasional Inggris, hanya satu kali Robert Green merasakan bermain pada ajang internasional. Satu-satunya laga tersebut terjadi pada 12 Juni 2010. Sebuah pertandingan yang kemudian menjadi mimpi buruk bagi pria yang sekarang berusia 40 tahun tersebut.

Piala Dunia 2010 seharusnya bisa menjadi momentum bagi tim nasional Inggris untuk bangkit sekaligus membayar kegagalan dua tahun sebelumnya. Ketika itu, Inggris gagal lolos ke Euro 2008. Sebuah raihan yang cukup memalukan bagi sebuah negara yang pernah juara Piala Dunia dan langganan turnamen-turnamen besar dunia.

Jalan untuk bangkit sebenarnya sudah terbuka. Undian menempatkan Inggris di grup C bersama Amerika Serikat, Aljazair, dan Slovenia. Sebuah grup yang seharusnya mudah untuk dilewati. Bahkan, harian The Sun membuat tajuk utama “EASY” di halaman depan koran mereka dengan singkatan nama depan yang tergabung bersama Inggris yaitu England, Algeria, Slovenia, dan Yanks yang merujuk kepada orang yang hidup atau berasal dari Amerika Serikat.

Reaksi The Sun ketika mengetahui Inggris Tergabung di grup C. (Foto: Flickr)

Sayangnya, kepercayaan diri ini tidak tertular di atas lapangan. Laga pembuka melawan Amerika Serikat berakhir imbang 1-1. Gol Steven Gerrard pada menit keempat, berhasil disamakan oleh Clint Dempsey. Gol dari mantan pemain Fulham tersebut bahkan cukup awet dalam memori kita karena gol tersebut lahir dari kesalahan Robert Green.

Green luput menangkap bola hasil tendangan Dempsey yang sebenarnya tidak terlalu keras. Apes bagi Inggris karena gol tersebut tidak bisa mereka balas. Skor tetap imbang 1-1 dan Inggris gagal mengawali turnamen dengan kemenangan.

Keesokan harinya, koran Amerika Serikat yaitu New York Post membuat tajuk “USA Wins 1-1” untuk mengejek balasan dari The Sun yang memilih menyebut mereka dengan sebutan Yanks alih-alih USA atau United States.

Reaksi Amerika Serikat ketika berhasil menahan imbang Inggris. Foto: Pandit Football

Bagi Green, kesalahan tersebut sudah pasti membuat namanya menjadi sorotan media. Sebuah dosa yang teramat besar bagi penjaga gawang untuk melakukan kesalahan konyol pada sebuah turnamen akbar sekelas Piala Dunia. Ditambah dengan hasil akhir yang didapat juga tidak memuaskan, menjadi sebuah kombinasi yang membuat hari seorang Robert Green menjadi sangat kelam pada saat itu. Koran Daily Mirror membuat tajuk “The Hand of Clod” sebagai plesetan dari The Hand of God. Arti dari ‘Clod’ sendiri mengarah kepada seseorang yang dianggap bodoh.

Cover depan harian Mirror. (Foto: The English Blog)

“Saat babak pertama berakhir, saya meminta maaf kepada anak-anak dan saya minta maaf kepada jutaan orang yang berada di rumah,” kata Green seperti dikutip Daily Mail.

“Itu sebuah kesalahan yang cukup mengerikan. Permainan berjalan dengan cepat dan hal-hal seperti ini terjadi. Sebaiknya tidak perlu ada yang dibicarakan lagi. Saya membuat kesalahan dan itulah hidup. Anda hanya bisa menghadapinya dan terus maju. Saya tidak menyalahkan bola karena saya harus menghentikannya. Tidak ada alasan lain tentang itu,” ujarnya menambahkan.

Bahkan orang tua Green mendapat dampak dari kesalahan yang dibuat anaknya. Sehari setelah melawan Amerika Serikat, media sudah berdiri di depan rumah orang tua Green. Hal ini bahkan membuat mereka tidak pulang selama dua hari.

Kesalahan dari Green seolah menjadi jawaban dari keraguan pendukung timnas Inggris terhadap sektor penjaga gawang. Dibanding dengan pemain belakang, tengah, atau depan, sektor penjaga gawang Inggris saat itu memang tidak terlalu kuat. Setelah era David Seaman, tidak ada lagi penjaga gawang asal Inggris yang tampil konsisten bersama klub maupun tim nasional.

Pada Piala Dunia 2010, Fabio Capello membawa Robert Green, David James, dan Joe Hart. Tiga nama tersebut juga tidak terlalu kuat. Green hanya bermain bersama West Ham United, David James sudah berusia 40 tahun, sedangkan Hart masih terlalu muda. Sayangnya, Capello memang tidak punya pilihan lain selain membawa tiga pemain tersebut karena jumlah penjaga gawang asal Inggris yang bermain di Premier League bisa dibilang sangat sedikit.

Laga melawan Amerika Serikat menjadi satu-satunya pentas Green pada Piala Dunia. Dua laga fase grup berikutnya, ia hanya duduk di bangku cadangan. Capello kemudian memilih David James sebagai kiper utama.

Perjalanan pemenang Piala Dunia 1966 ini juga tidak terlalu mengesankan. Dua laga berikutnya, Inggris bermain imbang 0-0 melawan Aljazair dan hanya menang tipis 1-0 atas Slovenia. Langkah mereka terhenti oleh Jerman pada babak 16 besar. Mereka kalah dengan skor yang telak 4-1.

Kesalahan tersebut tidak hanya membuat Green kehilangan tempat di Piala Dunia. Setelah turnamen berakhir, namanya tidak pernah lagi mendapat kesempatan untuk bermain membela tim nasional. Hal ini tidak lepas dari peningkatan pesat seorang Joe Hart dan munculnya kiper-kiper lain yang usianya jauh lebih muda seperti Jack Butland. Green baru kembali mendapat kesempatan menjaga gawang Inggris pada laga persahabatan melawan Norwegia jelang Euro 2012.

Turnamen Euro 2012 menjadi kali terakhir nama Green berada dalam turnamen internasional. Akan tetapi, ia tidak bermain sama sekali karena posisinya tergusur oleh Joe Hart. Jelang keberangkatan skuat Inggris pada Piala Dunia 2014, Green memberi pesan kepada rekan satu negaranya untuk tidak melakukan kesalahan seperti yang ia lakukan di Afrika Selatan.